londo.046
TS
londo.046
Setiap Detik Adalah Hijrah


Quote:

Kaget juga aku, saat mengetahui Amildo Balde meninju loker tempat menyimpan baju ganti. Aku tidak tahu, masalah apa yang sedang dihadapinya, sehingga dia nampak sangat emosi. Yang aku tahu, belakangan ini dia sangat rajin mengaji. Dia masuk dalam sebuah komunitas yang berisikan para "mantan penjahat." Bukan penjahat pelanggar hukum kelas berat memang, hanya tukang mabok, nembak "HK", main-main ke dunia remang-remang dan kadang terlibat perkelahian.

Ade, begitu nama panggilannya memang dikenal sebagai anak nakal dulunya. Ibadah? Jelas tidak pernah. Sehari-hari kelakuannya kalau tidak mabok sampai pagi, ya bangun subuh di lokalisasi kelas teri. Dia berubah sejak kenal dengan Otavio Dutra. Seorang "mantan penjahat" yang konon juga sudah hijrah. Vio, sapaan akrab Dutra pun sama saja, dulunya mantan penjahat yang sering keluar masuk polsek karena ke-rese-an yang dibuatnya.

Bahasan mereka tiap hari adalah kafir, kafir, dan kafir. Aku yang hanya lulusan Aliyah dan mondok di pesantren ndeso, hanya senyum saja. Aku (Damien Luzio, biasa dipanggil Zio), Ade, dan Vio (panggilan akrab Otavio Dutra) satu divisi di PT Bajol Katokan. Sebuah perusahaan yang bergerak pada jual beli kayu antik. Kami satu tim, pada divisi marketing. Divisi yang katanya adalah ujung tombak dan nyawa perusahaan.

Meskipun persepsi ku soal agama berbeda dengan Ade, aku terpanggil untuk tahu apa masalah yang dialami oleh saudara ku ini.  Maka, dengan lemah lembut pun aku coba untuk mendekatinya. Sebisa mungkin, aku menjadi es dan air dingin yang meredakan emosinya.

Quote:

Aku menghela nafas panjang. Aku belum tahu pelanggaran apa yang dilakukan oleh si OK John ini. Dia satu divisi juga dengan aku dan Ade. Hanya saja, dia ada di tim yang lain. Aku tidak pernah mau tahu dengan kelakuan orang lain, apalagi jika itu kelakuan buruk. Bagi ku, membicarakan keburukan orang lain sama dengan menantang Allah SWT, untuk membuka aib yang DIA tutupi pada diri kita.

Aku memilih tidak tahu keburukan orang lain, agar aku tidak punya bahan untuk bicara buruk tentang orang lain. Jika aku tahu seseorang melakukan tindakan buruk, aku akan menutupnya rapat-rapat dari orang lain. Biar aku yang tahu, aku simpan rapat-rapat, dan aku bergaul hanya karena melihat sisi baiknya saja.

Kembali ke Ade. Aku menunggu sampai dia meredakan emosinya. Aku biarkan saja dia diam dalam pikirannya. Baru setelah aku mendengar dia menarik nafas panjang, aku berani untuk ambil sikap. Aku siap untuk sedikit memberikan apa yang aku tahu dan aku pelajari sepanjang hidup ku ini.

Quote:

Aku beranjak dari posisi duduk ku. Bukan untuk meninggalkan Balde sendirian. Aku hanya ingin mengambil segelas air putih, untuk dia minum. Semoga, dengan sedikit air putih yang aku ambil dari dispenser yang ada di dalam ruangan istirahat ini, emosi Balde akan kembali turun. Membayangkan palu ketemu kepala, ngeri sekali. Dan itu bukan hal yang mustahil untuk Balde lakukan.

Riwayat kenakalannya nyata dan terbaca kok. Meski aku tidak pernah mau mendengarkan detailnya. Aku sudah cukup senang, ketika Balde mulai rajin sembahyang ke Mushola kantor kami. Dia juga rajin mengikuti kajian agama. Aku sendiri tidak ikut di dalamnya, apalah aku yang masih penuh dosa, dzalim, dan masih belum merasa pantas masuk ke surga.

Quote:

Aku tahu sedang ada pertempuran dahsyat di kepalanya. Logikanya teraduk-aduk oleh semua masukan yang aku berikan. Apakah pendapat ku benar? Aku tidak berani bilang iya. Karena kebenaran mutlak itu hanya jadi milik Allah SWT. Kebenaran ku, kebenaran nya, kebenaran mereka bersifat relatif. Jika ada yang mengklaim paling benar, aku iya kan saja sambil ber-Istigfar. Mungkin dia lupa ada Allah SWT Yang Maha Benar. Aku malas berdebat untuk hal yang menurut ku tidak penting.

Balde masih merenung. Tatapannya nampak kosong. Aku membiarkan saja, biarkan dia larut dengan pikirannya. Aku menemani dia saja. Tujuan ku, bukan mengajak dia untuk menjadi seperti aku, bukan! Siapa aku kok berani ajak orang? Aku hanya ingin, Balde tidak melakukan hal bodoh. Me-martil kepala orang itu bukan cuma akan membuat Allah SWT murka, tapi dia bisa saja masuk ke dalam penjara. Apalagi orang yang akan dia eksekusi adalah orang-orang yang punya kuasa.

Urusan kuasa itu dia salah gunakan, itu akan dipertanyakan nanti oleh sang pemilik kuasa paling tinggi. Di dunia, kita tidak bisa menilai mereka dengan sempurna. Meski ada penilaian subjektif untuk mereka. Tapi, tidak 100% tepat. Aku sendiri merasakan ko ketidak adilan itu. Kalau yang melakukan pelanggaran tidak dekat dengan Bu kepala, tanpa menunggu lama pasti akan terkena dampak dari pelanggaran yang dilakukannya. Aku sendiri pernah kena, tapi aku tidak mau menyalahkan siapa-siapa, apalagi akibat dari abuse powerpemilik kuasa.

Semua salah ku, dan aku malas untuk bahas lebih lanjut. Cerita soal Irfan Jaya yang kena denda hanya karena makan permen pun aku dengar sekilas saja. Jika ada anak divisi lain yang bertanya kepada ku, aku memilih untuk menjawab tidak tahu. Seperti kata ku di awal, menjadi tidak tahu itu kadang jadi pilihan jitu menjauh dari penyakit yang bisa menggerogoti hati ku. Bukankah itu sama artinya dengan bohong? Tidak! Karena aku tidak melihat langsung Irfan Jaya dihukum, hanya dari katanya dan katanya.

Quote:

Aku mengakiri percakapan di ruang istirahat kantor ku. Aku memilih untuk pergi dari sana, aku takut jika Balde terus mendesak ku soal siapa guru ku dan apa pelajaran yang sudah aku dapatkan. Aku bukannya tidak mau mengajak orang dalam kebaikan, tapi aku menjaga agar tidak menyesatkan dan memicu pertentangan banyak orang.

Zio sudah punya komunitas. Jika tiba-tiba dia keluar dan ngaji bareng dengan ku, apa yang akan terjadi? Aku tidak mementingkan seberapa banyak teman ku dalam bersujud di hadapan Allah SWT. Aku lebih berharap, selalu ada belas kasihan dari Allah SWT kepada aku yang dzalim dan banyak melupakan -Nya ini.

Hijrah, satu kata yang sepertinya menjadi trending topic belakangan ini. Aku suka, sekaligus getir melihatnya. Suka, karena semakin banyak orang yang sadar bahwa mengabdi dan berbakti kepada Allah SWt itu adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar, Masjid menjadi ramai, kegiatan keagamaan ada di mana-mana.

Namun aku juga merasa getir, manakala hijrah dimaknai dengan sempit. Ibadahnya kencang, tapi memberi stempel jelek ke orang juga tidak kalah kenceng. Pakaiannya gamis, tapi lidahnya seperti Abu Jahal, Kelakuannya sebelas dua belas dengan Abu Lahab. Astagfirullah. Tapi siapa aku? Apa daya ku? Aku hanya bisa tersenyum sembari tak pernah lelah memuji keagungan Allah SWT. Luar biasa skenario yang ditulis-Nya. Sempurna dan tanpa cela bagi siapa saja yang mau belajar membacanya.

Tidak lupa, aku berdoa dan mohon bimbingan-Nya, untuk selalu bisa berhijrah setiap saat, setiap waktu dan setiap helaan nafas ini. Karena bagi ku, setiap detik adalah hijrah. Mengapa? Karena sudah kodrat kalau manusia itu gudangnya salah. Dan hijrah adalah jalan menuju kebaikan dari sebuah kejelekan dan kesalahan.





Sumber Tulisan : Ide Sendiri
Sumber Gambar : sini
Diubah oleh londo.046 17-05-2019 02:11
malaypuktukanglistrik96anasabila
anasabila dan 24 lainnya memberi reputasi
25
8.5K
71
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.