infoanaksultanAvatar border
TS
infoanaksultan
[CERITA PENDEK] AMBISI - TATKALA AKU BERSELISIH DENGAN AKU YANG LAIN
PERINGATAN KERAS, THREAD INI MENGANDUNG ENERGI TAK KASAT MATA YANG SUNGGUH BISA MEMPENGARUHI RASA TAKUT PARA PEMBACA, JADI MOHON UNTUK YANG TIDAK MEMILIKI NYALI AGAR TIDAK MEMBACANYA LEBIH JAUH.


TERIMA KASIH


enjoyed, hahahahaha.




Andai menyelaraskan rasa adalah perihal baik yang akan kuterima dengan mudah, pastilah sebuah hati takkan sempat rapuh. Baginya adalah sebagai sebuah perandaian, tentang siapa aku, siapa kamu, dan siapa kita. Kita tidak akan pernah selaras, karena nadiku tidak untukmu, karena relungmu tidak untukku, karena diantara aku dan kamu tidak akan ada yang menjadi kita.

Kembali pada tiap-tiap keraguan yang sempat hadir bergemuruh, ia tak lagi ingin dekatku saat ini. Padahal kala itu aku sempat berdiri sangat dekat di hadapannya sebagai perisai yang melekat tepat di hati. Namun, senja beriringan berpaling bersamanya, sang kamu pergi tanpa pernah kembali.

Ini adalah sebuah Ambisi, yang bertentangan dengan mimpi sang aku yang sudah tak ingin lagi menunggu sang kamu. Walaupun lelah, ambisi ini akan tetap abadi bersama dengan waktu yang berganti, sang aku hanya bisa pasrah menerima takdirnya yang begitu semu. Begitulah ia, diriku yang lain, yang tak pernah sependapat denganku.

27 Oktober 2012

Dunia sedang resah kala itu, namun aku tetap diam. Hati sedang lusuh kala itu, namun aku masih diam, menunggu dia. Sang kamu yang tiba-tiba hilang, aku bukan menunggu ia datang untuk kembali padaku. Aku menunggu kepamitannya. Karena tergantungkan oleh rasa rindu adalah sakit yang tak pernah ada obatnya, bagiku.

Naas, rindu ini hanya sebatas angan. Perandaian tentang sang kamu hanyalah sebatas keinginan, bukan jawaban atas apa yang telah singgah dalam sebuah kenangan. Karena yang kutau adalah; pamitnya takkan pernah kudapati.

*****

emoticon-mail
Blackberry Messenger kala itu:

"Sebentar lagi aku pulang kok, ketemu di halte ya!" kataku dalam sebuah chat dengannya di BBM.

"Bentaran ih, aku tanggung, enak ngerjain PR di sekolah tau daripada di rumah.." balasnya.

"Yaudah, aku tetep duluan, nunggu di halte aja, sambil nongkrong sama anak-anak ya."

"Oke sayang, jangan ngerokok lho ya!"

"Hooh, yaudah gih buruan kerjain PR nya.."

"emoticon-heart" balasnya singkat.

Aku terduduk pada sebuah kursi memanjang, tepat di atas kepalaku terdengar bunyi gemericik, pertanda hujan mulai turun menjatuhi atap halte yang masih bagus bentuknya. Sore ini Cirebon sangat mendung, bersenandung pula para angkot yang sudah menunggu kedatangan murid-murid dari sekolahku yang mulai beranjak pergi, pulang kerumahnya masing-masing. Namun aku masih bersedia menunggu, hingga hari makin gelap, sesekali ku lihat ke belakang, pada jalan kecil yang menghubungkan tempatku duduk saat ini dengan sekolahku di belakang sana.

Sepuluh menit sudah aku terduduk, masih saja tidak ada sosok yang ku tunggu.
Dua puluh menit berjalan, aku tertunduk, masih santai dengan sebatang rokok menempel di tangan.
Tiga puluh menit berlalu, aku terdiam, sambil hembusan asap menyertai.

emoticon-mail
Pesan Masuk:

"PING!!!"

"Hey, maaf aku udah pulang duluan tadi.." sebuah pesan singkat dari seorang yang ku tunggu.

Hanya ku baca, lalu ku diamkan, dan beranjak naik menuju angkot terakhir yang ada saat itu, hujannya mulai deras, aku hanya bisa diam menikmati riuhnya. Sambil sesekali menahan rasa, yang mulai berubah menjadi sebuah kecewa. Terdengar beberapa kali suara dering dari saku celanaku, ku biarkan sampai tiba di rumah.

emoticon-mail
20 Pesan Masuk:

"PING!!!"

"PING!!!"

"PING!!!"

"PING!!!"

"Sayang maaf ih, aku lupa kalo kamu nungguin di halte.."

"Tadi aku langsung pulang, sama temen.."

"Maaf yaa, please.. Sumpah lupa, maafin..."

Aku mulai mengetik beberapa kata untuk membalas 20 pesan tak terbalas yang isinya adalah permohonan maaf dan sebagian lainnya spam tak jelas, menandakan ia ingin segera ku balas.

Belum sempat mengirim pesan, tampak ia sedang mengetik sebuah pesan yang lain, kutau setelahnya adalah sebuah pengakuan yang amat tak di harapkan.

emoticon-mail
Sedang mengetik pesan...

"Sayang, maafin, serius tadi aku lupa, terus pulang sama Akbar, naik motor lewat jalan desa. Maafin aku lupa pisan.."

"Sayang please.." dia mulai melirih.

Delivered.

"Gakpapa, aku baru sampe, santai aja, sama Akbar ini, lagian kan kamu satu arah, hemat ongkos juga. Besok-besok sama dia lagi aja, minggu depan pengayaan kan? Pulang sore susah cari angkot, aku juga rencananya mau bawa sepedah, sekalian olahraga.."

Read.

"Kamu marah ya? Maafin sayang, gak lagi-lagi kok, besok-besok aku ikut kamu aja, ya? Gakpapa boncengan pake sepedah, biar romantis hehe.." balasnya merajuk.

"Mau bikin aku sempoyongan apa? Jauh banget elah nganter sampe rumahmu, kita kan beda arah, udah sama Akbar aja ya? Nanti aku ngomong ke Akbar, nitip tuan putri." kataku, beralasan.

"Ih kok gitu? Hmm, gakpapa emangnya? Akunya gaenak ke kamu.."

"Gakpapa, elah pake acara gak enakan. Lakuin aja, selagi itu nguntungin buat kamu kenapa engga? Toh, Akbar ini, bukan orang lain, ya walaupun aku gak deket sih, tapi nyantai lah.."

"Serius? Asyik, jadi hemat ongkos, hehe.. Makasih ya sayang, love you!"

"Iya, santai aja.. Love you more..."

"Eh, lupa, tuan putriku yang tersayang, mohon pengertiaannya ya, PR belum kelar, nyontek boleh?"

Read.

Dia kemudian hilang tertelan gelapnya malam yang mengundang hawa dingin, begitu menusuk hingga membuat kantuk hadir untuk melelapkanku dalam segelas mimpi yang sudah terseduh oleh serangkaian cerita di dalamnya.

*****

Gelap.

Kemudian aku merasa ada beberapa orang yang melintas di hadapanku, suara gemuruh mulai terdengar lebih jelas. Tampaknya matahari sudah naik di atas kepalaku, tempat yang kupijaki terasa begitu luas, tak ada satupun benda di sampingku, hanya ada rasa sakit di sekitaran pelipis juga perut.

Aku tersadar.

Terlihat dari jauh, tepat di depan mataku seseorang menangis. Ialah sang kamu, yang kemudian akrab ku panggil dengan Ratna.

Ia terduduk sambil sesekali terusap kepalanya oleh seorang yang ku kenal sebagai Akbar, anehnya, Akbar penuh dengan luka di sekitaran wajahnya, hidung terutama. Lebam-lebam intinya.

Ku tengok ke kiri, Asih, Dedy, Reza, Jaka, Gani, Meli, Raul. Ku tengok ke kanan, beberapa orang lainnya yang samar-samar masih tak ku kenal.

Ada apa ini sebenarnya? Ku tengok ke bawah, tanganku mengepal, sepatuku kotor oleh pasir yang menempel, bajuku penuh bercak berwarna merah, cukup banyak, namun tak sebanyak bercak pada baju Akbar. Kuingat saat itu, Akbar mulai menuntun Ratna menjauh dari keramaian, menaiki motornya, kemudian pergi, sedangkan aku? Masih tetap berdiri sambil berfikir dengan penuh emosi bergejolak, beberapa orang mulai mendekatiku, mereka melantunkan beragam pertanyaan yang tak ku mengerti.

emoticon-phone
Sebuah panggilan masuk.

"Hmm, siapa? Baru bangun ini.."

"BANGUN BEGO! INI ANAK-ANAK PADA NYARIIN LU! AKBAR NGAMUK-NGAMUK DI KELAS!"

"Apaan sih anying, baru aja gua bangun udah berisik aja, lagian ngapa juga si Akbar ngamuk di kelas kita, gak ada kerjaan banget dah pagi-pagi.."

"PAGI MATAMU COK! MELEK BEGO! LIAT JAM BERAPA? WAH PARAH LU ANYING, GA INGET KEJADIAN KEMARIN COK?!"

"Kejadian apa sih cok, gua baru bangun, lah lu tau sendiri kemarin gua nongkrong sama lu di kantin, terus balik nongkrong di halte sambil ngerokok, terus lu balik duluan.."

"SAKIT YA INI ORANG ANYING, KEMARIN LU BERANTEM SAMA AKBAR BEGO! INI GUA LAGI MAKAN ENAK-ENAK DI BELAKANG KELAS JADI SENSI KENA SI INI MONYET SATU, LU DATENG NGAPA COK, DARIPADA GUA ABISIN DI TEMPAT INI BOCAH!"

*****

Terhenti pada sebuah percakapan melalui telfon, kututup cepat-cepat, mata ini ku buka tanpa sekat, ku lihat jam di dinding sudah beranjak naik menuju angka yang tak tepat, terasa berkunang-kunang penglihatanku, berat kepalaku, tampak banyak sekali bercak merah berceceran di lantai, berlari aku menuju cermin...

A.. Apa ini?! Mengapa semua kejadian dalam mimpi tadi tampak seperti nyata?! Tak satu helaipun ku dapati baju berbeda dengan apa yang ku lihat saat terlelap. Semakin nyata ketika kudapati beberapa sisi pada wajahku terluka, dengan sangat panik aku terduduk pada sebuah kasur kecil khas anak kost yang menempel langsung pada lantai yang mulai panas tersengat matahari yang sudah siaga.

Berfikir, mengingat segala hal yang terjadi. Iya, aku ingat, aku ingat betul kemarin aku tertidur, kemudian bermimpi, dan sekarang mimpi itu terasa sangat nyata, rasa sakit ku jumpai saat menyentuh beberapa bagian pada tubuh. Gemuruh suara kendaraan di luar rumah tampak ricuh, seperti ada yang datang, kemudian terdengar suara sangat keras, layaknya pintu yang di pukul penuh emosi.

Ku genggam sebuah Blackberry keluaran lama yang saat ini kumiliki, terlihat beberapa panggilan tak terjawab dari sebuah kontak yang kunamai, Jaka. Manusia paling emosional yang ku jumpai dalam kelas, anak basket tergigih pula tampaknya, namun tadi kudengar ia dalam telfon, berteriak, marah, dan suara yang ku dengar saat ini sama seperti yang terdengar pada telfon tadi.

JAKA ADA DI DEPAN RUMAHKU!

emoticon-exclamation
Percakapan serius antara aku dan Jaka.

"HAN KELUAR BEGO!"

"GUA DI DEPAN, BURUAN AH SI ANYING!"

Bergegas aku bukakan pintu depan rumah, ku lihat Jaka sedang menggenggam sebatang rokok. Terhempas segumpal asap keluar dari mulutnya, mengisyarakatkan agar ku bakar juga sebatang rokok yang ia sodorkan padaku.

"Sedot.." Katanya.

"Iya, makasih.." Jawabku.

"Gimana luka lu?" Ia mulai bertanya serius.

"Sakit."

"Yaiyalah bego, gua juga tau.. Maksud gua, lu tau kaga penyebab itu luka kenapa?"

"Kalo gua tau, pas bangun baju gua ga begini, muka gua udah gua obatin, gak kusut gini, anying!"

"Hahaha, dasar bego.. Lu tau? Kemarin lu berantem sama si Akbar, gara-gara Ratna kayaknya, gua ga paham ceritanya gimana, cuma lu ajak gua buat nemuin Akbar di lapangan belakang sekolah."

"Hah?! Ngapain juga anying gua masalahin si Ratna sama Akbar nyet?"

"Dih, mana gua tau anying, lu tiba-tiba nyuruh gua ikut, dan seketika itu pula beberapa anak kelas yang penasaran malah ngikutin kita ke sana. Sampe sana, gak banyak omong anying, lu langsung tarik Akbar yang baru aja markir motor bareng si Ratna."

"Terus?"

"Di cengkeweng dah tuh si Akbar sama elu, lu nanyain macem-macem, intinya lu kayak cemburu parah lah sama si Akbar gara-gara boncengin si Ratna buat balik bareng kemarin lusa."

"Fak, history chat gua sama Ratna aja terakhir ga di bales sama dia. Gimana ceritanya tiba-tiba gua adu jotos sama si Akbar baik!"

"Yakin? Cek dulu.."

Deg!

Ini aneh, sumpah ini aneh, aku merasakan suatu kejanggalan;

emoticon-mail
Pesan yang tak terbalas, berlanjut menjadi sebuah percakapan panas yang berujung sangat pahit.

"POKOKNYA AKU GAMAU TAU YA! BESOK KALO AKU LIHAT KAMU DEKET SAMA SI AKBAR LAGI, GAK ADA AMPUN!"

"TERSERAH! KAMU SENDIRI YANG NGEBOLEHIN AKU BUAT PULANG BARENG DIA, TERUS SEKARANG MALAH NGELARANG?! MAUNYA APA?!"

"JADI KAMU LEBIH MILIH BUAT BALIK SAMA DIA DAN MENGABAIKAN OMONGAN AKU, HAH?!"

"IYA, MASALAH?!"

"FINE, LIHAT NANTI AKHIRNYA!"

"KAMU KENAPA SIH?! TIBA-TIBA GA JELAS GINI, HAH?!"

"KOK PAKE NANYA? HARUSNYA AKU YANG NANYA, KAMU KENAPA SIH GAMAU DENGER OMONGAN AKU, HAH?! LEBIH MILIH AKBAR DARIPADA AKU?! BILANG RATNA, BILANG!"

"KALO IYA KENAPA? NGACA HAN, TOLONG. DIA JAUH LEBIH PANTES BUAT AKU DI BANDINGIN KAMU!"

"HAH? BERCANDA? KENA PELET KAMU? KACAU.. ASLI, KACAU!"

"UDAHLAH, KITA PUTUS AJA! MALES AKU SAMA COWOK EMOSIAN KAYAK KAMU! BYE."

Blocked.

Seketika itu seluruh tubuhku mulai melemas, di sisi yang lain seperti ada yang bergejolak ingin melampiaskan amarahnya, lagi dan lagi. Kepalaku mulai pusing, tatapanku mulai kosong, pendengaranku mulai kabur, kemudian gelap kembali menjemput hingga bising suara Jaka yang mengoceh tidak lagi terdengar olehku.

Di hadapanku kini ada seorang yang mirip denganku, sangat mirip. Ia tampak gagah dengan postur tubuh yang tegak, tidak sepertiku yang selalu loyo ketika berdiri. Di sekelilingku hanya hitam, kemudian terlihat jelas sebuah memori ketika aku dan Akbar saling jotos kiri dan kanan, dari perut hingga wajah, semuanya terlihat jelas oleh kedua mataku.

*****

Dalam ruang yang tak ku ketahui keberadaannya, kemudian seseorang yang mirip denganku mulai angkat bicara;

emoticon-exclamation
Katanya pelan:

"Yang tadi kamu lihat, itu aku. Aku adalah kamu, kamu adalah aku, kita berada dalam raga yang sama, dengan jiwa yang berbeda. Aku adalah wujudmu yang lain, kita sangat berbeda, aku adalah ambisimu, sedangkan kamu adalah putus asaku. Kita hidup dalam bimbang, juga tanda tanya. Kala aku menginginkan, kamu menyerah. Kala kamu berharap aku wujudkan, kala kita bertolak, aku juga kamu saling merangkak, bertarung, tak terkendali seperti hewan liar yang hanya mengikuti naluri."

Setelah kata terakhirnya terucap, aku sudah ada dalam suasana sangat tenang. Tak ada lagi sakit kurasa, hanya hening menyerupai kematian, aku lihat sekitar, dinding tinggi menghimpitku hingga tak bergerak, ku lihat ke atas ada beberapa papan menjadi atap ruangan sempit ini.

Terdengar dari kejauhan lantunan doa, ku kenal salah satu suaranya adalah Jaka. Suara lainnya menyusul mirip dengan Ratna, tidak, bukan hanya mereka, ada juga beberapa kawanku yang lain, Gani, Asih, Dedy, Reza, juga Raul dan beberapa orang lainnya yang turut serta dalam mendoakanku, sepertinya.

Apa ini?

Tanah? Bebatuan? Lantas pakaian apa yang ku kenakan kini? Kain? Mengapa berwarna putih? Mana bajuku yang penuh bercak merah? Ah, sepertinya ini hanya sebuah mimpi yang akan menjadi nyata kembali.

Ironiku tampaknya telah menjadi sebuah masalah, yang tampaknya tidak bisa ku selesaikan. Nasibku hanyalah menyatu dengan tanah, kemudian menghadap kembali pada Tuhan yang tampak sangat rindu. Pantaslah sudah, Tuhan sangat mengerti padaku, daripada aku hidup dengan penuh kegilaan, mungkin surga akan menjadi jawaban yang sangat manis, kemudian ironi ini terselesaikan. Oleh ambisiku yang menelan telak nyawa ini.

Gelap, kembali singgah.

Sebingkai memori kembali terlihat, di sana aku sedang di bopong oleh Jaka dengan penuh darah mengalir dari hidungku, sesekali aku sadar lalu marah, sesekali aku sadar lalu pasrah, kemudian Jaka mulai menjauh dari tubuhku, ia berlari cepat menuju motornya, aku ditinggalnya sendiri di antara pintu yang menghubungkan teras dengan ruang tamu rumahku.

Kemudian datang beberapa orang, ku lihat mereka ramai terkejut, menyusul kemudian sebuah mobil datang, beberapa orang tampak mengangkatku ke dalam mobil yang sudah terbuka agak lebar pintunya. Lalu memori ini beralih, pada sebuah ruangan penuh sekat, kiranya sekat itu terbuat dari kain, sepertinya aku ada di ruang gawat darurat pada sebuah rumah sakit.

Air mata mulai keluar dari mataku yang terlelap, kemudian aku membuka mata lebar-lebar, tertawa, menunjuk bebrapa orang yang ku kenal, salah satunya Akbar, dengan penuh emosi ku lemparkan ia dengan barang yang tergeletak di sekitarku. Namun aku kembali terlelap, dan memori itu kembali gelap, dengan cepat kini memori itu terus berganti, aku dan dia, saling bertukar raga, kemudian akhirnya darah mengucur sangat deras dari hidungku, sampai akhirnya ku lihat beberapa orang mulai menangis, Ratna menjerit seperti tidak terima bahwa keberadaanku saat itu sudahlah tiada.

Tik!

Bunyi petikan jari terdengar, lalu beriringan hadir secuil cahaya terang di ikuti dengan sebuah wajah di tengahnya, wajah itu adalah ambisiku, aku yang lain, aku yang samar-samar ku dengar ia berbicara;

"Hihi, kemanapun kamu pergi, aku akan selalu ada bersamamu, walau ajal menjemputmu, aku akan tetap abadi berada dalam jiwamu. Hahahahahahaha."

Tamatlah kau, Han.

*****

16 Januari 2018

Halo, para pembaca. Inginkah aku turut serta dalam hidupmu? Karena seorang Rayhanyang kutau, kini telah tiada. Hanyalah aku seorang yang mengetikkan semua cerita di atas, hihi. Mari, kita saling bertukar raga. Hahahahaha.

The End.


===================================================================================================


-- Mimin [R] --


===================================================================================================

OFFCIAL STORY FROM ANAK SULTAN © 2019

===================================================================================================

KASIH AKU CENDOL | BINTANG 5 JANGAN LUPA | BERKOMENTAR JIKA INGIN | SHARE AGAR RAMAI

emoticon-2 Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-2 Jempol

===================================================================================================

KUNJUNGI STORY LAIN DARIKU, MARI BERJUMPA DI LAIN WAKTU.

- HORROR - ROMANCE - FICTION -

===================================================================================================
Diubah oleh infoanaksultan 15-01-2019 21:05
ceuhettyAvatar border
omie073Avatar border
darmawati040Avatar border
darmawati040 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
5.7K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.