Ribut ribut soal baliho. Ribut gara gara baliho dirusak. Tuduh sana sini, drama depan kamera. Sepenting itukah sebuah baliho.

Yang diributkan oleh para elite itu basi. Mencoba menarik simpati dari baliho rusak. Kalau mau narik simpati ya kayak ane gitu loh.



Ane juga meributkan masalah baliho, tapi bukan baliho rusak. Ane risih sama baliho yang di paku sana sini di pepohonan, niat untuk neduh dan ngadem dibawah pohon malah jadi miris. Segitu pentingkah jabatan dan popularitas dibanding lingkungan? Ataukah yang punya baliho tidak berpendidikan? Tapi tidak mungkin lah wong ane baca gelarnya banyak mulai gelar dari universitas dalam negeri sampai luar negeri. Dan ane dapat kesimpulan mereka tidak punya hati ke lingkungan. Katanya peduli rakyat tapi sama lingkungan yang menyokong kehidupan rakyat diabaikan.



Baliho ternyata tidak merusak pohon saja, baliho juga merusak pemandangan dan terjadi pencemaran penglihatan. Dari berbagai warna merah, kuning, hijau, biru sudah seperti pelangi. Semua berjejer di pinggir jalan dan adakalanya menutupi jalanan. Bukannya jadi simpati malah jadi jengkel. Pemandangan dijalan pun harus jadi monoton seperti parade bendera. Baliho baliho ini juga merusak pemandangan, jika pemilu sudah beres siapa yang bertanggung jawab membongkar kembali? Yang ada malah dibiarkan berbulan bulan bahkan bertahun tahun weleh weleh.



Pendidikan tinggi, modal dan uang punya, apa susahnya berkampanye dengan elegan tidak merusak lingkungan dengan memaku baliho sana sini. Kampanye langsung turun ke masyarakat, tunjukan visi misi adu gagasan bukannya adu baliho.
Menurut ane sebagai rakyat kecil ga ada pengaruhnya baliho di pinggir jalan, baliho kecil tulisan kecil kebaca aja engga. Mending langsung turun kemasyarakat, tahu kehidupan masyarakat sehingga nanti kalau sudah dapat jabatan tidak lupa pada masyarakat, jangan seperti baliho baliho kecil yang ditinggalkan begitu saja.

Yah semoga nasib kite sebagai rakyat tidak dilupakan seperti baliho ini ya gan..



Tulisan : pemikiran TS
Gambar : google