Putus minggu pertama. Semua terasa tidak begitu berat aku menjalani hari dengan cukup santai meski ada sedikit berbeda dalam hari" ku. Kadang aku juga berfikir mungkin benar keputusan ku untuk putus.

Putus minggu kedua. Dia sakit aku kawatir. Aku kirimin dia banyak pesan. Aku kawatir dan aku selalu contekin dia setiap hari. Dan aku berfikir apakan benar aku memutuskan untuk putus.

Putus minggu ke 3 dia sudah sehat sudah sembuh udah keluar dr RS udah bisa kuliah. Dan udah mulai keluar sama temen"nya. mabar. Ngopi plang jam 12 an lebih. Aku larang gak bisa dan aku mulai menjauh lagi menyadari bahwa kita telah putus.

Putus minggu ke 4. Kita enggak ada kontak sama sekali. Dan aku mulai rindu. Aku sudah rindu. Sangat rindu. Aku mulai menyibukan diri membersihkan rumah. Mencuci baju pake tangan. Hingga sampai aku begitu rindu. ku buka sosmed mantan yang kebetulan blum di rubah email sama sandinya dan boom dia DM" banyak cewek. Aku terdian seketika rasanya mati rasa. Untuk beberapa saat. Hingga ku tekankan pada diri aku iklas. Ku cari kesibukan lebih sibuk lagi. Stengah 3 sepulang kerja Aku mulai mencabuti rumput liar di pekarang rumah. Aku mulai berkebun menanam biji" bunga. Bunga matahari. Kertas bunga melati kusirami setiap hari ku buatkan pagar dari bambu sampai ketika aku hendak mandi sore baru sadar ada beberapa duri yang nyangkut ditelapak tanganku rasanya perih ketika terkena air. Sampai ketika malam ku bereskan kamarku yang tidak begitu berantakan. Kukeluargan semua baju yang ada dilemari ku lipat ulang hingga semua telah bersih dan tidak ada yag ku lakukan lagi. Kulihat diriku di cermin sambil duduk diatas kasur yang sudah sangat rapi. Aku menangis. Aku sedih dan sakit. Kuhubingi teman ku kuceritakan yag kualami. Dia bilang sabar itu wajar . Kamu hanya masih mengalami masa transisi. Semua akan baik baik saja pada waktunya. Laki" itu banyak tidak hanya dia. Ucapnya.
berduka