Sumber : Dokumen Pribadi
Aku mulai terhanyut dalam diam dan tenggelam dalam lembar demi lembar goresan pena. Nampaknya jemari ini masih tak mau berhenti menggoreskan lara, serasa ingin tumpah semua kesesakan yang menyiksa, menggelora meradang. Ntah mengapa hanya lembar kertas dan hitamnya pena ini yang sanggup menemaniku membunuh hingar bingar hingga aku dapat hidup dalam sepiku sendiri. Perlahan, aku mulai menarik diriku sendiri dari keramaian, membenamkan seluruh jiwaku dalam sepi, menyepi, sendiri. 


Satu yang terasa menyegarkan dalam sesaknya himpitan nafas mereka adalah saat aku bebas bercerita dalam aksara. Berteriak tanpa ada yang mendengar, menghardik tanpa ada yang tersakiti dan memberontak tanpa ada yang memperdulikanku. Semua hanya demi warasku, demi mengosongkan semua sampah jiwa yang tak mereka tahu. Mereka tak pernah menyadari betapa jiwa ini meradang menahan lara, hingga mungkin bila disayatpun tak lagi ada darah yang keluar mengucur.