Petugas menata pecahan dolar Amerika Serikat di salah satu gerai penukaran mata uang di Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (8/5/2018). Rupiah justru menguat pada Senin (14/5/2018) setelah teror bom di Surabaya.
Rangkaian serangan bom yang menguncang Indonesia diyakini banyak pihak tak mampu menggoyang ekonomi Indonesia.

Pada Senin (14/5/2018), hari pertama perdagangan dibuka, rupiah justru menguat terhadap US dolar.

Menurut kurs acuan Bank Indonesia alias JISDOR, nilai tukar rupiah dipatok pada level 13.976, menguat 0,51 persen dibanding penutupan Jumat pekan lalu. Sedangkan menurut Bloomberg Index, pada pukul 11.00 WIB, rupiah malah menguat 28 poin atau sebesar 0,28 persen dibanding Jumat pekan lalu.

Ekonom Institut Development of Institute Bhima Yudhistira Adhinegara berpendapat serangan teror berdampak kecil pada investasi. Investor saat ini lebih mencermati data data ekonomi makro dan tren kenaikan bunga acuan The Fed, bank sentralnya Amerika Serikat.

?"Saya optimistis penanganan dari aparat keamanan untuk mengembalikan kondisi di Surabaya bisa berjalan cepat. Jadi, efek yang ditimbulkan ke kepercayaan investor juga kecil," ujar Bhima kepada Pikiran Rakyat Minggu (13/5/2018).

Bhima mencontohkan, saat Mako Brimob dikuasai napi teroris, hal itu tidak berdampak ke sentimen pasar. "IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) pada 9 Mei 2018 ditutup naik 2,31 persen dan pada 11 Mei 2018 naik 0,83 persen," ujarnya.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan menilai ada sejumlah faktor yang menyebabkan aksi tersebut tidak akan mengguncang pasar modal.

Pertama, Indonesia telah mengalami berbagai aksi teror dan seluruh aksi tersebut bisa diungkap oleh pemerintah.

Lalu, peristiwa tersebut terjadi di luar jam kerja bursa, sehingga daya kejut bisa lebih direda.

"Aksi teror seperti yang dulu terjadi di JW Marriot misalnya dulu juga hanya pengaruh ke indeks selama beberapa menit atau intraday. Setelah itu indeks normal kembali," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (13/5/2018).

Ketiga, investor yakin terhadap kemampuan pemerintah untuk segera mengungkap dalang dari aksi tersebut. Kepercayaan inilah yang menjadi dasar stabilitas pasar modal dalam beberapa tahun terakhir.

Hari ini, IHSG dibuka melemah 0,04 persen dibanding penutupan Jumat lalu, di level 5.993,46. Hingga jelang penutupan sesi I, IHSG masih bergerak melemah.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani menilai aksi bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur tidak akan berdampak banyak bagi dunia usaha, termasuk investasi dalam negeri.

"Prospek investasi tetap terbuka luas karena dukungan perbaikan birokrasi dan pembangunan infrastruktur yang digalakan pemerintah," katanya, Minggu (13/5/2018) seperti dikutip dari gatra.com.

Rosan menilai, masyarakat dan dunia usaha yakin aparat keamanan dapat mengusut tuntas dan menumpas aksi terorisme ini hingga ke akar-akarnya.

Menurut Bhima, iklim dunia usaha di lokasi surabaya juga tidak terlalu terdampak. Prospek bisnis di surabaya masih cerah dengan tingkat populasi kelas menengah yang semakin besar.

Tahun 2017 lalu pertumbuhan ekonomi Jawa Timur 5,45 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata nasional yang mencapai 5,1 persen. "Pengembangan kawasan industri disekitar Surabaya juga bagus. Dampak dari teror hari minggu ini kecil sekali. Pelaku usaha saya kira sangat rasional melihat prospek jangka panjang," ujarnya.

Rosan meyakini, dampak dari bom di Surabaya tidak akan mengganggu fundamental ekonomi di dalam negeri yang saat ini sangat solid dan stabil.

"Para investor yang masuk ke Indonesia mempunyai long term view dan mereka meyakini perekonomian kita dan iklim investasi makin baik," katanya.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...rhadap-ekonomi

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Tokoh lintas agama minta negara tak boleh kalah dari terorisme

- Berbenah jika pejabat akan datang

- Bom meledak di rusunawa Wonocolo, 3 orang tewas