ayurkhaAvatar border
TS
ayurkha
Tik Tok Tik Tok
Sesosok wanita menatap kosong pada jarum jam yang tengah berdetak di hadapannya. Pikirannya mengarah tak tentu. Sesekali ia tertawa, dan sesekali ia menangis.

"Tik tok tik tok" katanya seraya menirukan bunyi detak jam itu.

Seorang pria menatapnya heran.

"Kok dia serem gitu sih" kata Hendra kepada temannya yang tengah berjaga malam itu.
"Iya emang dia serem" kata Wisnu yang segera menyeret Hendra dari tempat dimana wanita itu berada.

---

"Sayang, jangan putusin aku dong. Aku sayang sama kamu yaang" rengek Ulfa kepada seorang lelaki di seberang sana.

"Enggak, aku gamau putus sayaang. Salah aku apa?" ia kembali merengek pada kekasihnya yang hendak memutuskan hubungan dengannya.

"Halo sayaang, Halo!"

Ulfa duduk lemas di sofa miliknya, air matanya tak henti mengalir seolah ia tengah terjerembab dalam lembah kesedihan. Mario adalah lelaki yang ia kenal 1 tahun silam, ia adalah satu satunya lelaki yang ada di hati Ulfa hingga saat ini. Mario hadir dengan tawa riangnya yang mampu membuat Ulfa melupakan segala keputus asaannya. Dengan berani Mario menemani Ulfa menjalani hari-harinya yang selalu sendiri.

Orang tua Ulfa telah meninggal ketika ia masih berumur 5 tahun. Tak ada satupun keluarga Ulfa yang berniat tulus untuk menjaganya sehingga mereka menitipkan Ulfa di sebuah panti asuhan. Di dalam panti asuhan itu Ulfa semakin merasa terasing dan benci kepada keluarganya yang menurutnya jahat. Hari-harinya dilewati bersama orang-orang senasib dengannya yang membuatnya semakin merasa miris.

Ketika ia lulus SMA, ia melarikan diri dari panti asuhan yang selama ini membesarkannya. Ia menghidupi dirinya dengan bekerja di sebuah caffee dan disanalah ia bertemu dengan Mario yang merupakan seniornya.

Ulfa merasa tak sanggup menghadapi kenyataan bahwa ia harus hidup sendiri tanpa Mario. Dengan putus asa, ia menenggak habis obat tidur yang selama ini ia konsumsi untuk mengatasi insomnianya. Ia kejang-kejang hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.

---

Keesokkan harinya Ulfa telah terbaring di sebuah ranjang Rumah Sakit dengan Mario berada di sampingnya.

"Sayaang, kamu gapapa?" tanya Mario lembut seraya menngelus ubun-ubun Ulfa.

Ulfa yang melihatnya segera menghambur ke dalam pelukan Mario.

"Kamu jangan kayak gini lagi ya, aku janji ga akan mutusin kamu lagi Sayaang. Kamu bikin aku khawatir aja, untuk temen sekosan kamu dateng kalau enggak mungkin aku uda kehilangan kamu." kata Mario seraya melepaskan pelukan Ulfa.

"Iya, aku janji ga akan nekad lagi, tapi tolong jangan tinggalin aku"

Mereka berdua pun kembali berpelukan.

---

Hari ini seperti biasa Ulfa menjalani rutinitasnya bekerja, saat itu ia tengah melayani pelanggan ketika ia mendapati Mario tengah berbincang dengan seorang wanita di luar cafe.

Saat itu juga Ulfa merasa hatinya terbakar, namun ia hanya bisa memendamnya dalam hati. Ia terus menatap ke arah Mario dengan tatapan marah hingga gelas yang ia genggam remuk.

"Ulfa, lu kenapa?" tanya seorang rekannya yang saat itu tengah bertugas bersamanya.
"Gapapa" jawab Ulfa seraya berjalan menuju ruang istirahat.

Disana ia membalut lukanya dengan hati yang tersayat. Air matanya turun membasahi pipinya.

Tak lama Mario datang dengan tatapan khawatir.

"Kamu kenapa Fa?" tanyanya.
"Aku kenapa? Kamu yang kenapa? Ngapain kamu ngobrol lama sama cewek itu diluar sana." jawab Ulfa dengan penuh emosi.
"Fa, pelan-pelan. Ini kan lagi di cafe, gaenak kalo didenger sama yang lain"
"Lagian mau sampai kapan kita harus nutupin hubungan kita diantara mereka. Aku juga kan butuh pengakuan. Dan jawab, cewek itu siapa?"
"Dia temen aku. Kamu kenapa sih, suka banget nyakitin diri kamu sendiri ?" gerutu Mario seraya membantu Ulfa membalut lukanya.

---

Pagi ini, lagi-lagi Ulfa melihat Mario berbincang dengan wanita yang sama dengan wanita yang beberapa hari yang lalu ia lihat.

Beberapa rekannya yang kebetulan melewati mereka menggoda Mario yang disambut dengan tawa Mario. Sesekali wanita itu menggenggam tangan Mario dan membelai wajahnya.

Lagi-lagi Ulfa merasa terbakar api cemburu. Dengan penuh emosi ia menghampiri Mario. Sesampainya disana Ulfa tak dapat berkata-kata dan hanya menatap marah pada Mario dan wanita itu. Seolah mengerti, Mario mengajak Ulfa masuk ke dalam cafe dan meninggalkan wanita itu.

Mario membawa Ulfa ke ruang istirahat dengan tatapan heran dari rekan-rekannya.

"Kamu ngapain bertingkah kaya gitu? Uda aku bilang, jangan sampe yang lain tau kalo kita pacaran." bentak Mario.
"Kenapa? Supaya ga ketauan sama pacar kamu yang itu?" tantang Ulfa.
"Pacar apa? Dia temen aku!" jawab Mario dengan penuh emosi.
"Temen kok pegang-pegangan tangan! Jawab aku, dia siapa! Jawab Sayaang!" kata Ulfa seraya menggoncang tubuh Mario.

Tak lama Mario melepaskan tangan Ulfa dari tubuhnya.

"Dia tunanganku." jawab Mario sebelum meninggalkan Ulfa.

Ulfa pun menangis sejadi-jadinya seraya menatapi kepergian Mario. Ia tak habis pikir, mengapa Mario tega menduakannya setelah apa yang telah mereka lewati. Pikirannya menerawang di saat mereka berdua menghabiskan waktu. Ketika mereka berdua selalu makan malam bersama di kosan Mario, ketika mereka berangkat kerja bersama dan ketika mereka berdua tidur bersama.

Dalam kekalutannya ia meraih sebuah pisau yang tergeletak di dapur dan mengarahkannya ke pergelangan tangannya.

"Ulfa, kamu ngapain Fa." kata Reni yang saat itu datang ke ruang istirahat.
"Biarin aku mau mati aja!" jawab Ulfa sambil mendekatkan pisau itu.
"Ulfa jangan Fa!" sergah Reni yang berusaha menjauhkan pisau itu dari Ulfa.

Terjadi perebutan pisau diantara mereka yang memunculkan keributan. Beberapa rekannya hadir dengan wajah khawatir. Mereka segera memegang tubuh Reni dan Ulfa dan berusaha menenangkan Ulfa.

"Ada apa ini?" tanya Mario.
"Aku lebih baik mati aja! Aku mau mati!" kata Ulfa seraya merebut pisau itu dari tangan Reni.

Dengan bijaksana Mario mendekati Ulfa dan mengajaknya meninggalkan ruangan. Tentu saja Ulfa melunak saat kekasihnya menghampirinya. Mereka menuju kosan Mario Ulfa dan disana mereka kembali bertengkar.

"Udah 3 kali kamu berusaha buat nyakitin diri kamu sendiri. Aku capek nghadepin sikap kamu yang nekat Fa." bentak Mario.
"Makanya kamu jangan ninggalin aku, jangan duain aku sayaang. Tinggalin aja perempuan itu Sayaang." kata Ulfa seraya memeluk Mario.
"Ninggalin dia ?" tanya Mario seolah tak percaya dengan apa yang telah dikatakan Ulfa.

Tak lama Ulfa mengeluarkan test pact yang ia simpan di lacinya.

"Lihat ini, aku hamil anak kita Sayaang." kata Ulfa seraya menunjukkan test pack itu ke hadapan Mario.

Mario menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Ulfa, maaf tapi aku akan segera menikah dengan Amanda 2 bulan lagi. Aku sangat sayang sama dia, aku gamau pernikahanku batal karena kehamilan kamu. Gini aja, besok kita ke dokter aborsi ya, dan setelah itu kamu lupain aku ya." kata Mario seraya meninggalkan Ulfa yang menangis sejadi-jadinya.

Ia menjatuhkan dirinya di lantai. Dipegangnya perutnya yang tengah mengandung janin berusia 2 bulan. Ia meratapi nasibnya yang telah mempercayakan cintanya pada Mario. Kini lelaki yang dicintainya justru meninggalkannya setelah merenggut hal berharga yang ia miliki.

---

Keesokan harinya, Ulfa kembali terbaring di ranjang Rumah Sakit. Kali ini dilihatnya Eva, teman sekamarnya di kosan.

"Lu gila ya? Minum karbol, untung gue dateng kalo ga lu udah mati kali!" katanya.
"Gue gaminta lu dateng. Kenapa ga lu biarin aja gue mati?" tantang Ulfa.
"Eh, inget itu bayi lu! Lu mau bunuh itu bayi? Makanya kalo lu belom siap buat urus bayi, gausah deh betingkah yang aneh-aneh." jawab Eva seraya meninggalkan Ulfa yang kembali menangis.

Berkali-kali, ia mencoba menghubungi Mario namun tak direspon. Dalam kekalutannya sebuah panggilan masuk ke handphonenya. Ulfa segera mengangkatnya dan berharap bahwa itu adalah panggilan dari Mario.

"Mbak Ulfa ya ?" tanya seorang wanita di seberang sana.
"Iya, ini siapa?" kata Ulfa dengan bingung.
"Saya Amanda, tunangan Mario. Saya mau minta tolong, tolong Mbak Ulfa jauhi Mario ya. Kami sudah berpacaran selama 7 tahun dan akan segera menikah Mbak." pinta wanita itu. Ringan seolah tak memperhatikan perasaan Ulfa.

Ulfa tak menjawab dan hanya menjauhkan ponselnya. Air matanya kembali merebak.

---

Siang itu RS XYZ terlihat begitu ramai. Beberapa polisi berjaga di bawah gedung dan beberapa security saling berkoordinasi. Beberapa pihak rumah sakit bergerak menuju lantai atas rumah sakit dimana di atasnya tengah berdiri seorang wanita yang dalam hitungan detik siap menerjunkan diri dari lantai 20.

Seorang dokter nampaknya tengah membujuk wanita itu untuk turun menjauhi balkon. Wanita itu tak bergeming, bahkan ia segera naik ke atas balkon seolah siap untuk terjun. Air matanya turun membanjiri pipinya.

Tak lama seorang wanita hadir dan menarik tangan wanita itu. Ditamparnya pipi wanita putus asa itu.

"Ulfa lu gila yaa! Ngapain lu bunuh diri gara gara cowok Fa! Inget bayi lu!" kata Eva seraya menarik Ulfa dalam pelukannya.

Ulfa menangis tersedu-sedu dalam pelukan Eva.

---

Beberapa hari setelahnya Ulfa kembali bekerja. Rekan - rekannya menatap takut pada Ulfa yang hanya ditanggapi dengan diam.

Tak lama ia kembali melihat Mario tengah bercanda bersama Amanda di luar cafe.

"Kadang gue envy kalo liat Mario sama ceweknya. Keliatan romatis aja" kata Emily pada Reni yang tengah membersihkan dapur.

"Iya, kalau malem juga ceweknya dateng kesini. Pernah suatu hari gue balik kesini karna ada yang ketinggalan. Eh, gue pergokin mereka lagi ciuman di dapur." jawab Reni.

"Ya biasalah, namanya juga orang kasmaran kan."

Ulfa mendengarnya dengan hati hancur.

---

Malam itu Ulfa berjalan menuju cafe tempat ia bekerja. Nampaknya ada sesuatu yang tertinggal. Sesampainya disana, pintu cafe masih belum dikunci menandakan masih ada orang di dalam sana.

Dan harapannya benar, ia mendapati apa yang tertinggal. Mario.

Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Mario tengah mencium mesra Amanda di dapur.

Duarr.

Mario tergeletak di lantai dengan darah bersimbah di lantai. Tembakan Ulfa meluncur tepat sasaran mengenai kepala Mario. Amanda menggoyang tubuh Mario dan berharap kekasihnya masih hidup. Ia menatap marah pada Ulfa yang berdiri tegak di hadapannya.

Ia berdiri dan menampar pipi Ulfa berulang kali. Wanita itu memaki Ulfa dengan kata-kata kasar.

"Dasar perempuan murahan! Perusak hubungan orang! Pembunuh!" maki Amanda.

Duarr.

Tembakan kedua melayang ke kepala Amanda yang kini terbaring bersimbah darah di sebelah Mario.

Ulfa tertawa puas. Kini Mario, lelaki yang ia cintai tak dapat dimiliki siapapun. Tak lama kemudian ia menangis ketika menyadari bahwa kini ia tak lagi dapat memiliki Mario.

---

"Tik tok tik tok" kata Ulfa seraya menatap kosong ke arah jarum jam.

Ia terduduk sendiri di balik jeruji besi yang mengurungnya akibat perbuatan yang telah ia lakukan. Ia tertawa dan kemudian menangis.

Tak lama kemudian Ulfa mendapati sosok pria di hadapannya.

"Mario sayaang." kata Ulfa dengan mata berbinar.
"Ulfa aku kesepian, ayo ikut aku." kata Mario.
"Kamu aja disini, aku juga kesepian tanpa kamu." pinta Ulfa.
"Ini bukan tempatku Ulfa, kalau kamu sayang sama aku, ayo ikuti aku." kata Mario sebelum meninggalkan Ulfa.

Ulfa memanggil nama kekasihnya berulang kali. Tak lama kemudian ia mengambil cutter yang selama ini ia simpan di sakunya. Diirisnya nadinya, darah berceceran dimana-mana, dan Ulfa tergeletak di lantai dengan kondisi tak bernyawa dengan senyum menghiasi bibirnya.
radetraAvatar border
someshitnessAvatar border
someshitness dan radetra memberi reputasi
2
888
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
B-Log Personal
B-Log Personal
icon
6.1KThread9.2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.