BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Hukum saja perusuh dan perusak Stadion Utama GBK

Ilustrasi: sepak bola dan kekerasan
Ajang Piala Presiden 2018 sudah usai. Pertandingan finalnya dijuarai oleh Persija, yang berhasil mengalahkan Bali United dengan skor 3-0.

Namun jejak pertandingan final Piala Presiden, yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu (17/2/2018), masih membekas. Beberapa fasilitas stadion rusak akibat ulah sejumlah suporter yang rusuh pada malam pertandingan final itu.

Dari tayangan kamera pemantau (CCTV), kerusakan beberapa fasilitas stadion itu disebabkan oleh para suporter yang tidak mendapat tiket namun memaksakan masuk ke dalam stadion. Mereka masuk dengan membobol pagar; bahkan mengakibatkan mesin scan tiket rusak.

Di luar stadion, kerusakan terjadi di pintu 7B, 5B, dan 9. Taman juga rusak karena diinjak-injak. Dari total luas taman sekitar 4,8 hektar, menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, 80 persen taman di kompleks stadion tersebut rusak.

Tidak cuma itu. Sejumlah suporter juga merangsek ke dalam lapangan ketika berlangsung seremoni juara. Pagar pembatas rusak, akibat mereka memanjatnya. Tujuh penyekat penonton dirusak, ketika piala untuk Persija itu diserahkan.

Kerusakan itu patut disesalkan. Stadion belum lama direnovasi sehingga bertaraf internasional sebagai bagian dari persiapan penyelenggaraan Asian Games. Renovasi itu sendiri, bagi Menteri Basuki, merupakan perjuangan untuk meyakinkan Olympic Council of Asia (OCA, Dewan Olimpiade Asia).

Kekecewaan atas perusakan stadion itu diungkapkan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, "Menurut saya kalau stadionnya bertaraf internasional tapi kelakuannya masih kelakuan tarkam (pertandingan kelas antar kampung), enggak akan menyelesaikan masalah."

Atas kerusakan yang menimpa Stadion Utama GBK itu, panitia penyelenggara Piala Presiden 2018 menyatakan akan bertanggung jawab.

"Sportivitas itu penting. Panitia bertanggung jawab sepenuhnya. Kami akan membayar tanpa menawar karena tanggung jawab 100 persen di kami," [URL="v"]kata[/URL] Ketua Panitia Pengarah Piala Presiden Maruarar Sirait.

Panitia rupanya sudah menyiapkan antisipasi jika terjadi kerusakan pada stadion terkait penyelenggaraan. Panitia penyelenggara Piala Presiden sudah memberikan jaminan uang kerusakan Rp1,5 miliar. Sementara biaya perbaikan kerusakan ditaksir mencapai Rp150 juta.

Namun tantangannya bukanlah hanya soal memulihkan fasilitas-fasilitas yang dirusak oleh para suporter sepak bola. Pemulihan berbagai fasilitas yang dirusak itu bisa menjadi sia-sia jika kejadian serupa masih akan terulang pada masa depan.

Kerusuhan dan perilaku buruk yang ditimbulkan oleh para suporter di dalam pertandingan maupun di luar area pertandingan sudah berulangkali terjadi dan menimbulkan kerusakan -bahkan korban.

Bulan lalu, masih di GBK, sejumlah kursi rusak akibat perilaku buruk penonton dan suporter dalam pertandingan persahabatan timnas Indonesia melawan Islandia.

Tiga bulan lalu, contoh lain, stadion Wibawa Mukti, Cikarang, dirusak oleh sejumlah suporter Persib. Bangku-bangku tribun beterbangan, dilemparkan oleh suporter dalam pertandingan final Liga 1 U-19 antara Persipura Jayapura U-19 vs Persib Bandung U-19.

Kita bisa membuat daftar stadion lain yang rusak akibat kerusuhan suporter sepak bola. Bahkan, kerusuhan dan kerusakan yang disebabkan oleh suporter sepak bola tidak hanya terbatas di lingkungan tempat pertandingan berlangsung.

Tahun lalu, misal, mereka yang diduga suporter PSS Sleman melempari rumah warga ketika melewati kawasan Magelang sepulang dari menonton pertandingan di Kabupaten Batang. Sebaliknya, pada saat yang sama, suporter PPSM Magelang melakukan kekerasan terhadap suporter PSS Sleman yang melintasi wilayahnya.

Peristiwa semacam itu cukup banyak terjadi. Dan, jelas, hal tersebut tidak memadai direspons dengan tindakan pemulihan terhadap kerusakan yang ditimbulkannya.

Pendekatan dan pembinaan terhadap komunitas suporter sudah tampak dilakukan. Namun hal itu tidak bisa dijadikan andalan. Terbukti, kerusuhan yang dilakukan para suporter masih saja terulang.

Vandalisme suporter sepak bola tak bisa dibiarkan hanya dengan pendekatan pembinaan saja. Membiarkannya tanpa penanganan yang terukur, hanya akan membuat kerusuhan dan kekerasan dianggap sebagai kelaziman. Jelas, itu berbahaya.

Langkah-langkah yang konkret harus segera diambil. Terlebih sebentar lagi kita akan menjadi tuan rumah Asian Games.

Keinginan panitia penyelenggara Piala Presiden 2018 untuk menyeret pelaku perusakan Stadion Utama GBK harus menjadi langkah nyata, yang merupakan bagian dari upaya untuk mendidik dan membuat jera para perusuh.

Jalan penegakan hukum itu layak diambil untuk mengingatkan semua orang bahwa, selain terkait dengan kedigdayaan dan keunggulan, olahraga juga adalah soal bersikap adil dan pengendalian diri.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/editori...dion-utama-gbk

---

Baca juga dari kategori EDITORIAL :

- Keselamatan konstruksi infrastruktur dan kepercayaan publik

- Akankah Parpol hanya menyewakan kendaraan politik?

- Jangan lagi ada penyiksaan terhadap pekerja migran kita

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
10.2K
171
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.id
icon
13.4KThread729Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.