SETELAH melalui pembahasan yang panjang selama 1,5 tahun, pemerintah melalui Kemenko Perekonomian akhirnya mengeluarkan peta jalan vokasi dalam bentuk buku yang berjudul 'Kebijakan Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017-2025'.



Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, dalam peta jalan tersebut Indonesia akan fokus pada pengembangan vokasi di 5 sektor yang dirasa membutuhkan tenaga kerja terampil yang masif pada masa mendatang. Lima sektor tersebut yakni agribisnis, turisme, eS E N S O Rmerce, jasa kesehatan, dan TKI.



"Kalau kita mau mempertajam jurusan kompetensi yang perlu kita kembangkan akan tampak bahwa Indonesia perlu fokus pada 5 area besar itu," ujar Darmin dalam peluncuran peta jalan vokasi di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (21/12).



Di bidang agribisnis, Darmin menyebut prospek industri di bidang ini masih cukup mampu menyerap tenaga kerja seperti dalam komoditas sawit, karet, kelapa, coklat, kopi, tebu dan teh. Khusus sawit dan tebu, Darmin menyebut dua komoditas itu akan menjadi penggerak ekonomi di kawasan barat dan timur Indonesia.



"Industri sawit bahan baku biodiesel punya potensi penggerak kegiatan ekonomi di kawasan barat, kita ingin di timur bisa berkembang perkebunan tebu pabrik gula dengan bioetanol," tukasnya.



Darmin ingin dengan tenaga kerja yang terampil nantinya sektor agribisnis juga bisa berkembang di komoditas buah-buahan, sayur dan holtikultura. Termasuk mengembangkan sistem pembibitan



"Ini cocok untuk Jawa karena lahan yang agak sempit tapi tenaga kerja sudah lebih mudah ditingkatkan keterampilannya," ucapnya.



Untuk bidang turisme, Darmin menyebut nantinya lulusan dari jurusan tata boga, perhotelan, dan pelayan jasa turisme akan semakin diminati. Terlebih seiring dengan terus berkembangnya sektor pariwisata akibat ekonomi digital.



Perkembangan pariwisata itu menurutnya akan semakin menumbuhkan banyak homestay. Fenomena itu telah terjadi di Jepang ketika permintaan akan penginapan tidak diimbangi dengan hotel yang tersedia, sehingga muncul rumah-rumah tradisional Jepang atau ryokan sebagai penginapan.



"Indonesia punya potensi besar untuk homestay yang ini butuh pelayanan dasar seperti breakfast, namun memiliki pelayanan prima dan tempat yang bersih," tukasnya.



Sektor bisnis selanjutnya yakni jasa kesehatan. Potensi penyerapan tenaga kerja pada sektor ini dinilai cukup besar seiring bonus demografi sampai 2030 dan bertumbuhnya kelas menengah.



Sektor keempat, kata dia, yakni eS E N S O Rmerce. Dengan perkembangan dunia digital maka tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi (TI) akan semakin dibutuhkan. Nantinya e-commerce bisa menjual untuk produk turunan dari komoditas sawit, karet, coklat, dan kayu manis



"Dan sektor kelima yakni tenaga kerja di luar negeri seperti suster, perawat, baby sitter dan asisten rumah tangga yang terampil, sehingga datangkan sumber devisa bagi negara," papar Darmin.



Dengan mendorong pendidikan vokasi di lima sektor tersebut ia berharap ada pergeseran minat dari para siswa. Sebab saat ini dari 144 kompetensi di SMK, 5 jurusan yang diminati hanya teknik komputer dan jaringan yang bisa sesuai perkembangan pasar ke depan dengan 578 ribu murid.



Adapun sisanya tidak sesuai yakni teknik kendaraan ringan dengan 574 ribu siswa, akuntansi 430 ribu siswa, adminsitrasi perkantoran 428 ribu siswa, dan teknik sepeda motor 270 ribu siswa.



"Dari 5 jurusan ini 54,9% dari total jumlah murid SMK di Indonesia. jurusan administrasi perkantoran ini paling tidak jelas," pungkasnya. (OL-4)


Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...tor/2017-12-21

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Kemenkeu Raih Peringkat Satu Informasi Keterbukaan Publik

- Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dinaikkan

- Airlangga: Saya Banyak Mendapat Titipan Nama