Tubuh paus yang tak bernyawa ditemukan di pantai dekat Cabo de Palos, Murcia, Spanyol beberapa waktu lalu. Mamalia laut dengan panjang sekitar 10 meter panjang ini telah mencerna residu kontaminasi lautan yang konon menyebabkan kematiannya. Sekarang, kecurigaan ini telah dikonfirmasi, dengan beberapa data yang memperihatinkan.
 
Hasil otopsi menunjukkan bahwa paus mati karena menelan 29 kilogram sampah plastik. Para peneliti menemukan di dalam pencernaan paus ini sisa-sisa kantong plastik, serta berbagai fragmen jaring, tali dan bahkan drum.
 
Menurut bukti tersebut menunjukkan bahwa jumlah berlebihan dari plastik menghalangi sistem pencernaannya. Akibatnya, penyumbatan plastik ini menyebabkan paus menjadi terinfeksi di bagian dalam perut, peritonitis parah (radang rongga peritoneum karena infeksi) dan akhirnya mati.
 
Kasus ini telah sampai di Kementerian Kebudayaan, Pariwisata dan Lingkungan Murcia, Spanyol. Dari sini kampanye kesadaran segera diluncurkan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh sampah lautan untuk kehidupan binatang laut.
 
"Kehadiran plastik di laut merupakan salah satu ancaman terbesar bagi pelestarian satwa liar di seluruh dunia, banyak hewan terperangkap di tempat sampah atau menelan sejumlah besar plastik yang akhirnya menyebabkan kematian mereka," jelas Consuelo Rosauro, direktur umum lingkungan alam di pemerintahan otonom Murcia.
 
Tahun 2050 lebih banyak plastik daripada ikan di laut
 


Salah satu laporan terbaru yang disampaikan oleh pemerintah Inggris melaporkan bahwa jumlah plastik di lautan akan meningkat tiga kali lipat di seluruh dunia, hanya dalam kurun waktu 10 tahun. Data yang diperoleh dari penelitian grup Inggris 'The Eco Experts' menunjukkan bahwa pada tahun 2050 mungkin ada lebih banyak plastik daripada ikan di laut.
 
Meskipun tidak diketahui seberapa jauh kontaminasi ekosistem laut ini meluas, kenyataannya adalah bahwa sejumlah besar hewan yang menelan benda-benda ini atau terjerat telah didokumentasikan dan jumlahnya terus meningkat.
 
Sayangnya, ini bukan pertama kalinya kami menemukan kasus tentang ikan paus (atau spesies lain) yang muncul di dekat pantai dalam keadaan serius, atau langsung mati. Sekarang para ahli memperingatkan masalah baru, ancaman besar yang ditimbulkan oleh kehadiran mikroplastik di air.
 
Gerakan peduli lingkungan seperti Greenpeace menemukan fakta bahwa lautan dan samudra adalah penerima hingga 12 juta ton sampah per tahun. Hal ini benar-benar memperihatinkan karena ekosistem laut semakin terancam.
 
Lalu bagaimana kabar sampah plastik di Indonesia ?
 


Dilansir dari laman CNN Indonesia menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua di duniasebagai negara penghasil sampah plastik setelah Tiongkok. Hal ini disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
 
Dirjen Pengelolan Sampah, Tuti Hendrawati Mintarsih menyebutkan bahwa total sampah di Indonesia pada tahun 2019 akan mencapai angka 68 juta ton, dan sampah plastik mungkin akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari jumlah keseluruhan sampah yang ada.
 
Berdasarkan data dari Jambeck pada tahun 2015, Indonesia menempati urutan kedua dunia sebagai negara penghasil sampah plastik yakni sekitar 187,2 juta ton setelah Tiongkok yang mencapai angka 262,9 juta ton sampah plastik di lautan.
 
Fakta baru ditemukan bahwa tak kurang dari satu juta kantong plastik digunakan tiap menitnya, dan kebanyakan dari kantong plastik ini hanya dipakai sekali lalu dibuang. Dari banyaknya kantong plastik yang digunakan manusia tersebut, hanya 5 persen yang benar-benar di proses daur ulang.
 
Kebijakan kantong plastik berbayar pun sudah diberlakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi jumlah sampah plastik, tapi ternyata belum membuahkan hasil.
 
Mari kita bersama-sama berusaha mengurangi masalah sampah plastik ini. Kalau bukan kita yang berusaha, siapa lagi gan ?