dwitriyanAvatar border
TS
dwitriyan
ALHIKMAH, SENI BELADIRI WARISAN PARA WALI
Sejarah



ALHIKMAH, SENI BELADIRI WARISAN PARA WALI

Ilmu Al-Hikmah pada hakikatnya merupakan keilmuan warisan Rasulullah SAW kepada Sayyidina Ali RA dan juga para Sahabat yang kemudian disebarluaskan oleh para Wali Allah di belahan bumi ini, termasuk Walisongo dan Syech Abdurrauf As Singkly di Aceh.

Sebelum bernama “Al-Hikmah” , seni beladiri Islam ini dipelajari oleh Abah KH.M. Thoha (seorang Polisi zaman Belanda) yang juga merupakan sesepuh Perguruan Sin Lam Ba. Kemudian dari Abah Toha dipelajari oleh KH. M. Syaki Abdul Syukur sebagai seorang santri dan jawara Banten.

Ilmu Beladiri Alhikmah yang lebih dikenal dengan “Seni Jaga Diri Alhikmah” ini berkembang pesat dan diperkenalkan oleh Abah KH. M.Syaki Abdul Syukur bin Sartawi setelah sebelumnya melengkapi keilmuannya dengan belajar Tauhid kepada Abah KH. M.Amilin bin H. Sarbini (Mama Amilin Abdul Jabbar), Guru Spiritual Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan RI, pencetus nama “burung Garuda” pada Lambang Negara Republik Indonesia tersebut.

Perguruan Alhikmah berpusat di Pondok Pesantren Hikmatul Iman, Cisoka, Tangerang Banten.

1. KH. M. Toha Bin Si’in 
Konon semenjak kecil Pak Toha bercita -cita ingin memiliki ilmu yang sekarang disebut Al-Hikmah. PakToha belajar di pesantren di daerah Banten selama 7 tahun tapi cuma mendapat Ilmu Qiro ’at, Fiqih dan silat Cipecut.

Setelah 7 tahun Pak Toha berpikir, biaya sudah habis namun ilmu yang di cita – citakan belum juga di dapat. Akhirnya Pak Toha pulang dari pesantren kerumahnya yang berada di Jakarta. Ditengah perjalanan di atas kereta api, yang insya Allah jumlah dari gerbong kereta api tersebut adalah sebanyak 6 gerbong. Beliau duduk melamun memikirkan biaya telah habis, namun ilmu yang di cita – citakan belum di dapat. Disaat sedang melamun, tiba – tiba datanglah 3 orang berpakaian jawara menyapa Pak Toha. Sambil duduk salah seorang dari mereka berkata,” Ada ilmu yang dibaca dua kalimat Syahadat, tapi bila ditunjuk ke orang yang berniat jahat maka orang tersebut langsung terpental”.

Pak Toha kaget lalu bertanya, ” Ilmu apa yang tadi diceritakan dan berada dimana ?”

Kemudian salah seorang dari ke 3 orang tersebut mengambil bungkusan rokok yang isinya tinggal 1 batang. Lalu bungkus itu dipakai untuk menuliskan alamat keberadaan ilmu tersebut. Selagi Pak Toha membaca alamat tersebut ke 3 orang itu tiba – tiba sudah menghilang, dicari di 6 gerbong ke 3 orang tersebut tidak ditemukan.

Sangat disayangkan bahwa kita tidak diberitahukan alamat atau nama kampung yang tertera ditulisan pada bungkus rokok itu. Setelah menempuh perjalanan, akhirnya Pak Toha pun sampai di rumahnya. Setiba dirumah disambut oleh Bapaknya dengan pertanyaan, ” Gimana Toha, apakah yang kamu cita – citakan sudah berhasil ?”

Pak Toha menjawab, ” belum berhasil Pak, sewaktu dalam perjalanan pulang ada 3 orang di kereta api yang memberi saya alamat, namun biaya telah habis ”.

Pada waktu itu bapaknya Pak Toha mempunyai seekor kuda dan delman, maka dijualah kuda dan delman tersebut seharga Rp. 40,- ( empat puluh rupiah ). Dengan tujuan untuk dipakai biaya Pak Toha mencari Ilmu.

Hingga bapaknya Pak Toha beralih profesi menjadi tukang daun dan tali. Berangkatlah Pak Toha dari rumahnya di Jakarta, naik di halte satu dan turun di halte yang lainnya. Tetapi setiap ditanya berhenti di halte yang mana ? Pak Toha selalu menjawab, ” diam kamu !”.

Setelah turun di halte yang terakhir, Pak Toha berjalan kaki melewati sawah yang luas, pada saat itu sedang panen. Sampai ditengah persawahan tibalah saatnya waktu maghrib, akhirnya Pak Toha pun membabat jerami untuk digunakan sebagai ampar.

Setelah subuh Pak Toha melanjutkan lagi perjalanan menuju alamat pesantren yang tertera di bungkus rokok itu. Menjelang maghrib Pak Toha baru sampai di pesantren yang dituju. Pak Toha mengucapkan salam dan dijawab oleh Kyai pesantren tersebut dengan Wa Alaikum salam. Kyai tersebut lalu bertanya, ” mau kemana kamu Toha ?”. Pak Toha kaget dan tertegun ( karena Kyai itu tahu namanya ) sambil menjawab,” saya hanya ingin mencari ilmu Kyai ”.

Ditempatkanlah Pak Toha di masjid oleh kyai tersebut dengan kalimat, ” karena ilmu Qiro’at dan Fiqih kamu sudah cukup. Ketika waktu sholat tiba kamu harus mengisi air tempat wudhu ”.

Pekerjaan tersebut dilakukan Pak Toha selama 3 tahun kurang 10 hari. Pada saat itu santri dari Kyai tersebut berjumlah sebanyak 300 orang. Sepengetahuan Pak Toha selama 3 tahun kurang 10 hari itu, Pak Toha belum pernah melihat Kyai tersebut melaksanakan sholat di masjid, baik sholat Jum’at ataupun sholat 5 waktu.

Hanya saja apabila datang waktu siang selepas dhuha, Kyai tersebut mengajak Pak Toha untuk menanam padi, singkong dan jenis palawija lainnya. Setelah 3 tahun kurang 10 hari Pak Toha berpikir, saat tiba waktu subuh Pak Toha membawa Al – Qur’an menghadap Kyai tersebut dengan maksud ingin mengaji.

Tapi ditolak oleh Kyai tersebut dengan ucapan, ” Toha ilmu Qiro’at kamu sudah cukup di Banten ”, lalu Pak Toha diberi uang se-gobang atau 5 sen, kemudian disuruh membeli daun kawung atau daun rokok dengan pesan, ” kamu jangan tidur sebelum saya datang ”.

Pada waktu itu uang se-gobang dapat daun kawung sebanyak 5 ikat dan di bawalah daun kawung itu ke masjid. Sesuai dengan pesan, Pak Toha menunggu di masjid dari subuh sampai kurang lebih jam 02.00 WIB dini hari.

Akhirnya Kyai tersebut datang memasuki masjid, pada saat itu Pak Toha sedang duduk ditiang tengah masjid. Sesampainya di dalam masjid Kyai tersebut mengucapkan salam dan di jawab oleh Pak Toha dengan wa alaikum sallam.

Sambil duduk Kyai itu berkata, ” Toha, ternyata niat kamu memang sudah sungguh-sungguh ”. Duduklah Kyai tersebut berhadapan dengan Pak Toha yang waktu itu duduk menghadap arah kiblat. Maka dari sinilah jatuh syarat ngerawat bahwa si murid harus menghadap arah kiblat dan Pembina atau Perawat Al-Hikmah menghadap ke arah si murid, yaitu saling berhadapan.

Setelah duduk saling berhadapan Kyai tersebut pun bertanya tentang daun kawung yang dipesannya. Pak Toha mengeluarkan ke 5 ikat daun kawung tersebut, lalu mulailah Kyai tersebut mencabuti satu persatu daun kawung itu yang ternyata di dalamnya sudah tertulis ayat – ayat Al – Qur’an, sambil mencabut. Kyai tersebut bertanya, ” ini yang kamu cari Toha ?” Pak Toha menjawab, ” bukan Kyai. ”. Terus menerus seperti itu sampai akhirnya daun kawung yang 5 ikat tersebut hanya tinggal tersisa 2 lembar saja. Lalu kyai tersebut memegang kedua lembar daun kawung yang tersisa sambil bertanya,

” Toha setiap yang dicabut tadi terdapat tulisan ayat Al-Qur’an tapi kenapa kamu menolaknya ?”

Pak Toha menjawab, ” maaf Kyai, bukan itu yang saya cari ”.

Kyai berkata, ” bagaimana kalau yang kamu cari tidak ada disini ( maksudnya 2 lembar daun kawung yang tersisa )”. Pak Toha menjawab lagi, ” saya ridlo kalau memang tidak ada, tapi karena ilmu itu diturunkan ke dunia, tolong saya diberi petunjuk ”.

Kyai tersebut tersenyum sambil berkata, ” tenang kamu Toha ”. Lalu mencabut 2 lembar daun kawung yang tersisa sambil membaca.

”Asy’hadu ala illaha ilallah wa asy’hadu anna Muhammadur Rasulullah” ”Benar itu Kyai !”, seru Pak Toha.

Namun Kyai tersebut membelah daun kawung tersebut sambil berkata ” Semua yang bergerak di perut adalah hak kamu dan yang bergerak di tangan adalah hak H. Amilin ”. Pada waktu itu H. Amilin baru berusia 7 tahun, tapi sudah dipanggil Haji.

Kyai tersebut berkata, ” suatu hari nanti akan ada anak buah kamu yang dapat menyatukan ilmu ini ”. Terjadi perbedaan pendapat antara murid Pak Toha dengan murid H. Amilin, bahwa bohong H. Syaki ngaku – ngaku muridnya H. Amilin. Kebenarannya, waktu itu Pak Toha mempunyai 60 perwakilan yang di antaranya termasuk H. Syaki.

Namun dari 60 perwakilan hanya H. Syaki yang menerima surat dari Pak Toha untuk belajar dengan H. Amilin di Garut. Ini fakta yang menguatkan bahwa H. Syaki adalah termasuk salah satunya murid H. Amilin. Setelah 3 tahun kurang 10 hari dan merasa telah mendapatkan ilmu yang di inginkannya, Pak Toha pun pulang kerumahnya.

Setelah sampai dirumah, disambut oleh adiknya yang bernama Sukardi yang kebetulan pada waktu itu sedang kalah main,” wah kebetulan Toha kamu pulang, ajarin gue silat Cipecut nih ”.

Pak Toha pun bersedia mengajarinya, namun dari mulai waktu isya sampai menjelang subuh Sukardi tidak bisa mempelajarinya. Setelah waktu subuh tiba dan pada waktu ibunya Pak Toha sedang menggoreng singkong di atas sebuah wajan atau kuali, keduanya sudah merasa kelelahan. Pak Toha pun agak lepas kontrol dan berkata, ” bodoh amat kamu belajar begini saja nggak bisa – bisa ”.

Sukardi yang mendengar omongan ini jadi emosi, maka dia menyerang berniat memukul Pak Toha, namun secara reflek Pak Toha menunjuk Sukardi sehingga terpental menduduki kuali yang sedang dipakai menggoreng singkong.

Si Ibu menjerit ketakutan, namun Bapaknya Pak Toha bersorak girang sambil berkata, ” Nggak percuma aku habis modal akhirnya anakku berhasil mendapatkan ilmu yang di inginkannya ”. Sehabis kejadian itu akhirnya Sukardi berkata,” ngapain lu ngajarin gue silat Cipecut, itu aja yang lu ajarin ke gue”.

Disitulah pertama kali Pak Toha mengajarkan ilmu Al-Hikmah kepada adiknya Sukardi dan jatuh kebiasaan dimana kita ikhwan Al-Hikmah disyahkan menjadi Pembina atau Perawat Al – Hikmah, dihimbau untuk membina atau merawat keluarga terlebih dahulu sebelum orang lain.

Setelah di ajarkan ilmu Al-Hikmah akhirnya Sukardi berangkat main lagi tapi kalah lagi. Maka di ikatlah oleh Sukardi hingga semuanya tampak bengong seperti patung. Lalu Sukardi mengambil semua uang yang ada tapi hal ini diketahui oleh Pak Toha hingga akhirnya jatuh sumpahnya Pak Toha dari kejadian itu. Bahwa setiap muslimin muslimat yang ingin masuk atau belajar ilmu Al-Hikmah harus bisa dan mau mengerjakan segala perintah ALLAH dan menjauhi segala larangan- Nya.

2. KH. Amilin Bin H. Sarbini 
KH.AMILIN atau yang bergelar Abdul Jabbar dilahir sekitar 1800 di Garut dan wafat tanggal 22 September1962 dimakamkan DAYEUH KOLOT BANDUNG. Shohibul hikayat Haji AMILIN atau para penghayat Abdul Jabbar atau para murid beliau di bandung dan Garut sering memanggil dia dengan sebutan penghormatan MAMAK amilin,beliau juga sempat berguru kepada HAJI ODDO bin SYAIKH ABDUL KARIM al-bantani Yang memiliki pesantren berada di daerah Karawang(Rengas Dengklok),syech abdul karim al-Bantany seorang ulama besar yg mewariskan thoriqoh qodiriyah naqsyabandiyyah dari syech akhmad khotib sambas Bin Abdul GHOFFAR (Lahir di sambas-kalbar bermukim dan tinggal dimekkah sebagai pendiri thoriqot naqsyabandiyyah qodariyah) Kepada H.ODDO.

KH.AMILIN juga sempat berguru dan bermukim di Mekkah Al-Mukarromah .Salah satu gurunya di mekkah adalah “Syaikh Fathoni,”yang menurut riwayat adalah yang memberi beliau gelar “Abdul Jabbar’ yang berarti hamba allah yang gagah perkasa.

Abdul Jabbar adalah diri kita yang artinya sebagai manusia adalah abdi allah yang gagah perkasa (Abdul Jabbar) sebagai khalifah di mukabumi. Jadi Asmak Abdul Jabbar adalah penginisasian diri atau mengembalikan manusia ke arah seharus nya sebagai pemegang kendali alam semesta dan sebagai pengemban tugas dari sang maha pencipta.

Pada zaman penjajahan Mamak Haji Amilin bersama degan murid-murid nya memakai tanda gelang berwarna merah di pergelangan tangan,sehingga mereka lebih di kenal dengan sebutan “Pasukan Gelang Merah”.

Dalam menghadapi Belanda, Pasukan Gelang Merah tidak menggunakan senjata alias hanya menggunakan tangan kosong. Walaupun murid-murid beliau banyak berguguran menghadapi belanda yang bersenjata lengkap, tapi murid-murid beliau tetap berhasil memenangkan perang melawan Belanda. Karena hanya menggunakan tangan kosong mengahdapi belanda,tangan mereka banyak berlumuran darah sehingga mereka juga di kenal dengan sebutan “Si Tangan Merah”. Selama menjalani dan membina sebagai guru Asma Abdul Jabbar, di daerah Garut, Jakarta, dan Bandung atau lebih tepatnya di daerah Dayeuh Kolot Bandung. H. Amilin di kalangan murid-murid nya sering di panggil dengan sebutan Mamak Haji Amilin atau ada juga yang memanggil beliau dengan sebutan Mamak Pagreksa Haji Amilin, sedangkan murid-muridnya di panggil dengan sebutan Pala Putra Mamak,”Pala” adalah sebutan jamka atau lebih dari satu putra Mamak Haji Amilin.

H. Amilin semasa hidupnya dulu banyak meluruskan orang-orang yang mencari atau mengunggulkan kedigdayaan. Banyak yang di lucuti baik isim-isim, jimat, bahkan niat nya orang-orang itu di luruskkan zikirnya hanya karena Allah semata.

Di ingat kan untuk meningkatkan ke ikhlasan dan di beri wasiat agar tekad,ucap,jeung lampah(niat,perkataan,dan tindakan) selaras dengan perintah allah swt di beritahukan makna basmalah,dua kalimah sahadat,innalillahi...,haokollah... supaya lurus.

Beliau juga berwasiat,jangan mengurusi khodam apalagi mitos. Wasiat yang terpenting adalah untuk selalu menjaga tauhid.

“untuk memukul ? (memukul siapa)

“untuk menjaga ? (dari apa)

Yang menjaga itu allah atau hijib ?..

Tengok ini untuk itu,itu untuk ini..

Dalam mengamalkan “(kalimah asma abdul jabbar)” ini,semata-mata hanya untuk berbakti diri kepada allah dan tidak untuk kepentingan dunia,kesaktian,kekayaan,da lain-lain.

Lihatlah nabi besar Muhammad SAW yang tidak ada satupun manusai yang lebih ma’rifat kepada allah selain beliau,kalau lah memang beliau kebal atau sakti, mengapa saat perang uhud beliau terluka dan jika kaum Quraisy menghina untuk mengeluarkan mu’jizat atau pun hal aneh lainnya, beliau hanya menjawab : “AKU HANYA UTUSAN ALLAH SWT YANG DI UTUS KEPADAMU,YANG DI KATAKAN KEPADAKU BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLAH”.

Sedangkan mu’jizat/karomah yang di alami baik oleh nabi besar muhammad SAW atau Mamak Haji Amilin yang sering di ceritakan para sepuh adalah benar tapi itu semata-mata adalah kehendak dan rahmat allah SWT bukan kehendak atau kemauan beliau. Allah berfirman dalam Al-qur’an : “ Saat kamu melempar, maka bukan kamu yang melempar tapi Allah lah yang melempar”.

Dan lihatlah iblis yng mampu terbang dan berpindah dari ujung barat ke ujung timur hanya dengan sekejap mata ! namun tetap saja dia terlaknat di hadapan Allah SWT.

3. KH. M. Syaki Abdussyukur Bin Sartawi
Pada tahun 1935 Abah H. Syaki berjalan di jalanan Jakarta dan melihat orang-orang yang sedang latihan. Melihat kejadian aneh, orang mukul mental dengan cuma ditunjuk. Karena penasaran abah pun turun gelanggang, tapi begitu nyerang langsung terpental. Setelah berapa kali abah pun yakin bahwa memang benar.

Abah pun minta di ajari sama Pak Toha, tapi dijawab, ” nanti saja dek. Kalau kamu sudah dewasa tagih hutang sama saya ”. Pada waktu itu abah dikasih kenit ( batu cincin yang di buntel ) sebanyak 3 buntelan sambil berkata, ” bawa ini insya Allah dengan membawa inipun kamu akan selamat ”.

Tahun 1952 setelah anak abah, Ramli lahir. Abah pun di syahkan menjadi Pembina atau Perawat untuk mengajar. Tapi abah belum mau disyahkan, tapi dipaksa oleh Pak Toha dengan ucapan, ” nggak apa – apa terima aja dulu ”.

Setelah disyahkan tahun 1952, maka pada tahun 1957 Pak toha pun wafat.

Inilah saat pertama kali turun wirid’an dari Pak Toha. Karena sebelumnya Al-Hikmah tanpa wirid’an. Riwayatnya ketika abah datang ke Jakarta, Pak Toha sedang sakit karena kedatangan 3 orang tamu yang kurang sopan. Pak Toha pada waktu itu sedang lengah.

Tamu tersebut mengucap salam dan bertanya dengan kasar, ” mana Toha ”. Pak Toha marah lalu keluar dan memukul tamu tersebut, namun Pak Toha malah terpental. Kemudian tamu tersebut pulang dan berkata,” Toha, sampai disini saja kamu mengurus ilmu ini ”.

Setelah seminggu abah menemani Pak Toha yang sedang sakit di Jakarta, abah disuruh pulang dengan kalimat, ” Kamu dosa meninggalkan anak istri di rumah ”.

Abah pun pulang dan setibanya di rumah menyuruh Surnita (adik laki – laki abah) untuk ke Jakarta menunggu dan menemani Pak Toha yang sedang sakit. Begitu sampai, Pak Toha sedang dikelilingi keluarga.

Pak Toha bertanya, ” mana adiknya Syaki ? ”, ” saya abah ”, sahut Surnita. Waktu itu Pak Toha memberikan amplop sambil berkata, ”amplop ini jangan di buka, kalau bukan Syaki sendiri yang membukanya ”. Begitu amplop jatuh ke tangan Surnita, maka saat itulah Pak Toha Wafat.

Surnita pun pulang kerumah dan memberikan amplop tersebut ternyata berisi 3 lembar kertas surat dan satu lembaran kitab ” tajul muluk”.

Lembar Pertama dari surat itu berisi amanat yang bunyinya : Bahwa syarat masuk Al-Hikmah harus taat kepada hukum syara dan hukum negara.

Lembar Kedua berisi wirid’an

Lembar Ketiga berisi minta sumbangan karena mau meninggal.

inilah pertama kali jatuh wirid’an terhadap Al – Hikmah. Sesudah Pak Toha wafat tahun 1957, maka pada tahun 1958 abah Syaki mulai bergerak luas meninggalkan pekerjaannya dan fokus mengajarkan Ilmu Al-Hikmah.

Pada tahun 1965, di Lampung anggota Al-Hikmah sudah 10.000 anggota.

Kemudian abah membentuk KSBPI ( Kesatuan Seni Budi Pekerti Islam ). Tapi di Malaysia disebut KSBPIM, karena sifatnya berbentuk kesatuan, maka didirikanlah CV. DENGKUL.

Tapi tidak lama karena Direkturnya bernama Marzuki (bukan anggota Al-Hikmah). Tidak menjalankan tugas dengan baik karena lebih tertarik dengan sekretarisnya sehingga tugas-tugas terbengkalai. CV. DENGKUL lalu di bubarkan oleh Abah H.Syaki.

Dengan terlebih dahulu menyelesaikan hutang piutang perusahaan. Setelah selesai abah kembali ke Jakarta, dengan maksud melapor ke KSBPI Pusat Tapi ketika sampai abah mendengar suara gaduh dari ruangan ustadz Ramli.

Setelah salam 3x tanpa menunggu balasan abah langsung masuk, abah pun bertanya, ” sedang apa kamu Ramli ”. ” sedang meng-Islamkan setan ”, jawab Ustadz Ramli Abah pun marah karena jawaban itu, KSBPI pun dibubarkan. Sampai di rumah abah bingung mau dinamakan apa Ilmu Allah ini ?

Siapa Abah Syaki Abdussyukur ……???
Sejarah tentang siapa Abah Syaki, sangat sedikit yang mengetahui, saya pribadi pun hanya mendengar cerita dari para senior2 tentang beliau. diceritakan bahwa masa dahulu itu, Abah Saki sempat menjadi Centeng di Tanjung Priok, dan abah Syaki ternyata juga mahir dalam bermain silat yang sifatnya fisik, namun tidak diceritakan Silat apakah yang dipegang oleh Abah Syaki.

Sehingga ketika bertemu dengan Abah Toha, segera saja Abah Syaki menjajalnya dengan menyerang secara fisik.., dan hasilnya..., abah Syaki sampai terjerembab jatuh bahkan dikatakan sampai nyungsep masuk ke got itulah sebab, mengapa kemudian diceritakan kemudian Abah Syaki menyatakan takluk dan langsung berguru kepada Abah Toha..

setelah pelajaran dirasa cukup, Abah Toha kemudian memerintahkannya untuk melanjutkan pelajaran kepada Abah H. `Amilin yang berdomisili di Dayeuh Kolot Bandung.

diceritakan kemudian, Abah segera berangkat ke Bandung.. dan perjumpaan terjadi di tengah sawah.. tatkala Abah kemudian bertemu dengan seorang petani yang berperawakan kecil lalu bertanya.. dimanakah rumahnya Abah H. Amilin.. lalu disambut dengan pertanyaan lagi, untuk apakah kamu mau kesana..lalu dijawab Abah, mau berguru sesuai amanat dari Abah Toha.. yang ada, Abah segera ditantang berkelahi oleh petani itu.. dan segera saja Abah melayani dengan mengeluarkan jurus silatnya.. dan terjadi lagi... hanya dengan sedikit gerakan mengibas.., abah langsung terjatuh dan tidak bisa bergerak.. akhirnya petani itu tersenyum, dan kemudian menunjukkan arah rumahnya H.`Amilin.. lalu berangkatlah Abah Syaki dengan perasaan herannya.. mencari ke arah yang ditunjukkan.. dan sesampainya di rumah H.`Amilin.. betapa kagetnya Abah... ternyata...

Abah H.`Amilin ialah.., petani yang ditemuinya tadi di lokasi sawah .. Beliau sudah ada di rumah itu dan mengenalkan dirinya ialah yang dicari. Hal inilah yang menyebabkan kemudian, setelah itu Abah direstui untuk membuka pelajaran Al Hikmah di Cisoka, Banten yang kemudian berdiri dengan nama Al Hikmah.
raden3113Avatar border
sutankhulifahAvatar border
sutankhulifah dan raden3113 memberi reputasi
2
23.1K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Image
Image
icon
42.9KThread3.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.