Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Lebih Untung meski Panen Dini



KARENA khawatirakan perubahan cuaca dan memanfaatkan situasi harga yang sedang tinggi, petani garam di Jawa Timur memilih memanen garam lebih awal.



Dengan demikian, meski kuantitas hasil panen tidak maksimal, petani merasa dapat kepastian bisa meraih keuntungan.



"Jadi, pertimbangan cuaca dan harga garam melambung sehingga mereka mau menjual lebih awal," kata Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jatim Muhammad Hasan di Surabaya, Jatim, kemarin.



Sebelumnya, harga garam per ton rata-rata Rp500 ribu. Dua bulan terakhir, 1 ton garam bisa seharga antara Rp3 juta-Rp4 juta tergantung kualitas.



Petani garam di Sumenep, Pulau Madura, biasanya menjual garam dengan hitungan sak atau karung.



Setiap sak garam dibanderol Rp180 ribu-Rp 200 ribu.



Satu ton garam sebanyak 20 sak.



Dari hasil 1 ton garam, petani bisa mendapatkan Rp4 juta.



"Harga garam semahal itu tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya," katanya.



Dia menggambarkan, untuk mendapatkan hasil maksimal, petani garam membutuhkan seminggu.



Hanya, dalam dua bulan terakhir, petani memanen garam dalam tempo tiga hari.



"Ini tidak wajar, tapi mereka ingin mendapatkan hasil maksimal," ujarnya.



Panen dini juga dilakukan sejumlah petani garam di Kabupaten Pamekasan.



Selain memanfaatkan harga garam yang tinggi, mereka khawatir harga anjlok menyusul masuknya garam impor.



Di sejumlah sentra garam Pamekasan, seperti Kecamatan Galis, Pademawu, dan Tlanakan, garam yang dipanen belum sempurna alias kadar air masih tinggi.



Usia pendederan masih sekitar dua minggu dari tiga minggu untuk waktu pendederan normal.



"Selain untuk mengejar kelangkaan garam konsumsi, ini kami lakukan karena isunya, pemerintah mengizinkan impor garam akibat kelangkaan. Kami khawatir kalau garam impor masuk, harga akan turun," kata petani garam Desa Lembung, Kecamatan Galis, Fathorrahman.



Ia mengakui, dengan panen dini, kualitas garam yang dipanen belum sempurna dan mudah hancur.



Selain itu, jumlah garam yang diproduksi menurun hingga 35%.



Biasanya, kata dia, 1 hektare tambak garam akan menghasilkan 9 ton hingga 10 ton tiap panen dengan pendederan normal.



Dengan panen dini, 1 hektare hanya akan menghasilkan 6 ton hingga 8 ton dalam sekali panen.



"Bagi kami, itu lebih memberi keuntungan pada kami daripada panen pada waktunya, tapi harga turun," kata Fathorrahman.



Saat ini harga garam di Pamekasan mulai turun dari Rp3.500 per kilogram menjadi Rp2.700 per kilogram.



Sebagai perbandingan, sebelum kelangkaan, harga garam kualitas premium (K-1) hanya Rp600 per kilogram. (Faishol Taselan/YK/MG/SY/SL/N-1)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...ini/2017-08-08

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Rekrutmen Garis Keras Digagalkan

- Penolakan Kerja Sama Perburuk Nasib Karyawan JICT

- Komisi Yudisial Bersiap Jemput Bola

0
323
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Media Indonesia
Media Indonesia
icon
30.5KThread1.3KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.