CEO Vietjet Nguyen Phuong Thao (kanan) berjabat tangan dengan CEO Airbus Fabrice Bregier setelah menandatangani kontrak yang disaksikan Presiden Perancis Francois Hollande (kiri belakang) dan Presiden Vietnam Tran Dai Quang (kanan belakang) di Istana Presiden di Hanoi, Vietnam Selasa, 6 September 2016.
Kehadiran pertamanya pada 2011 membuat geger dunia penerbangan. Pramugari dengan bikini yang melayani penumpang ternyata menjadi promosi jitu VietJet, maskapai penerbangan asal Vietnam. Hanya perlu waktu lima tahun, maskapai penerbangan murah ini telah mengantarkan pemiliknya, Nguyen Thi Phuong Tao, 46 tahun, ke jajaran orang terkaya di Asia Tenggara.

Berdasarkan rilis majalah Forbes 20 Maret 2017, Nguyen Thi Phuong Tao menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang masuk dalam daftar orang terkaya untuk kategori perempuan. Kekayaan taipan penerbangan ini diperkirakan mencapai US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun).

Pada 2016, Forbes pernah mencantumkan nama pemilik perusahaan farmasi PT Tempo Scan Group, Kartini Muljadi dengan kekayaan mencapai US$760 juta (Rp9,88 triliun).

Nguyen meluncurkan VietJet, maskapai penerbangan murah pertama di Vietnam pada Desember 2011. Ia yakin penerbangan murah akan mendapat respon positif dari penumpang.

VietJet ternyata mendapat sambutan hangat dan sangat menarik perhatian melalui promosi pramugari berbikini. Hingga sekarang, VietJet lebih banyak disebut sebagai maskapai bikini.

Hanya perlu waktu lima tahun, VietJet mengoperasikan lebih dari 40 persen penerbangan di Vietnam dan memperoleh pendapatan mencapai 1,2 miliar dollar AS.

Pada Februari 2017 lalu, VietJet melantai di bursa saham Vietnam. Kesuksesan VietJet membawa Nguyen menjadi satu-satunya miliarder wanita di Asia Tenggara.

Di Vietnam, Forbes hanya mencatat dua orang terkaya, yaitu Nguyen dan pengusaha properti Pham Nhat Vuong.

Nguyen pun masuk 56 perempuan yang masuk dalam daftar 2017 Forbes World's Billionaires yang merintis kekayaannya hingga menjadi miliarder. Separuh dari 56 orang itu berasal dari Asia.

Nguyen belajar ekonomi dan keuangan di Uni Soviet pada tahun 1980-an. Ia memulai bisnis perdagangan komoditas di Eropa Timur dan Asia. Setelah itu, Nguyen kembali ke Vietnam dan mulai berinvestasi di perbankan sebelum berpindah ke sektor properti.

Nguyen mendapat ide mendirikan maskapai berbiaya rendah di Vietnam ketika dirinya masih menjadi trader. Ia memperkirakan permintaan perjalanan udara di Vietnam akan meningkat.

Untuk mewujudkan mimpinya dalam bisnis penerbangan, Nguyen mempelajari model bisnis yang dilakukan maskapai berbiaya rendah lainnya, seperti Southwest, Ryan Air, dan AirAsia. Ia mendapat lisensi untuk memulai VietJet pada tahun 2007, namun tingginya harga minyak membuat peluncuran maskapai itu harus ditunda.

Nguyen sempat meneken kerja sama patungan dengan AirAsia pada 2010, tetapi gagal terwujud. Setahun kemudian, Nguyen memutuskan mendirikan maskapai penerbangan sendiri. Nguyen dan suaminya Nguyen Thanh Hung, memiliki saham mayoritas VietJet melalui perusahaan Sovico Holdings.

Dalam dua tahun, VietJet sudah meraup laba dan melayani 300 penerbangan per hari, termasuk di dalamnya adalah 63 rute domestik dan beberapa rute internasional. VietJet mengoperasikan 45 unit armada pesawat dan telah menerbangkan lebih dari 35 juta penumpang.

Meski sudah mencapai kesuksesan, Nguyen tidak berhenti bermimpi dan berambisi. Di tengah persaingan yang ketat, Nguyen tak gentar mengembangkan maskapai penerbangan yang didirikannya itu. "VietJet menargetkan untuk menjadi maskapai penerbangan internasional, tidak hanya lokal," ujar Nguyen melalui Forbes.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...askapai-bikini

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Diduga karena tekanan kerja, manajer JKT48 bunuh diri

- Fahri, Fadli, dan Syahrini dalam kasus pajak

- Banteng dan Garuda menyerbu Jakarta di Pilkada putaran kedua