Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Surplus Neraca Perdagangan Tahun ini Naik Tajam


MESKIPUN neraca perdagangan pada November surplus tipis, secara kumulatif sejak Januari hingga November 2017 perdagangan internasional Indonesia sudah surplus US$12,2 miliar. Angka itu naik tajam dari tahun lalu sebesar US$9,53 miliar.


“Secara keseluruhan neraca perdagangan jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan empat tahun sebelumnya (defisit US$4,08 miliar),” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Gedung BPS Jakarta, kemarin.


Suhariyanto menjelaskan perdagangan ekspor-impor Indonesia pada November hanya surplus US$0,13 miliar. Angka itu turun ketimbang September yang merupakan surplus ter­tinggi di 2017, US$1,78 miliar.


Menurutnya, turunnya surplus ini disebabkan tren impor yang meningkat 6,24% dari Oktober US$14,24 miliar menjadi US$15,5 miliar pada November, juga secara kumulatif Januari-November naik 15,47% secara year on year (yoy) jika dibandingkan dengan tahun lalu. Ekspor hanya naik tipis 0,26% dari Oktober sebesar US$15,24 miliar menjadi US$15,28 miliar. Akan tetapi, secara kumulatif Januari-November 2017 ekspor Indonesia naik 17,16% yoy.


Surplus neraca perdagangan Indonesia, antara lain terhadap India, Amerika Serikat, dan Belanda, sedangkan defisit terbesar dalam perdagangan dengan Tiongkok yang kemudian di­susul Thailand dan Belanda.


Direktur Statistik Harga Yunita Rusanti menilai ada optimisme pertumbuhan ekonomi di kuartal IV akan membaik melalui kontribusi sektor ma­nufaktur, khususnya industri pengolahan.


Pasalnya ekspor industri peng­olahan naik 14,25% (US$114,7 miliar) secara kumulatif dari tahun lalu US$100,4 miliar.


Di tempat terpisah, Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai surplus yang menipis tidak perlu dikhawatirkan sebab industri di Indonesia belum mampu menghasilkan bahan baku dan barang modal.



“Kita kalau mau ekonominya tumbuh, mau enggak mau impornya juga naik. Tidak bisa ekspornya naik impornya enggak naik. Itu berarti ada yang macet,” ucapnya.


Menurut Darmin, industri harus mengimpor barang dahulu sebelum memproduksi bahan baku dan barang modal.


Sebelumnya, Kemendag berupaya meningkatkan kompetensi tenaga kerja, khususnya di bidang ekspor dan impor dengan menggelar kegiatan Prakonvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI). (Nyu/X-5)'






Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...jam/2017-12-16

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Atasi Banjir Jakarta dari Hulu

- 2 Meninggal dan Ratusan Rumah Rusak akibat Gemp 6,9 SR

- Pengakuan Tiongkok Modal Palestina

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
452
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Media Indonesia
Media Indonesia
icon
30.5KThread1.3KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.