brina313Avatar border
TS
brina313
Bunga Ini Untuk Siapa? [Pernikahan Aira]



Kedatangan Setia


Aira menatap ponselnya dengan sekasama, dalam hitungan detik ia terus berpikir. Memilih antara pergi atau tidak. Sementara bimbingan kali ini belum tentu dosennya ada. Merupakan hal yang menyebalkan untuk Aira.

“Kak, bukannya mau ke kampus?” Tanya Rezni, adik Aira.
“Kamu pikir dari rumah ke kampus itu seperti dari kamar ke ruang depan? Jauh sekali, dek. Malas kali aku ke sananya juga” timpal Aira dengan santai.

Sejak mengurusi skripsi, Aira lebih sering di rumah, sebab ia melakukan penelitian masih di sekitaran kota kelahirannya. Selain hemat biaya juga agar bisa selalu bertemu dengan Ridwan, lelaki yang sangat dicintainya.

Ridwan memang tampan, ia punya gaya yang berbeda dengan yang lainnya. Ridwan adalah pemuda yang sangat mandiri di mata Aira. Ia mau kuliah di Bekasi tanpa sanak saudara satu pun. Bahkan Ridwan membuka usaha online di salah satu platform. Usahanya bisa dikatakan lancar.

Aira dan Ridwan sudah saling mengenal satu sama lain. Bukan lagi hal yang aneh jika melihat mereka sering bersama. Aira pernah berbicara dengan ibunya Ridwan tentang hubungan mereka. Satu ultimatum yang selalu diingat oleh Aira sampai sekarang adalah ‘Jangan dulu nikah sekarang, kalian masih sama-sama kuliah’ dan perkataan itu sungguh menusuk hati Aira.

Sebagai perempuan yang dewasa, di umur 21 tahun sudah sewajarnya mengharapkan keseriusan dari pasangannya. Termasuk Aira. Ia bertahan sampai sejauh ini hanya demi cintanya kepada Ridwan. Telah banyak teman Aira yang member saran untuk meninggalkan Ridwan, tapi Aira masih saja keras kepala.

Setelah lama berpikir antara pergi atau tidak, akhirnya Aira memutuskan untuk pergi ke kampus. Kampus Aira ada di Jakarta, sehingga ia harus pergi naik kereta dari Bekasi ke Jakarta. Ini sebenarnya sudah menjadi rutinitas bagi Aira, tapi lama tidak ke kampus, itulah yang menjadikannya malas kembali.

“Iya, dek. Kakak sore ini pergi ke Jakarta. Bimbingannya besok sore, kok”
“Nah, gitu dong jangan malas mulu. Biar cepet lulus, kan” Rezni berlalu dari kamar kakaknya.

Papa dan mama mereka sibuk bekerja, mereka lebih sering di rumah bersama pembantunya. Rezni pun sekolahnya di sekolah internasiona di Bekasi, jadi jarang di rumah kerena jadwal di sekolah sangat penuh.

“Dek, kamu gak ada les sore ini? Kakak pergi dulu ya. Kakak udah WhatsApp mama, pergi dulu ya. Hati-hati di rumah!”
“Oke, siap bos!”

Keluarga ini termasuk keluarga bahagia, walau jarang ada di rumah, mereka selalu ada waktu untuk menghabiskan waktu bareng keluarga, walaupun itu hanya sehari dalam seminggu. Komunikasi antar keluarga pun terjalin dengan baik.

Di antara banyaknya perjalanan yang kulakukan, aku tidak pernah berani pergi sendiri selain karena tekad yang kuat.


***

Mentari senja menutup hari kala itu, sinarnya membawa pulang papa Aira ke rumah. Mama Aira pun sama, pulang saat menjelang adzan magrib.

“Assalamualaikum,” ucap kedua orang tua Aira. Papa Aira melihat ke sekeliling rumah, mengecek setiap ruangan. Tidak ada seorang pun ada di dalam rumah.

“Papa pasti nyari kakak, padahal ada adek di sini” ujar Renzni dengan wajah yang kecewa.

“Enggak lah, papa sudah tahu kalau kakak pergi mau bimbingan besok, kamu sudah mandi?” Tanya papanya.

“Sudah dong, papa”

“Ya udah tunggulah di mushola, papa sama mama segera ke sana ya”

Tak berselang lama, mereka mngerjakan solat magrib berjamaah. Hidup dalam lingkungan orang-orang baik memang menyenangkan. Selalu ada hikmah dibalik itu semua.

Bagaimana tidak betah jika di dalam keluarga selalu ada keharmonisan dan keromantisan. Teentunya menjadi keluarga bahagia adalah idaman setiap manusia.

Selepas solat magrib, sudah menjadi kebiasaan keluarganya Aira untuk makann malam bersama. Meski sekarang suasanya berbeda, tidak ada Aira mala mini.

Di meja makan mewah dan semua peralatan yang serba mewah selalu terpampang di setiap sudut ruangan. Papa Aira memang pekerja keras, tidak heran jika banyak barang mewah di dalamnya.

Saat mereka bertiga sedang menikmati makan malam. Di depan ada yang mngetuk pintu. Terpaksa makan harus dihentikan dulu. Papa Aira segera membuka pintu untuk memastikan siapa yang datang.

Ada rasa haru dan bangga ketika papa Aira membuka pintu depan, ia kedatangan tamu jauh dari Bandung. Perjalanan dari Bandung ke Bekasi bukanlah perjalanan yang sebentar. Tapi demi niat baik, mereka pun bisa sampai dengan selamat.

“Lah, bapak ke sini hanya berdua?” Tanya papa Aira dengan isyarat mempersilakan duduk.
“Iya, berdua saja”

Merasa tidak enak jika sendirian, akhirnnya papa Aira meminta mama Aira untuk menemani. Tamu ini seorang yang sudah tidak asing lagi bagi orang tua Aira. Mereka saling mengenal saat perjalanan haji ke baitullah beberapa tahun yang lalu.

“Alhamdulillah bapak, mas, lama tidak berjumpa. Apa kabarnya ibu di Bandung?” Tanya mama Aira pada Pak Kosim.
“Luar biasa baik, Mbak. Mbak juga sehat kan sekeluarga?”
“Alhamdulillah, sehat saja pak” jawab mama Aira.

Beberapa obrolan seputar masa-masa naik haji pun mereka bicarakan. Sementara Mas Setia terus melihat-lihat, seperti sedang menunggu seseorang yang tak kunjung datng.

“Mbak Lina, Aira ke mana? Kenapa tidak kelihatan dari tadi?” pak Kosim bertanya pada mama Aira.
“Aira lagi ke Jakarta, pak. Alhamdulillah anak saya mau selesai kuliah. Tadi siang berangkat untuk ikut bimbingan mendadak. Aira gak akan pulang, insya Allah nginep di kosannya” senyum mama Aira begitu memperlihatkan keramahannya.

Mas Setia mendengarkan ucapan mama Aira, ada wajah kekecewaan yang tidak bisa ditutupinya. Sejujurmya ia ingin bertemu dengan Aira, gadis yang ia cintai sejak pertemuannya di masjid agung itu.

“Oh iya, saya mau membicarakan tujuan sebenarnya saya ke sini. Saya bermaksud melamar anak sampean untuk saya jadikan mantu. Anak saya yang ini suka sama anak sampean, pak” ucap pak Kosim sambil menunjuk kea arah Setia.

“Untuk masalah itu, saya tidak bisa member kepastian, tapi saya coba akan bicarakan dulu dengan anak saya, pak. Gimana baiknya. Anak saya juga masih menyelesaikan dulu kuliahnya."

“Mas Setia, memangnya kalian sudah saling mengenal jauh?”

“Tidak bu, saya waktu itu ketemu dengan Aira di masjid agung Bekasi, waktu itu saya sedang ada acara di sekitar sana. Mulai dari sana saya jatuh cinta dan kepikir terus tentang dia. Akhirnya saya solat istikhoroh dan jawabannya saya tetap melamar anak ibu. Saya sudah titipkan surat lewat seseorang, tapi mungkin suratnya tidak sampai” ucap Setia dengan lantang dan mencoba meyakinkan orang tua dari Aira.

Mendengar ucapan dari Setia, pemuda yang berparas sederhana serta memiliki ilmu yang sangat luar biasa di mata agama, mama dan papa Aira sungguh bahagia.


***

"Ra, gimana hubungan kamu dengan Ridwan?" Tanya Risa-sahabat kuliah Aira yang tidak pernah telat nanyain kabar Aira dengan doi.

"Baik-baik aja, Sa. Kalo aku nikah nanti, jangan lupa ya harus dateng, kamu harus dateng bawa pasangan kamu. Titik" paksa Aira.

"Alangkah jahatnya kamu, Ra. Aku pacar aja gak punya, apa lagi calon. Aduh pusing deh cuman buat nyari partner ke undangan doang padahal. Payah."

"Makanya jangan tanyain nikah mulu, lagi proses nih. Yang penting sama-sama lulus aja dulu. Haha biar bebas nantinya nikah deh" ucap Aira sambil terbahak-bahak.

Setelah bimbingan selesai. Aira ingin sekali segera pulang, di kosan gak ada kerjaan juga. Mana sepi dan tidak ada wifi gratis. Kalau di rumah, Aira bisa seenaknya.


to be continued di kolom berikutnya..

Spoiler for INDEKS LINK:
Diubah oleh brina313 07-07-2020 16:04
Lelo11Avatar border
uni214Avatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 24 lainnya memberi reputasi
23
5.5K
106
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.