madcabonger2018Avatar border
TS
madcabonger2018
Di Sidang IMF Bali, Bos The Fed New York Pastikan Suku Bunga AS Bakal Naik Bertahap
Bos The Fed New York Pastikan Suku Bunga AS Bakal Naik Bertahap

10 Okt 2018, 13:45 WIB


Pimpinan the Federal Reserve New York John Williams (Foto: Dok BI)


Liputan6.com, Nusa Dua - Transparansi dan komunikasi terbuka akan menjadi kunci untuk hindari gangguan pasar dan kesalahpahaman. Hal ini seiring langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) terus menaikkan suku bunga seiring ekonomi AS yang kuat.


Ekonomi negara berkembang rentan terhadap arus modal keluar investor asing seiring bank sentral AS mengencangkan kebijakan.


Presiden the Federal Reserve New York, John Williams mengharapkan kenaikan suku bunga secara bertahap. Hal itu disampaikan John Williams dalam pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).

Ia menuturkan, AS menikmati pasar tenaga kerja sangat kuat tanpa tanda-tanda inflasi bisa naik terlalu banyak.
Dalam laman Bank Indonesia (BI), Ia menyampaikan ekonomi AS saat ini berada dalam keadaan sangat positif. Hal itu diindikasikan dari tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah, prospek pertumbuhan yang baik dan diperkirakan masih berlanjut.


Dengan keadaan ekonomi lebih baik itu, otoritas AS pun melakukan normalisasi kebijakan, dengan menaikkan suku bunga acuan bank sentral dan normalisasi neraca.


Meski pun demikian, disadari dengan salingnya terhubungnya ekonomi dunia, kebijakan AS dapat berpengaruh pada ekonomi global. Pada gilirannya dapat kembali mempengaruhi ekonomi AS.


Dua hal penting yang ditekankan adalah normalisasi AS akan dilakukan secara bertahap. Selain itu, AS akan terus melakukan komunikasi transparan. Kedua hal ini diharapkan dapat kurangi dampak global spillover.

"Pelajaran utama tentang pembuatan kebijakan dalam dunia yang saling berhubungan adalah transparansi dan jalur komunikasi yang terbuka sangat penting untuk meminimalkan kesalahpahaman, gangguan pasar, dan volatilitas yang dapat ganggu tujuan bersama kita memiliki ekonomi yang kuat dan stabil," ujar dia seperti dikutip dari laman CNBC.


Adapun pengangguran AS telah jatuh ke level terendah dalam 49 tahun menjadi 3,7 persen pada September 2018. Siklus pengetatan mata uang hampir tiga tahun, the Federal Reserve (the Fed) sebagian telah mendorong perubahan global dari modal dalam pasar negara berkembang yang mengarah pada depresiasi mata uang yang tajam dan bebani Turki serta Argentina.

https://www.liputan6.com/bisnis/read...-naik-bertahap


Negara Berkembang Saling Curhat Soal 'Keperkasaan' The Fed

10/10/2018, 22:59 WIB 


Forum bank sentral dunia di Bali (Fedrik Tarigan/JawaPos.com)

JawaPos.com - Rangkaian acara Pertemuan Tahunan Internasional Monetary Fund (IMF) World Bank 2018 telah dimulai. Seluruh bank sentral dan para Menteri Keuangan saling bertukar pikiran soal perekonomian global saat ini.

Dalam kesempatan tersebut, bank sentral Filipina dan Meksiko, misalnya, mengatakan sedang mengalami tekanan yang besar sebagaimana yang sedang dialami Indonesia. Kemudian, permasalahan itu dibahas dan dicarikan jalan keluar.


"Langkah yang mereka ambil adalah mengupayakan agar nilai tukar bergerak sesuai fundamentalnya. Penting menjaga resiliensi ekonomi agar kurs tidak bergerak liar," kata Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10).


"Satu lagi, memperkuat instrumen hedging, itu ditekankan sekali oleh para gubernur [bank sentral] tadi," tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga mengapresiasi strategi The Fed dalam melakukan normalisasi kebijakan. Apalagi, langkah tersebut dilakukan secara transparan.


"Sehingga, walaupun dampaknya besar, unsur ketidakpastian dari normalisasi kebijakan di AS berkurang," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve New York John Williams memberi sinyal The Fed akan terus menaikkan suku bunga. Hal itu dilakukan agar perekonomian Negeri Paman Sam tetap tumbuh.

"Kenaikan itu akan dilakukan untuk stabilitas perekonomian AS," pungkasnya.
https://www.jawapos.com/ekonomi/10/10/2018/negara-berkembang-saling-curhat-soal-keperkasaan-the-fed


'Tak ada Kepastian Arah Kebijakan yang Diambil The Fed'
22 jam yang lalu

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, meyakini bahwa kebijakan moneter AS sedang menuju 'titik normal'. Setelah menjalani era suku bunga rendah selama bertahun-tahun, The Fed terus melanjutkan kebijakannya dalam menaikkan suku bunga acuan secara bertahap.

Bahkan Presiden The Fed New York, John Williams, mengungkapkan bahwa tidak ada kepastian mengenai arah kebijakan yang akan diambil The Fed di tahun-tahun yang akan datang. Namun satu hal yang pasti, menurutnya, keputusan untuk menaikkan suku bunga adalah 'keniscayaan' setelah menjalani suku bunga rendah. 



© ABC News The Fed/Ilustrasi

"Arah kebijakan ke depan tak sejalas beberapa tahun terakhir. Di masa depan, tidak akan lagi jelas apakah suku bunga perlu naik atau turun, dan panduan yang jelas tentang kebijakan tidak akan lagi sesuai," jelas Williams dalam Central Banking Forum di Conrad Bali, Rabu (10/10).

The Fed, ujar Williams, meyakini bahwa kenaikan suku bunga adalah jurus ampuh untuk menjawab dua tantangan terbesar AS saat ini. Kedua tantangan yang dihadapi AS saat ini adalah mempertahankan ekspansi ekonomi jangka panjang dan mempertahankan angka pengangguran tetap rendah.

William juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun 2018 ini sebesar 3 persen dan 2,5 persen pada 2019 nanti. The Fed juga menargetkan angka pengangguran di bawah 3,5 persen untuk menjaga laju pertumbuhan. AS juga mempertahankan laju inflasi di 2 persen.

Pada September 2018 lalu The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya menjadi 2,25 persen dari 2 persen sebelumnya. The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya sebelum akhir 2018 dan beberapa kali lagi di tahun 2019. Secara sederhana, ekonomi AS sedang menuju 'normal'.
https://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomi/tak-ada-kepastian-arah-kebijakan-yang-diambil-the-fed/ar-BBOaUB4?li=AAfuAgL


Perang Dagang Dengan China Tak Berdampak Ke Ekonomi AS

10 Oktober 2018 14:54 WIB


Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) Wilayah New York John C. Williams menyampaikan pandangannya dalam sesi Central Banking Forum 2018 pada Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018). - ANTARA/Nyoman Budhiana

Bisnis.com, NUSA DUA--Federal Reserve tidak melihat adanya dampak signifikan dari ketegangan dagang antara negaranya dan China.  John C. Williams, Presiden dan CEO Federal Reserve New York, menuturkan pihakknya tidak melihat tekanan terhadap ekonominya terutama dalam pertumbuhan lapangan kerja dan inflasi.


"Jika perang dagang meluas ke berbagai negara, jelas ini akan berdampak kepada pandangan kami," papar Williams, Rabu (10/10).


Apapun yang terjadi di dunia, dia menegaskan Fed akan memperhatikan perkembangan tersebut. Saat ini, Fed telah banyak melakukan analisis terkait dengan efek hambatan dagang terhadap inflasi dan pertumbuhan lapangan kerja di AS. 
Dari analisa tersebut, dia mengatakan pihaknya akan membuat kebijakan yang mampu mengurangi dampak tersebut. 

http://finansial.bisnis.com/read/20181010/9/847719/perang-dagang-dengan-china-tak-berdampak-ke-ekonomi-as

DAMPAK KETERANGAN BOSS THE FED DI SIDANG PERTEMUAN IMF DI BALI?
Saham Teknologi Berguguran, Wall Street Ditutup Turun Tajam
Kamis, 11 Oktober 2018 - 07:34 WIB



Ilustrasi. (Foto: Reuters)


NEW YORK, iNews.id - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup turun tajam pada Rabu (10/10/2018) waktu setempat karena meningkatnya kekhawatiran kenaikan suku bunga dan saham teknologi mengguncang pasar.

Mengutip Xinhua, Kamis (11/10/2018), indeks Dow Jones Industrial Average turun 831,83 poin, atau 3,15 persen, menjadi 25.598,74. Indeks S&P 500 turun 94,66 poin, atau 3,29 persen, menjadi 2,785.68. Indeks Nasdaq Composite jatuh 315,97 poin, atau 4,08 persen, menjadi 7.422,05.


Sektor teknologi mencatatkan kinerja terburuk dalam tujuh tahun, membawa Dow jautuh ke level terendah dalam delapan bulan.


Saham Amazon turun 6,15 persen, sementara Netflix turun 8,38 persen. Facebook dan Apple juga masing-masing turun lebih dari 4 persen. Sektor teknologi termasuk perusahaan-perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar di AS dan berkontribusi besar dalam kenaikan di pasar saham.


Kekhawatiran meningkatnya imbal hasil obligasi AS juga memberikan tekanan pada pasar saham. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 3,26 persen pada Selasa, level tertinggi sejak 2011. Pada Rabu, imbal hasil obligasi AS dua tahun mencapai 2,91 persen, level tertinggi dalam satu dekade.


Pelaku pasar telah bergulat dengan suku bunga yang lebih tinggi menyusul serangkaian data ekonomi utama dan komentar baru-baru ini dari pejabat bank sentral. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,7 persen pada September, dan total lapangan kerja non-pertanian meningkat sebesar 134.000, menurut departemen tenaga kerja AS.


Pada September, rata-rata penghasilan per jam untuk semua karyawan pada payroll atau penggajian non-pertanian swasta meningkat 8 sen AS menjadi 27,24 dolar AS. Selama setahun, rata-rata penghasilan per jam telah meningkat 73 sen AS atau 2,8 persen.


Ketua Fed Jerome Powell pekan lalu mengatakan bahwa bank sentral AS memiliki jalan panjang untuk pergi sebelum suku bunga mencapai netral, menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga akan terjadi dalam waktu dekat.


Data yang kuat dan komentar dari pejabat Fed dapat menjadi bullish untuk ekuitas. Namun, hal itu menimbulkan kekhawatiran adanya kenaikan inflasi dan suku bunga, yang pada gilirannya negatif untuk ekuitas.


Sementara itu, para investor juga bersiap untuk musim laporan laba mendatang, dengan JP Morgan Chase, Citigroup dan Wells Fargo dijadwalkan untuk melaporkan kinerja keuangannya akhir pekan ini.


Laba gabungan perusahaan-perusahaan kuartal ketiga diperkirakan meningkat 21,5 persen dari periode yang sama tahun lalu. Tidak termasuk sektor energi, estimasi pertumbuhan pendapatan menurun menjadi 18,5 persen, menurut Thomson Reuters.

https://www.inews.id/finance/read/sa...n-tajam/276401

Trump Sebut The Fed "Gila" Karena Hobi Menaikkan Suku Bunga

Kamis, 11 Oktober 2018 - 07:18 WIB



PENNSYLVANIA - Presiden Amerika Serikat Donald John Trump kesal dengan bank sentral negaranya, The Federal Reserve yang terus menerus menaikkan suku bunga, dimana berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan gejolak di pasar saham.

"Saya pikir The Fed membuat kesalahan. Mereka membuat pengetatan kebijakan. Saya pikir The Fed sudah gila," ujar Trump setelah turun dari pesawat kepresidenan Air Force One menuju Erie di Pennsylvania, seperti dilansir CNBC, Kamis (11/10/2018).

Menurut Trump, sejatinya kenaikan suku bunga merupakan hal yang sudah lama ditunggu-tunggu untuk menggairahkan ekonomi. Namun, ia tidak setuju dengan cara The Fed yang terlalu sering dan terlalu cepat menaikkan suku bunga.

The Fed telah menaikkan suku bunga tiga kali pada tahun ini, dan akan menaikkan sekali lagi suku bunga sebelum tahun 2018 tutup kalender. FedWatch CME Group memberikan ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga pada Desember memiliki tingkat probabilitas 76,3%. 

Kenaikan suku bunga pada September lalu mendapat kritik dari Trump. Ketika itu, Trump khawatir pengetatan kebijakan monter yang terlalu cepat bisa memperlambat ekonomi. “Mereka (The Fed) tampaknya suka sekali menaikkan suku bunga. Kita tidak harus pergi secepat itu, kita bisa melakukan hal lain untuk meningkatkan uang,” katanya.

Kritik seorang presiden kepada The Fed merupakan jarang terjadi di Amerika Serikat, karena bank sentral merupakan lembaga independen. Dan beberapa pendahulu Trump, sebagian besar memilih diam mengenai arah kebijakan moneter dari bank sentral.

Selain kenaikan suku bunga acuan, imbal hasil obligasi (surat utang) pemerintah alias US Treasury bertenor 10 tahun juga terus meningkat, dan naik ke level tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun.
https://ekbis.sindonews.com/read/1345255/35/trump-sebut-the-fed-gila-karena-hobi-menaikkan-suku-bunga-1539217129


---------------------------

Selagi President Trump, Boss World Bank, Boss Bank Sentral Uni-Eropa,  Boss IMF, atau Boss WTO  ternyata tak ada yang mampu bisa mempengaruhi kebijakan independent The FED untuk menaikkan suku bunganya, apalagi cuman curhat para Menkeu dan Ketua Bank Sentral negara-negara berkembang yang saat ini sedang berkumpul di sidang tahunan IMF di Nusa Dua Bali itu. 

emoticon-Wkwkwk


Diubah oleh madcabonger2018 11-10-2018 03:53
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
0
1.3K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.8KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.