Quote:
Jakarta, CNN Indonesia -- Prosesi acara penamaan pesawat N219 karya LAPAN dan PTDI oleh Presiden Joko Widodo di Lanud Halim Perdana Kusuma sempat terinterupsi beberapa menit setelah seorang anak SD yang meramaikan acara tersebut, muntah. Saat itu, matahari memang sangat terik dan terasa panas.
Anak yang berdiri persis di samping kanan Jokowi muntah semenit setelah Presiden meresmikan nama pesawat dan sambutan riuh tepuk tangan tamu undangan.
Melihat hal itu, Jokowi langsung memanggil ajudan agar anak itu segera dibawa. Tetapi bukan ajudan yang menghampiri melainkan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto.
Lihat juga: Presiden Sanggupi Dana Rp200 Miliar Untuk Kembangkan Pesawat
Hadi sigap berlari menuju anak itu dan langsung membopongnya ke belakang.
Puluhan anak SD memang meramaikan acara penamaan tadi. Mereka dihadirkan untuk melepaskan pesawat kertas bersama Jokowi sebagai simbol peresmian pesawat N219 yang diberi nama Nurtanio.
Insiden muntahnya seorang anak itu tidak menghalangi jalannya acara. Jokowi bersama anak-anak lain tetap menerbangkan pesawat kertas dan meninjau langsung isi Nurtanio.
Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan, nama Nurtanio dipilih untuk merepresentasikan Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo.
Nurtanio gugur dalam sebuah penerbangan uji coba pesawat Aero 45 atau Arev pada 21 Maret 1966. Penamaan ini bertepatan dengan hari Pahlawan yang dirayakan setiap 10 November.
“Beliau adalah pahlawan bangsa yang berjuang tanpa pamrih. Seluruh hidupnya didarmabaktikan untuk kedirgantaraan Indonesia,” kata Jokowi.
Lihat juga: Nurtanio, Kisah Hidup Perwira Penggila Pesawat
Bersama Wiweko dan Salatun, Nurtanio dikenal sebagai tiga serangkai perintis dirgantara.
Mereka memulai karier bersama saat Indonesia baru berdiri dan AURI masih bernama Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan.
Tiga sekawan itu berperan penting dalam industri penerbangan Indonesia. Nurtanio ialah pendiri Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (Lapip) – cikal bakal Industri Pesawat Terbang Nusantara yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia.
Salatun mendirikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), sedangkan Wiweko ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Direktur Utama Garuda Indonesia untuk menyelamatkan Garuda yang kala itu berada di ambang kebangkrutan.[/CENTER]
Pencitraan ini, pake bawa2 nama TNI AU lagi. Mari laskar gerakan "Anti TNI"
[CENTER]