Kita biasanya selalu melihat banyak pemain yang gagal tampil maksimal bersama tim nasional negaranya di masa lalu. Hal itu dikarenakan para pemain tersebut berusaha meniru bentuk terbaik dari permainannya di klub masing-masing. Dan karena konsistensinya bermain apik itulah membuat mereka mendapat panggilan membela timnas negaranya.



Alexis Sanchez





Sudah kadung jadi rahasia umum bahwa Alexis Sanchez tidak mampu bermain konsisten dengan performa terbaik seperti saat masih di Arsenal maupun Barcelona sejak pindah ke Manchester United pada Januari 2018 lalu.





Alexis Sanchez selalu tampil baik bersama Chile, terlepas dimana saat ini dia bermain sepakbola, pada Copa America 2016, Sanchez adalah sorotan utama setelah mampu menjadi yang terbaik diantara mega bintang dunia lainnya. Jadi, meskipun mantan pemain Barcelona itu belum mampu tampil dalam performa mengesankan bersama United, faktanya adalah dia tetap yang terbaik di dunia khususnya Amerika.



Enner Valencia





Nama Enner Valencia rasanya terlalu asing di telinga pencinta sepakbola Indonesia. Tetapi hal itu tak berlaku bagi pendukung West Ham United. Didatangkan dari Meksiko dengan memecahkan rekor transfer klub saat itu, Enner malah tampil sangat buruk bersama West Ham.




Penampilan menawannya bersama Ekuador pada Piala Dunia 2014 dengan koleksi tiga gol adalah salah satu alasannya bisa tampil di liga utama Inggris bersama West Ham United. Sekarang, pernahkan anda mendengar nama Enner Valencia musim lalu dI Liga Inggris?


Guillermo Ochoa




Ada momen-momen terbaik di turnamen internasional yang mampu ditampilkan oleh kiper Meksiko, Guillermo Ochoa.



Meskipun ia adalah bintang bagi Meksiko, namun sejak pindah ke Eropa, Ochoa hanya berkutat dengan tim-tim kecil seperti AC Ajaccio, Malaga, Granada yang terbaru, Standard Liege di Belgia. Perannya pun terkadang hanya menjadi pilihan kedua bersama klubnya.


Mauricio Isla




Mauricio Isla merupakan salah satu pemain terbaik asal Chile lainnya yang telah membantu memberikan begitu banyak kesuksesan di panggung internasional terlepas dari kegagalan Chile ke Piala Dunia 2018. Namun, kesuksesannya itu berbanding terbalik dengan kariernya bersama klub-klubnya.


Isla telah membuat lebih dari 100 penampilan untuk Chile sejak debutnya pada tahun 2007. Dia mengunci posisi bek kanan hanya untuk dirinya sendiri karena tidak ada pemain yang berhasil menggesernya dari tim utama Chile. Selain itu, ia juga mampu bermain apik ke posisi yang lebih tinggi, tepatnya Isla bisa bermain apik di pos line tengah sebelah kanan.


Xherdan Shaqiri



Akan sedikit tidak adil rasanya untuk mengatakan bahwa karir klub Shaqiri mengecewakan, tetapi jika dilihat ketika Shaqiri tampil bersama Swiss seperti ada sesuatu yang berbeda.

Di Liverpool, Shaqiri bukanlah pencetak gol yang produktif melihat kesempatan bermainnya juga tidak mendukung asumsi tersebut. Tetapi hal yang unik dari Shaqiri adalah dia akan memberikan anda kejutan jika mantan pemain Stoke itu diberikan kesempatan berlaga meski itu hanya sepertiga dari waktu pertandingan. Supersub terbaik Jurgen Klopp.



Jika kita membandingkan statistiknya saat berlaga bersama klubnya dengan statistik untuk Swiss, maka akan nampak perbandingan yang kontras dengan bakatnya. Sebenarnya karir Shaqiri tak ancur-ancur amat tapi sedikit mengecewakan karena ia hanya selir saat timnya merengkuh gelar juara.


Gol terbanyak yang pernah ia cetak adalah saat bersama Basel dengan catatan 23 gol. Sementara itu ketika ia tampil bersama Swiss dalam 50 pertandingan, ia telah mengkoleksi 22 gol, sedikit lebih baik. Dan berada di Stoke City adalah penampilannya yang paling tidak konsisten.

James Rodriguez






James Rodriguez adalah pemain sensasional ketika dia mencuri perhatian dunia di Piala Dunia 2014. James di anugerahi Sepatu Emas di Brazil setelah mencetak lima gol dalam lima pertandingan bersama Kolombia.
















90min.com, dll.