Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Mamadou Coulibali: Kabur dari Senegal Hingga Bermain di Serie A
Gelandang Pescara, Mamadou Coulibaly belum lama ini berbagi cerita tentang bagaimana dia mempertaruhkan segalanya untuk bisa berada di Italia. Pekan lalu, pemuda 18 tahun itu bermain selama 90 menit penuh saat timnya bermain imbang 1-1 melawan Milan, dan ditemui setelah laga, ia menceritakan perjalanannya epiknya dari Senegal menuju Negeri Menara Pisa.

“Saya pergi hanya dengan membawa tas ransel,” tutur Coulibaly kepada Gazzetta dello Sport. “Saya hanya mengatakan hal itu kepada Mamadou, teman terbaik saya, dan orangtua saya mengira bahwa saya masih ada di sekolah. Saya mematikan ponsel dan tidak menelpon mereka selama tiga bulan, mereka mengira saya telah meninggal.”



“Saya cukup sejahtera ketika berada di rumah, saya punya dua orang saudara perempuan. Ayah saya tidak menginginkan saya untuk terlalu banyak bermain. Baginya, belajar adalah hal yang terpenting karena kami adalah keluarga pengajar. Ayah saya adalah guru olahraga dan bibi saya adalah seorang profesor.”

“Ia pernah berkata akan membawa saya ke sebuah tim Eropa, tapi itu dilakukan hanya agar saya bisa diam. Saya mempertaruhkan hidup saya untuk sepakbola, tapi saya juga melakukan itu untuk mereka (keluarga). Suatu hari saya bisa membantu mereka.”

Coulibaly kemudian menceritakan detail perjalanannya dari Senegal. “Saya membayar tiket bus dari Dakar menuju Maroko, namun itu tidak terlalu berbahaya. Keaadan baru mulai memburuk setelahnya. Di Maroko saya tidur di pelabuhan, dan tidak punya uang untuk menyewa perahu. Seorang pria bertanya kepada saya karena sudah berada di sana selama beberapa hari dan menanyakan alasan kenapa saya tidur di jalanan. Saya berkata kepadanya bahwa saya ingin pergi ke Eropa.”

Beberapa hari kemudian, Coulibaly mengatakan bahwa pria tersebut kembali dan menyatakan akan membantu dirinya karena ia bekerja di sebuah kapal yang akan bertolak ke Perancis.

“Itu tidak seperti kapal yang Anda lihat di televisi, ukurannya lebih besar dan digunakan untuk mengangkut makanan. Anda 20 remaja yang ikut dengan saya, tapi saya pergi untuk sepakbola, saya tidak tahu dengan mereka, saya tidak tahu mimpi apa yang sedang mereka wujudkan.”

Kisah ini membuat dirinya mendapat beberapa ejekan di Italia, seperti yang ia tuturkan, “Sesekali orang di Italia memanggil saya dengan julukan ‘manusia kapal’ untuk mengejek tapi saya tidak bereaksi. Itulah cara saya bisa sampai di sini (Italia), dan saya tidak lebih baik dibanding orang lain yang juga tiba di Italia dengan menggunakan kapal.”

“Perjalanan itu tidak berbahaya, tapi saya tidak bisa berenang. Jika kapal itu tenggelam saya pasti akan tewas. Momen tersulit saya? Pada awal kedatangan, saat di Livorno. Seorang pria membawa saya untuk diperkenalkan pada beberapa tim, tapi di pagi hari, saya terbangun di hotel dan ia pergi begitu saja.”

“Saya tidak memiliki uang, tidak mengenali siapapun dan tidak bisa berbahasa Italia. Ia melihat saya bermain sepakbola di pantai dan mengajak saya ke Livorno untuk mengalami ujicoba—yang mana memang saya inginkan, tapi saya tidak memiliki dokumen yang legal.”

“Saya tidur di jalanan dan jika beruntung bisa mendapatkan sepotong sandwich untuk makan. Ketika berada di Roma, mereka mengatakan kepada saya bahwa ada banyak orang Senegal di Pescara jadi saya naik kereta tanpa membeli tiket untuk menuju ke sana.”

“Saya berhenti di Roseto, tempat yang salah dan membuat saya harus tidur di stadion. Polisi menemukan saya dan membawa saya rumah remaja gereja di Montepagno. Setelah itu saya menjalani beberapa ujicoba bersama Cesena, Sassuolo, Roma, dan Ascoli tapi tidak ada satu pun yang memboyong saya. Saya sedikit menjajaki sekolah sepakbola saat kecil di Senegal, tapi lebih sering memainkannya di jalanan.”



“Sisanya dari televisi, saya melihat banyak permainan dan mempelajari pergerakan pemain profesional.”

Saat disinggung mengenai laganya kala menghadapi Milan, ia mengatakan bahwa ada pelajaran yang bisa ia ambil dari situ.

“Apa yang bisa saya pelajari dari laga melawan Milan? Bahwa suatu hari saya bisa bermain di level seperti ini. Saya yakin, karena karakter bermain itu datang secara natural untuk saya. Milan adalah salah satu tim yang saya dukung; Milan, Perancis, dan Manchester United.”

“Ayah saya adalah sosok yang keras, dua tahun lalu saya tidak bisa berkata kepadanya bahwa saya ada di Perancis, karena ia akan meminta saya untuk pulang. Sekarang hampir setiap hari saya berbicara kepadanya, ia berkata bahwa dirinya merasa senang dan saya sudah meminta maaf.”

“Saya belum bertemu dengan Ayah dan Ibu saya selama dua tahun, dan saat ini saya merindukan Ibu saya. Ketika saya pergi, ia menangis, ia tidak mengira bahwa saat ini saya masih hidup. Sekarang? Saya merasa beruntung,” pungkas Coulibaly.

MAU NONTON GRATIS SERIE A DI ITALIA?
IKUTAN KUIS TEBAK SKOR DI SINI!

Supported by:




www.kaskus.id
0
2.6K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Liga Italia
Liga ItaliaKASKUS Official
1.5KThread7.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.