londo.046Avatar border
TS
londo.046
Korupsi Untuk Berkontestasi


Saya ingin ngakak tadi malam. Bukan karena melihat tingkah lucu Desta dan Vincent di salah satu program yang ditayangkan oleh saluran televisi yang masih sehat (menurut saya), tapi karena tertangkapnya BSP oleh KPK. BSP ini fotonya terpampang besar di Kudus, Jepara dan Demak (monggo dicek). Mobil tim pemenangannya pun sering nongkrong di depan SD tempat anak saya sekolah. Sepertinya, markas pemenangannya ada di sana.


Kompleks ruko di pusat kota yang harga sewanya tentu tidak murah. Ealah, ternyata semua kemewahan itu sumbernya dari hal yang tidak benar. Asumsi saya timbul, karena dia ditangkap KPK. Dulu, sebelum BSP ditangkap KPK, saya masih berpikiran BSP ini orang kaya. Tokoh, atau pengusaha apa gitu. Dasarnya apa? Ya itu tadi, banyaknya baliho, sampai mobil tim pemenangan yang wara-wiri.




Sekelas mantan bupati yang nyalon jadi anggota DPR-RI saja, gerakannya tidak se-masif BSP ini. Ada mobil pemenangan, tapi jumlahnya tidak banyak. Posko pemenangan dan balihonya juga standar saja. Saya memang tidak tertarik untuk mencari tahu, BSP ini boss apa? Punya usaha di bidang apa? Saya tidak tahu.


Tertangkapnya BSP ini, disertai dengan penemuan uang tunai milyaran yang telah dibagi dalam pecahan 20.000 dan 50.000! Uang tersebut sudah dikemas dalam 400.000 amplop putih! KPK mengindikasikan amplop tersebut akan digunakan untuk kepentingan "serangan fajar" dalam kontestasi pemilu 2019, yang akan digelar 17 April Nanti. Luar biasa bukan?



Sebenarnya saya tertawa getir, bukan tertawa bahagia. Kok demokrasi Indonesia jadi seperti ini sih? Salah siapa? Apakah salah rakyat yang tidak mau memilih jika tidak diberi uang? Atau salah politisi yang tidak "percaya diri" jika tidak memberi uang? Atau salah sistem demokrasi kita sendiri. Ini yang patut dibahas.

Kalau salah demokrasi, jelas tidak. Konsep demokrasi yang indonesia anut sudah baik. Kalau salah rakyat, bisa jadi. Karena saya sering mendengar celotehan yang mengatakan "Ga onok duite, yo wegah nyoblos."  Kalau di Indonesiakan, "tidak ada uang, ya males memilih." Miris kan? Menggadaikan kekuasaan kepada para garong kalau yang seperti ini diaplikasikan.



Mengapa pandangan seperti itu muncul? Jelas karena masalah ekonomi atau kesejahteraan yang kurang. Orang yang sudah cukup harta, tidak akan bisa digoyahkan dengan materi. Masak iya karyawan bergaji UMR (katakanlah begitu) tergoda dengan uang 50.000? Saya rasa tidak. Kedua, kurangnya pendidikan politik. Mereka tidak sadar bahwa  orang yang mereka pilih adalah orang-orang yang akan menentukan hitam putih hidup mereka.

Siapa yang menyusun UU? Ya orang-orang macam BSP ini. Memangnya mereka mau buang uang percuma? Tidak! BSP contohnya! Melakukan korupsi untuk membiayai langkahnya untuk berkontestasi. Gimana kalau dia terpilih? Ya akan menggunakan segala cara agar duit yang dipakainya untuk kontestasi bisa kembali!

Well, mendapat kenyataan seperti ini, apakah kita akan tinggal diam? Tentu saja tidak! Kita, rakyat Indonesia harus cerdas dalam memilah dan memilih orang-orang yang layak untuk duduk di parlemen. Pengenalan rekam jejak calon, kelakuan selama berkampanye adalah cara terbaik untuk mendapatkan anggota legislatif yang amanah. Stop money politics! Salam Damai.


Merdeka!

Sumber Referensi : sini
Sumber Gambar : sini, sini, sini
2
2.9K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.