• Beranda
  • ...
  • Buku
  • Perkenalan: Folk dan Sebuah Biografi Nick Drake

riadisaster1Avatar border
TS
riadisaster1
Perkenalan: Folk dan Sebuah Biografi Nick Drake


Gara-gara musik yang dimainkan oleh Payung Teduh (waktu itu belum melenceng dari kaidah dan sekomersil sekarang, yang lagunya banyak di dengerin bahkan di coverin sama anak-anak hits) jadi kepincut dengan jenis musik yang memainkan instrumen gitar bolong ini. Banyak orang-orang dan pakar musik sok ternama mengatakan; bahwa yang di mainkan oleh Payung Teduh itu adalah Folk.

Lalu beberapa tahun setelah Payung Teduh menelurkan debut album ikoniknya “Dunia Batas”, datang dari timur jawa, Surabaya, Adalah Silampukau Sebuah duo grup yang mengusung jenis musik yang sama: Folk. Perbedaanya sangat mencolok menurut pendengaran dan pengamatan saya pribadi; Jika Payung Teduh memainkan musik folk dengan mencampurkan rasa keroncong pada lagu-lagunya dan juga tema romantisnya yang sangat kebablasan; maka beda dengan Silampukau musik folk dengan sedikit mencampurkan rasa Rockabilly itu sarat dengan perjuangan, sosial dan cinta dan agak nakal. Saya menyebutnya dengan musik Folk Revolusioner. Karena musik yang dibawakan Silampukau ini membayangkan kita hidup di masa Revolusi Indonesia, jika Silampukau hidup pada masa itu, mungkin selanjutnya mereka tergabung menjadi Seniman Lekra.

Lalu apa hubunganya dengan Nick Drake?
Tunggu dulu, setelah beberapa minggu mendengarkan album dari Payung Teduh dan Silampukau sampai menganak tirikan musik yang saban hari saya dengarkan: Hardcore, Metal, Punk. Timbullah ada rasa ketidakpuasan diri. Maka jalan satu-satunya bermodalkan mbah google saya mulai mencari informasi lalu mengetik “Folk Musicians/Best Folk Musicians” muncullah sederet musisi yang belum pernah saya dengar, hanya satu yang saya tahu dan ingat nama Bob Dylan bertengger di urutan nomor 1 sebagai pelaku jenis musik folk ini. Saya mengetahui Bob Dylan mulanya karena band favorite saya “Bedil dan Mawar” mengaransemen ulang dengan gaya Rock dan Blues dan memasukan nomor sakral Bob Dylan di album “Pakai Ilusi Lo! 2”. Sayangnya saya kurang begitu mengikuti Bob Dylan maka saya hanya sebatas tahu satu lagu yang di aransemen ulang oleh “Bedil dan Mawar” yaitu “Mengetuk pintu surga”.

Belum puas dengan mengetik kata kunci “Folk Musicians/Best Folk Musicians” lalu saya mengetik dengan kata kunci lain “Best songs folk” munculah beberapa artikel yang dimuat oleh beberapa situs. Saya klik salah satunya dan muncul beberapa lagu disertai dengan potret musisinya. Dari beberapa daftar ada satu yang menarik perhatian dan menggugah rasa penasaran saya yaitu; terpampang potrait seorang anak muda, gondrong sebahu, memegang instrumen gitar bolong dengan sorotan mata yang tajam. Di bawah potrait daftar itu tertulis “Nick Drake – Day is Done”. Karena dengan pemahan bahasa inggris yang dangkal, tanpa membaca artikelnya saya langsung buka kanal Yutub dengan mengetikan “Nick Drake – Day is Done”. Saya dengarkan, bayangan saya waktu mendengarkan itu: “Classic, gloomy dan emosional banget lagunya”. Terus saya dengarkan sampai bosan.

Saya terus menggali informasi tentang Nick Drake dari Wikipedia dan situs-situs musik lainya. Tapi sayang, tak ada satupun situs berbahasa indonesia yang membahasnya.

Yang sedikit saya tahu tentang Nick:

Nick Drake adalah seorang musisi folk asal Inggris yang terjun ke industri musik pada era akhir 60an dan meninggal pada umur yang sangat muda sebelum popularitas di raihnya. memutuskan untuk tidak melanjutkan studi dan mendapatkan gelar di Cambridge of University, Nick Drake hijrah ke London dan memulai karirnya dengan menandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman Island Records. Selama karirnya Nick Drake hanya menghasilkan 3 album diantaranya; “Five Leaves Left (1969)”, “Bryter Layter (1970)” dan “Pink Moon (1972)”. Sayangnya musik yang dibawakan Nick Drake tidak mendapatkan sambutan yang baik bahkan albumnya tidak terjual sukses.

Seperti desas-desus yang menyelubungi misteri kematian Nick Drake; Apakah kematian Nick Drake dengan cara bunuh diri disebabkan karena depresi, mengingat album-album yang ia keluarkan tidak mendapatkan sambutan baik dan gagal menarik audiens atau ia benar-benar depresi lantaran kecanduan dengan barang haram dimana lazimnya digunakan oleh para remaja pada masa itu?.

Buku biografi Nick Drake yang ditulis Patrick Humphries, mungkin, bisa menjawab persoalan itu. Saya cukup bersyukur, karena ada sebuah penerbit yang mau dan dengan berani menerjemahkan dan menerbitkan sebuah buku biografi tentang musisi dimana yang diangkat tidak punya andil dan nama besar di scene musik indonesia, mungkin hanya segelintir saja. Ialah Yayasan Jungkir Balik (Mari kita dukung terus, jangan berhenti. semoga untuk menambahkan katalognya Jungkir Balik menerbitkan buku tentang Biografi para tokoh musisi yang andil dalam membentuk kreatifitas musik khususnya di indonesia.).

Dengan demikian, buku Nick Drake: sebuah biografi itu tidak hanya memberikan gambaran tentang sosok musisi malang itu, tetapi juga tentang cara kerja belantika musik dan pengaruh sosial politik yang melingkupinya. Barangsiapa ingin atau sedang berkiprah di bidang musik bisa menjadikan buku ini sebagai pembanding untuk membaca keadaan belantika musik masa kini. Barangsiapa suka musik akan mendapatkan kisah tentang seorang jenius folk yang tidak hanya mengilhami kancah folk, tetapi musisi-musisi genre lain, seperti Robert Smith The Cure dan vokalis Television, bahkan di cover musisi semacam Elton John.
Juga sebelum anda berkeinginan untuk membeli buku ini, alangkah lebih elok mendahului dengan mendengarkan karya-karyanya.

Akhir kata:
Saya bersimpati pada Kurt Cobain, Chris Cornell atau Chester Benington. Namun rasa simpati yang lebih besar hanya layak saya berikan untuk seorang musisi tidak terlalu terkenal kelahiran Rangoon, Burma (sekarang Myanmar) yang mati sangat muda. Dia meninggal bunuh diri jauh sebelum mengecap popularitas seperti yang diraih oleh ketiga musisi di atas. Nicholas Downey Drake, anak muda melankolis dan penyendiri yang hanya sempat merekam tiga album folk akustik tanpa sempat merasakan panasnya lampu panggung atau bising sound system. Mengenaskan.

*PS: Tulisan ini sebelumnya sudah saya post di tumblr pribadi saya riadisaster1.tumblr.com
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
16.8K
97
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
Buku
icon
7.7KThread4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.