Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Panen Kopi Liberika di Lahan Gambut


PULUHAN tanaman kopi liberika menghampar di tanah gambut tepi pantai Rangsang yang termasuk wilayah Desa Keduburapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.



Untuk bisa menuju Desa Keduburapat harus menyeberang dahulu. Saya harus menyeberangi laut menggunakan perahu kayu atau disebut kempang menuju ibu kota kabupaten.



Perjalanan menggunakan kempang bisa ditempuh dalam waktu 15 menit menuju Pelabuhan Peranggas.



Setelah tiba di Pelabuhan Peranggas, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan sepeda motor selama 45 menit menuju Desa Kedaburapat.



Kopi liberika aslinya dari Liberica, Afrika Barat.



Kopi itu dibawa bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19 untuk dikembangkan, menggantikan tanaman kopi jenis arabika yang pada masa itu sedang terserang wabah penyakit.



Untuk saat ini, kopi jenis itu hanya bisa ditemui di tanah gambut, tepatnya di pantai timur Sumatra seperti Riau dan Jambi.



Pengurus Lembaga Masyarakat Peduli Kopi Liberika (LMPK) Rangsang Meranti, Al Amin, mengatakan luas perkebunan kopi Liberika yang ada di Desa Kedaburapat saat ini mencapai 775 hektare.



Padahal selama ini Kabupaten Kepulauan Meranti dikenal sebagai daerah penghasil sagu terbesar kedua di Indonesia.



Namun, belakangan selain sagu, kopi liberika dari Meranti dikenal luas di Riau, bahkan sampai Malaysia dan Singapura.



LMPK beranggotakan para petani kopi dari beberapa desa di Kecamatan Rangsang Pesisir, yang memiliki luas tanaman mencapai 100 ribu hektare.



"Kebun kopi liberika di desa kami lebih banyak tumbuh di lahan gambut. Ada juga sebagian tanaman kopi tumbuh di tanah mineral. Hasil kopi ini sangat menjanjikan dan sangat diminati Malaysia dan Singapura. Kopi liberika sekarang ini menjadi komoditas andalan di desa kami," kata Al Amin, pekan lalu.



Untuk satu kali panen dengan luas lahan 1 hektare, minimal bisa menghasilkan 1 ton biji kopi liberika.



"Kadang-kadang bisa mencapai 5 ton," terangnya.



Dalam satu batang pohon, bila saat musim panen, bisa dipetik 15 kilogram sampai 20 kilogram buah biji kopi.



Saat ini harga buah biji kopi masak liberika cukup tinggi, yakni Rp3.500 per kilogram.



Adapun harga kopi bubuk tanpa disortir sekitar Rp45 ribu sampai Rp55 ribu per kg.



Untuk kopi bubuk yang sudah disortir, harga jualnya Rp75 ribu per kg.



Hafiz, petani kopi liberika di Desa Kedaburapat, membenarkan bahwa keberadaan komoditas kopi ini sangat membantu pertumbuhan ekonomi di daerah.



"Tanaman kopi liberika ini merupakan tanaman tumpang sari yang bisa disisipi dengan pohon pinang dan kelapa. Jadi satu lahan tanah bisa ditanam tiga tanaman itu. Saat panen, hasilnya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," ujarnya.



Kepala Desa Kedaburapat, Mahadi, mengungkapkan masih tersedia sekitar 500 hektare lahan yang dapat dikembangkan menjadi perkebunan kopi.



Ia berharap potensi ini mendapat dukungan dari pemerintah kabupaten.



"Terutama pembangunan infrastruktur jalan. Adanya akses jalan memudahkan warga memasarkan hasil kopi," kata Mahadi. (Rudi Kurniawansyah/N-3)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...but/2018-01-08

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Prancis dan Tiongkok Pererat Hubungan

- Dua Korea Bertemu Pekan Depan

- Dana Desa untuk Padat Karya

lina.whAvatar border
anasabilaAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
67.4K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Media Indonesia
Media Indonesia
icon
30.5KThread1.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.