Lucunya Negeriku?




Taukah kau apa yang paling lucu saat ini? Adalah saat situasi 'kanyel' yang dirasakan sebagian besar anggota masyarakat.

Demi tangisan Ibu Pertiwi yang masih menangis kepedihan mendalam. Bagaimana tidak? Ribut dan ribut seolah tidak ada berhentinya, tidak jelas apa yang sebenarnya dinginkan.

Satu sisi, kita bilang NKRI harga mati. Sementara di sisi lain ada Bhineka Tunggal Ika, lantas apa komitmen berbangsa dan bernegara sudah tidak bisa di satukan lagi? Entahlah.

Seperti biasa, sebelum melanjutkan jangan lupa follow akun penulisnya dan subcribe ini thread.

Langsung saja, Siapalah Musuh Negeri Ini yang yang Harusnya Diperangi? berikut ulasannya:

Pertama: saban hari, baik berita di Televisi, Media Massa dan juga Sosial Media. Kita 'cekoki' ribut dan ribut, saling nyinyir, hujat dan bahkan merendahkan satu kelompok pada kelompok lainya.

Lantas apa arti komintmen Bhineka Tunggal Ika yang selama ini didengungkan sejak Indonesia merdeka? Ataukah memang negeri ini benar diambang bubrah? Lantas apa kita rela jika itu terjadi. Silahkan untuk direnungkan!

Keadaan ini jelas suatu pengkhianatan pada Bhineka Tunggal Ika. Bagaimana tidak, kita sudah berkomitmen untuk berbeda-beda tetap satu jua.

Tapi apa? Yang muncul justru caci-maki satu sama lain dengan mengatasnamakan NKRI Harga Mati. Terkadang memang negeriku suka tidak lucu sama sekali.

Kedua : Masing-masing kelompok selalu mendambakan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan untuk seluruh Rakyat Indonesia.

Tapi apa? Justru ribut dan ribut menjadi tradisi yang membudaya. Bagaimana mungkin suatu negara bisa sejahtera bila tiap hari ribut? Mikir!

Bahkan sepasang suami istri yang setiap hari tengkar saja, sudah dipastikan jauh dari kata bahagia. Apalagi ini negara? Jawab.

Pertanyaannya:

"Siapakah Musuh Negeri Ini yang Harusnya Diperangi?"

Adalah kebodohan tingkat akut yang telah mengakar pada watak masyarakat Indonesia.

bodoh itu adalah sifat munafik, manipularif dan kurupsi. Halallah segalanya hanya demi ambisi kepentingan sendiri-sendiri.

Mengapa harus menunggu bencana baru kita bisa saling menghargai? Baru bisa bahu-membahu untuk saling peduli satu sama lain sebagai anak bangsa.

Ataukah memang kita menunggu di jajah seperti jaman dahulu baru bisa bersatu? Menang jadi arang dan kalah jadi abu, apalagi yang dihadapi adalah bangsa sendiri.

"Apakah harus bungkam? Tidak boleh kritik?




Adalah tidak, karena saling kritik itu sangat dibutuhkan. Seperti sebuah mobil baru dikatakan berjalan jika ban dan aspal ada gesekan.

Akan tetapi yang disuguhkan sekarang bukanlah kritikan namum kebencian, hasutan dan adu domba satu dengan lainya. Kritik artinya mengingatkan dengan memberikan solusi bukan mencaci-maki dengan nyinyiran dan bahasa bukan manusia.

"Jika sudah seperti ini apa yang harus dilakukan?"

Adalah jawabannya terletak pada diri sendiri. Sederhana saja, jika setiap individu rakyat negeri ini bisa mengendalikan diri sendiri, bisa saling memahaminya, menerima perbedaan dan tetap konsisten pada komitmen Bhineka Tunggal Ika maka masalah akan teratasi.

Karena Peperangan yang sesungguhnya adalah melawan diri sendiri




Ya benar adanya, musuh terbesar bangsa ini adalah kebodohan dan kebodohan hanya bisa dilawan jika kita masing-masing merasa dan selalu belajar untuk lebih baik.

Bisa diawali dengan belajar mencerdaskan diri sendiri untuk tidak mudah terprovokasi, belajar berdiri di atas kaki sendiri, belajar kritis yang elegan bukan kebencian. Dengan begitu akan ada banyak melahirkan pribadi-pribadi berkualitas serta bisa bersaing dengan bangsa lain di dunia.

Sebagai bangsa yang besar, sudah seharusnya bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa di dunia.

Mampu memiliki karekter kompetitif yang global tanpa harus meninggalkan jati diri sebagai anak bangsa yang punya budaya dan nilai.





Bagaimana menurut menurut sahabat kaskuser? Silahkan berikan pendapatnya di kolom komentar ya. Jangan lupa cendol, rate dan kalau perlu bagikan ini TS. Belajar bersama bisa dan terimakasih.

Sumber: opini pribadi
Sumber gambar: link Disini