iqbalawalAvatar border
TS
iqbalawal
3 Aliran Golput Kekinian, Kalean Masuk yang Mana Nih?

sumber gambar: mojok.co

Jelang pemilihan umum, mau pilkada, pilpres maupun pileg wacana tentang golput biasanya naik ke permukaan.

Baru-baru ini saja, seorang tokoh terkemuka dan ilmuwan sosial sekaligus filsuf yang cukup dihormati di Indonesia yakni Franz Magnis Suseno, keceletot bibirnya dengan mengatakan golput sebagai tindakan bodoh, benalu, dan psycho freak. Suasana pun gaduh, karena banyak golputers yang tidak terima.


Selain itu, gak sedikit juga yang menyesalkan, bisa-bisanya kata kasar itu keluar dari beliau yang terkenal santun tersebut. Tapi akhirnya Romo Magnis menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada publik bahwa tindakannya itu adalah sebuah kebodohan seperti dilansir Beritagar.id. Kita maafin aja, ya, Gan-Sis. 

Aduh kok serius gini sih, hahahah. Padahal ane nulis thread ini niatnya seneng-seneng. Gini-gini, buat mencairkan suasana, mending kita bahas yuk tipe-tipe golput zaman kiwari. Bukan menghasut kalian buat jadi golput apalagi melarang kalian biar gak golput, tapi biar tahu aja dan mudah-mudahan kita bisa merefleksi diri: Termasuk aliran golput yang mana sih kita ini? Hehehe. Langsung aja kuy. Dikumpulkan dari berbagai sumber, inilah aliran golput zaman now menurut ane. 

Aliran Kemalasan
Banyak faktor yang menyebabkan aliran ini ada. Yang biasanya ada dari dulu sampai sekarang adalah orang-orang perantauan yang males pulang cuma buat nyoblos. Meski kini nyoblos bisa dilakukan di mana pun perantau itu tinggal, mengurus dokumen pindah atau formulir A5 pun bukan pekerjaan mudah. Tetep harus balik ke alamat KTP jauh-jauh sebelum pemilu digelar. PR lagi kan, yasudah, mending malas-malasan di kost, kontrakan sambil maen ML atau PUBG atau stalking mantan, yekan?  

Spoiler for Ada yang mau gabung gaes:

Ada diantara Gan-Sis yang kayak gini? Hehehe Biasanya ngapain lagi kalau gak milih? 

Dikutip dari
Mojok.co, aliran kemalasan juga bisa datang karena nasib. Mereka malas mencoblos tapi giat bekerja. Jadi saat banyak orang menggunakan hak pilihnya di TPS, mereka cuek aja mencari nafkah. Emang-emangbubur, nasi pecel, konter hape, penjual gorengan, penjual gudeg, nasi uduk, karyawan penggila lembur, bisa jadi termasuk di dalamnya, atau apalagi ya? 
Aliran kemalasan tipe ini mungkin berpendapat, siapapun presiden ataupun anggota dewannya, tetep gak bisa bikin kenyang keluarganya tanpa ikhtiar. Bener juga sih, ya? Karena kalau bekerjanya malas, dapat rezeki dari mana mereka dan keluarganya? 

Spoiler for Karena kerja keras adalah koentji:

Selain itu, mahasiswa-mahasiswi perantauan pun perlu diperhitungkan masuk aliran ini. Pulang kampung cuma buat nyoblos? Males! Ngabis-ngabisin duit bulanan dan ongkos aja. Kira-kira begitu, bener? 

Aliran Ketidaktahuan 
Pada awal kemunculannya, golongan putih adalah aktivitas mencoblos bagian putih di kertas suara atau tidak mencoblos lambang partai yang ada. Jadi golput bukan tidak datang ke TPS, tapi mengacaukan pemungutan suara karena menghasilkan suara yang tak sah.


Menurut tirto.id, sejarah golput Indonesia berawal dari protes para aktivis mahasiswa yang menentang penyelanggaraan Pemilu 1971 sebagai bentuk kritik terhadap Orde baru yang mulai korup dan otoriter. Sejak itu, golput dianggap sebagai Partai Golongan Putih yang enggan memilih karena jadi oposisi Orde Baru.


Kalau sekarang kan beda. Banyak golput karena ketidaktahuan! Di kasus pemilihan presiden, aliran ketidaktahuan mungkin tidak begitu banyak. Sebab rekam jejak capres-cawapres dan intensitas mereka kampanye sedikit banyak mudah diketahui. 

Tapi, dalam konteks mencoblos caleglah masalahnya. Diperkirakan dalam Pileg 2019 aliran ini bakal banyak sekali. Maklumlah mengingat seberapa jauh sih kita kenal caleg-caleg yang harus dipilih? “Harus memilih orang yang kita gak kenal? Ngapain coba. Siapa emang mereka?” Begitu kira-kira, kredo aliran ketidaktahuan ini. 

Tak ada yang salah dari kalian. Caleg-nya aja yang gak pro aktif memperkenalkan diri. Maunya yang gampang-gampang aja, pasang baliho, sebar brosur, tempel sticker di pintu-pintu rumah.  Dengan sedikit interaksi untuk mengenal konstituennya.

So, di titik ini kita harus berterima kasih pada laman-laman yang memberikan informasi mengenai biodata dan profil caleg seperti infopemilu.kpu.go.id, pintarmemilih.id, calegpedia.id, rekamjejak.net, dan www.temanrakyat.id. Semuanya, meski terbatas informasinya, cukuplah buat kita mengenal beberapa caleg dari berbagai dapil. Di www.temanrakyat.idbahkan kita bisa request unboxing caleg yang diinginkan. 

Spoiler for Jangan Dibuka:

Kembali lagi ke bagian golput sebagai protes, apakah kemudian golput tipe protes ini sudah tak ada di zaman kiwari? Ada, tapi mungkin tak banyak. Atau mungkin masih banyak, anenya yang gak tahu. Ada yang mau bagi-bagi pandangan mungkin tentang hal ini?

Aliran Kebucinan 
Emangnya ada? Gak tahu, tapi tak menutup kemungkinan juga ada. Soalnya, di era kiwari ini budaya manusia adalah ikut-ikutan tren. Kalau sang pacar golput, demi tren dan cinta tentu saja (oh myluv) sangat besar kemungkinan pasangannya juga bakal ikutan golput. Kalau ada pasangan, yang satu golput yang satu lagi enggak dan sebaliknya tapi tetap rukun, sesungguhnya kalian adalah contoh terbaik buat pasangan cebong-kampret yang terus terusan saling mencaci. Noh, dengerin wahai cebong dan kampret! 

Aliran kebucinan pun berpotensi muncul dari tekanan calon mertua. Begini, para bucin di seluruh nusantara. Di atas sudah dijelaskan bahwa gelombang protes golput ini berasal dari para aktivis mahasiswa masa Orba tahun 70, 80, dan 90 an sebelum reformasi. Kini, kalau mereka masih hidup tentu ada beberapa di antaranya yang punya anak gadis cantik atau pemuda tampan yang jadi pasangan kalian. 

Dan perlu kalian tahu, idealisme para aktivis itu biasanya tak lekang dibabat zaman. Sudah barang tentu, sekali golput, mereka akan tetap golput. Dan kalian yang gak golput, tapi beruntung memacari anaknya, lalu tiba-tiba ada kesempatan untuk berbincang empat mata dengan bapak/ibu aktivis itu. Di teras yang sepi itu terjadilah perbincangan ngalor ngidul antara kalian dari pertanyaan tentang gimana awal kalian bertemu, udah lama pacaran sama anak saya, serius gak sih kalian pacaran, kerja apa, lulusan mana, sampai gimana pandanganmu tentang golput, nak? Nah! 

Dan ditutup dengan bisikan, “Nak, syarat jadi bagian dari keluarga ini adalah kamu harus golput”. Modyar. Gimana mau jadi golput aliran kebucinan atau tetap pada prinspimu semula, kawan? Ada yang punya pengalaman kayak gini, bagi-bagilah biar beban di pundakmu sedikit berkurang. 


Diubah oleh iqbalawal 28-03-2019 07:58
11
13K
261
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.