hayhayhahaAvatar border
TS
hayhayhaha
Candu Media Sosial, Adiksi Anti-Sosial.
Selamat datang di thread gua. Thread ini gua buat untuk mengeluarkan opini gua tentang topik-topik yang akan dibahas sesuai dari judul thread. Gua mengharapkan pembaca dan perespon yang open-minded, suka berpikir rasional, dan tidak egois. Kesalahan pada pemilihan kata-kata berasal dari gua sendiri, dan memohon maaf jika opini-opini gua ada yang menyayat secara banyak atau sedikit hati agan dan sista. 

-hayhayhaha



"Candu Media Sosial, Adiksi Anti-Sosial."


Sebagai pengguna, gua pikir kita diberi hak untuk mengkritik alat atau fasilitas-fasilitas baru yang selama ini kita pakai, mulai dari zaman Blackberry hingga Gaming Smartphone yang sekarang hampir digenggam semua remaja, orang tua, karyawan swasta, pegawai kantor, polisi, pedagang, hingga cleaning service




Smartphone, ponsel pintar, merupakan benda yang sudah tidak bisa lagi dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kalimat barusan bukan sekedar kalimat pembuka cliche, tapi gua memilih kalimat itu sebagai pembuka karena belakangan ini sudah gua riset dari teman-teman dekat gua, bahwa bisa dibilang memang kalimat itu benar. Hal yang temen-temen gua lakuin (dan gua juga) sebelum beranjak tidur biar satu kamar kos bangun sahur, adalah ngecharge HP kita masing-masing. Hal yang gua lakuin sebelum lari ke toilet karena BAB sudah gak bisa ditahan, adalah mastiin kalau smartphone gua sudah digenggam tangan gua. Hal yang temen-temen gua lakuin setelah terbangun dari alarm si baik yang ngeganggu mimpi-mimpi indah mereka, adalah ngecek; ngepanen snapgram-snapgram atau instastory-instastory segar yang baru saja tumbuh subur di hp mereka masing-masing, yang sudah siap untuk dipanen oleh mata mereka yang bisa dibilang, untuk ngeliat ke matahari di luar saja masih sensitif menyipit. Dari beberapa fenomena itu, dan fenomena lain yang mungkin loe juga punya, gua menyimpulkan kalau smartphone merupakan benda yang sudah tidak bisa lagi dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. 


"Tunggu-tunggu, tadi dari beberapa contoh, loe ada make kata "gua". Berarti ini opini lo juga mengkritik diri loe?". Bener banget. Kan dah gua bilang, ini lagi ngomongin candu dan gua termasuk korban dari zat adiktif ini, jadi selain gua mau ngomongin tentang hal-hal disekitar gua, gua juga secara langsung atau tidak langsung menjadi sasaran obrolan kali ini juga. Itulah seramnya zat adiktif media sosial ini, dimana gua masih bisa sadar kalo gua juga kena efek candunya, tapi gua juga masih bisa mengkritik diri gua sendiri. 

Media Sosial ada banyak ya, ada yang memfasilitasi kita buat silaturahmi sama teman dan saudara-saudara jauh kita, selagi juga bisa ngunggah foto, video, tulisan, dan main game juga bareng kontak-kontak kita. Ada juga yang memfasilitasi kita untuk berbagi ucapan atau kata-kata dengan teman-teman kita, atau dengan dunia, diselipi sedikit foto atau tautan; merespon topik-topik hangat yang lagi dibicarakan pengguna-pengguna di seluruh dunia. Ada juga yang memfasilitasi kita untuk bisa mengunggah foto dan video, dimana pengguna lain bisa memencet tombol hati, lalu bisa memberi komen. Itu dulu, kalau sekarang, atas kecerdikan programmer-programmer nya, fiturnya sudah sangat banyak, sangat kompleks, sampai-sampai, gua males sendiri kalau ada orang yang baru pertama kali main fasilitas itu dan minta gua untuk ngajarin dari awal. Yang mana yang kita pakai? hampir semua, walaupun ada beberapa fungsi-fungsi yang sama-sama dikasih di tiap-tiap media sosial, yang menjadi masalah bukan fungsionalitas, tapi untuk kita, 'Kelengkapan akun media sosial' yang prioritas. Semuanya mainin aja, setidaknya kalau ada temen yang mau temenan bersama kita di dunia maya, mau dia memakai media sosial apapun, pasti dia bisa menambah kita sebagai kontaknya. Efisiensi bos! 




Yang gua liat, media sosial itu malah mengurangi nilai sosial yang tidak maya. Udah banyak yang ngebahas atau ngebuat tulisan tentang 'media sosial membuat kita lupa akan dunia asli'. Seperti contoh-contohnya sepasang pacar yang lagi berduaan, tapi mereka berdua saling sibuk dengan smartphonenya, atau sekeluarga yang lagi makan malam di restoran malam minggu, semua personil keluarga sibuk dengan smartphone nya. Sudah banyak tulisan, video dan lainnya yang membahas itu. Yang gua lebih konsern adalah tentang 'identitas / kehidupan kedua yang tercipta dari media sosial' dan narsisme pengguna media sosial. 


Seakan, pecandu media sosial memiliki identitas kedua yang sangat bertolak belakang dengan identitas aslinya di dunia asli. Dimana kadang gua ngeliat hal ini cringe dan miris. Orang dimana lebih mementingkan keindahan, dan kebagusan profil  identitasnya di dunia maya, ketimbang identitas aslinya. Kasarnya, di identitas dunia maya nya dia adalah sosok elegan, indah, rupawan, meanwhile orang aslinya lagi melotot dengan smartphonenya di belakang bilik rumah susun, mukanya buluk, bau asem, sama kamarnya gak di idupin lampunya padahal sudah jam 6 sore; kamarnya sedikit dapet sumber cahaya dari layar smartphonenya. Dualitas identitas ini kadang ngefek ke emosional temen-temen gua. Bahkan ke cara berpikir, dan perilakunya sehari-hari. Mereka ngabisin sejumlah uang untuk travel kesana sini, ke tempat ini itu, untuk dapet foto yang bisa memperindah identitas dunia maya mereka. Meanwhile, tadi pagi nya bela-belain sarapan cuman indomie biar nanti bisa sehari sekaligus ke 4 pameran seni, biar foto dirinya di pameran seni bisa lebih banyak di jepret. Begadang dari malem sampe shubuh, mikirin caption yang paling nge-indi sama paling filosofis dan bijak, pas gua ingetin "Eh tidur dulu, ntar lu kecapean depan hape mulu, mana belom makan lagi" dia jawab "Yaudah sih bentar lagi, lagi seru"; ngomel dia sambil ngetik caption "Saat senja mengungkapkan perlakuan insan-insan muda, saat itulah kau akan sadar bahwa orang-orang disekitarmu telah melara tanpa bantuan sosialmu".




Yang satunya, narsisme. Kalo gua abis beli kopi yang lagi ngetren di tempat gua, tiba-tiba ada hawa emosional yang mengalir dari otak ke tangan untuk ngasih tahu ke dunia maya bahwa gua telah membeli ni kopi. "Semua orang harus tahu bahwa daku ini, telah membeli kopi ini. Aku harap mereka akan memujiku dengan 'wuih keren lu ngopi, estetik banget lu, gua suka gaya lu' atau lainnya". Jepret, eh bentar ulang, sepatu Vans gua kaga keliatan, nanti orang pada gak tahu lagi, bahaya coy kalo pada gak ngeliat sepatu gua di fotonya. ; Akhirnya bisa beli ini buku berat, baca ah mumpung lagi enak suasana di balkon kamar, sekalian nyari kalimat yang anjay filosofis. Nah ini nemu, sekarang gua foto, karena semua orang harus tahu kalau gua itu orangnya suka baca buku berat, gua itu intelejen, dan mereka harus membalas foto gua ini di pikiran mereka masing-masing dengan kalimat-kalimat yang merujuk ke "Filosofis banget lu, pinter banget lu, emang wawasan lu gede, ah gua post ulang ah biar temen-temen gua tahu kalau gua punya temen yang intelejen banget" , semoga yang ngeliat foto gua beneran melakukan hal itu, ahh pasti langsung shiver ni badan gua ngebayanginnya. ; Akhirnya dapet baju hypebeast juga, gak tahu sih ini KW ato asli, yang penting sekarang didepan gua ada tembok estetik, bisa juga nih buat background foto. "Eh tong fotoin gua ya, tapi gua ngadep ke temboknya, jadi lu foto dari belakang, biar kayak si Otong yang feed nya isinya foto-foto estetik dia, keren cui". Coba liat hasilnya, nah mantap, gua nya nengoknya pas, gak satu muka full keliatan, emang jago lu fotonya. Abis gua post ni foto, gua berharap yang ngeliat dan ngasih like mikir di benak mereka "Ih keren banget ya dia, hype parah, keren sih, emang ni orang keren.".




Ya, begitulah kira-kira apa yang terjadi sekarang, risih? jelas. Gua gapernah dapet apa maksud dari itu semua, kecuali narsisme, yang gua percaya merupakan kelainan jiwa karena gua pernah baca di artikel. Narcissistic Personality Dissorder, keren ya, dimana orang-orang lagi gentar untuk menyerukan aksi berhenti merokok, tapi kelainan jiwa yang pengidapnya sudah sangat banyak ini, gak ada yang concern


Semoga tulisan gua ini bisa menginspirasi kalian semua untuk meletakan hp kalian jika kalian abis ngestalk story instagram satu setengah jam-an, mulai berbicara dengan orang-orang disekitar anda, rasakan nilai-nilai sosial yang bisa anda dapat dengan melakukan hal-hal non-Maya, non-artifisial, dan kita bisa lebih menggunakan sisa hidup kita untuk hal-hal yang riil.


-hayhayhaha





Diubah oleh hayhayhaha 11-06-2018 13:10
1
21K
331
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.