- Beranda
- Gosip Nyok!
Taxi Hijau Hitam Vs Taxi Biru
...
TS
zidniii
Taxi Hijau Hitam Vs Taxi Biru
Hayoo kamu yang tinggal di Jakarta udah faseh banget kan dengan kegiatan order taxi dengan smarthphone mu. Taxi sekarang sudah tidak menoton dengan type sedan dan berwarna biru tapi sudah bervariasi. Type mobil mvp, crossover, bahkan lcgc pun banyak yang menjadi taxi. Taxi yang dulu harus kita order dengan menunggu di jalan, atau lewat telfon, sekarang cuma download aplikasi, taxi kamu gantian yang menelfon kamu jika sudah sampai ditempat yang kamu pilih. Dulu selalu deg-degan liatin argo yang selalu bertambah, khawatir kena argo kuda, sekarang kamulah yang menentukan harga yang cocok untuk argo taximu tanpa harus khawatir lagi saat perjalanan.
Teknologi mengubah segalanya, dulu begitu sekarang begini. Banyak perubahan yang memberikan pilihan kepada para konsumennya. Tapi apakah pilihan yang banyak itu bagus untuk konsumen?
Sebelum menjawab pertanyaan yang saya buat sendiri, tulisan ini merupakan komentar saya dari isu yang ada. Dalam hal ini adalah wacana pengaturan tarif oleh pemerintah. Komentar ini dalam tulisan ini menggunakan pendapat pribadi dan kekhawatiran saya. Diskusi dan opini lain didalam tulisan ini sangatlah terbuka karena tujuan tulisan ini tidak lain hanya mencoba mencari solusi dari diskusi dan opini teman-teman.
Sebelum taxi hijau hitam (online) ramai seperti sekarang ini, taxi biru (konvensional) melakukan investasi dalam bentuk mobil. Tidak hanya mobil, mereka juga berinvestasi untuk para driver yang menjadi roda penggerak untuk monetizing bisnisnya. Saya coba mengetikan keyword jumlah armada bl*e bi*d di google dan mendapatkan artikel yang menyebutkan mereka mempunyai 23.000 armada. Dari setiap armada itu bisa diasumsikan ada 1 orang driver dan 1 mobil. Jika dihitung cepat, 1 mobil seharga 100 juta saja, mereka harus berinvestasi sebesar 2,3 Triliun. Itu belum membayar operasional driver mereka. Jika mengacu pada UMR Jakarta 2016 saja gaji mereka 3,1 juta maka dalam 1 bulan mereka mengeluarkan biaya operasional sebesar 71,3 miliar. Uang yang dikeluarkan untuk investasi ini lebih besar dibandingkan investasi dalam membuat aplikasi.
Dengan biaya investasi sebesar itu, mereka taxi konvensional sangat lah sulit untuk bisa bersaing jika tarif mereka mengikuti taxi online. Lalu bagaimana bisa tarif taxi online murah?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mencoba menggunakan pengalaman saya. Sejak 3 tahun lalu saya sudah membuat startup dan mengikuti perkembangan startup. Saat ini banyak startup yang mendapatkan pendanaan yang luar biasa banyak dari investor mereka. Pendanaan tersebut digunakan untuk banyak hal, seperti untuk membangun team, infrastruktur, biaya marketing, dan lain-lain.
Alokasi biaya marketing menjadi salah satu faktor yang membuat tarif taxi online murah seperti yang kita rasakan sekarang. Taxi hijau dan hitam mencoba memberikan pilihan tarif yang murah dengan promo menarik mereka. Kita sebagai konsumen sangat menyambut positif dengan pilihan tarif murah yang diberikan, tapi apakah untuk industri ini akan berdampak positif ?
Inilah yang menjadi kekhawatiran saya. Para pelaku bisnis dalam industri ini ramai-ramai memberikan tarif yang murah, namun tarif murah tersebut tidak akan bisa selamanya, karena mereka bergantung kepada uang hasil pendanaan dari investor. Menentukan pemenang dari persaingan usaha di industri ini bisa diliat dari seberapa lama mereka bertahan dengan tarif murah sambil menunggu para kompetitornya kehabisan uang dan mereka melakukan pivot atau yang paling parah adalah menutup bisnisnya.
Jika sudah begini, mereka yang punya pendanaan tak berseri akan bisa mengatur dan menaikan tarif taxi mereka. Hal seperti ini akan memberatkan kita sebagai konsumen. Pemerintah pun harus turun tangan dengan mengeluarkan peraturan yang bisa mengayomi kepentingan para pihak, dalam hal ini pemilik bisnis dan konsumen di industri ini.
Peace!
Zidni
---------------------------------------------------
Facebook: https://www.facebook.com/zidnikadir
Twitter : https://twitter.com/zidnikadir
Instagram : https://www.instagram.com/zidnikadir/
Medium : [url]https://S E N S O R@zidnikadir[/url]
Teknologi mengubah segalanya, dulu begitu sekarang begini. Banyak perubahan yang memberikan pilihan kepada para konsumennya. Tapi apakah pilihan yang banyak itu bagus untuk konsumen?
Sebelum menjawab pertanyaan yang saya buat sendiri, tulisan ini merupakan komentar saya dari isu yang ada. Dalam hal ini adalah wacana pengaturan tarif oleh pemerintah. Komentar ini dalam tulisan ini menggunakan pendapat pribadi dan kekhawatiran saya. Diskusi dan opini lain didalam tulisan ini sangatlah terbuka karena tujuan tulisan ini tidak lain hanya mencoba mencari solusi dari diskusi dan opini teman-teman.
Sebelum taxi hijau hitam (online) ramai seperti sekarang ini, taxi biru (konvensional) melakukan investasi dalam bentuk mobil. Tidak hanya mobil, mereka juga berinvestasi untuk para driver yang menjadi roda penggerak untuk monetizing bisnisnya. Saya coba mengetikan keyword jumlah armada bl*e bi*d di google dan mendapatkan artikel yang menyebutkan mereka mempunyai 23.000 armada. Dari setiap armada itu bisa diasumsikan ada 1 orang driver dan 1 mobil. Jika dihitung cepat, 1 mobil seharga 100 juta saja, mereka harus berinvestasi sebesar 2,3 Triliun. Itu belum membayar operasional driver mereka. Jika mengacu pada UMR Jakarta 2016 saja gaji mereka 3,1 juta maka dalam 1 bulan mereka mengeluarkan biaya operasional sebesar 71,3 miliar. Uang yang dikeluarkan untuk investasi ini lebih besar dibandingkan investasi dalam membuat aplikasi.
Dengan biaya investasi sebesar itu, mereka taxi konvensional sangat lah sulit untuk bisa bersaing jika tarif mereka mengikuti taxi online. Lalu bagaimana bisa tarif taxi online murah?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mencoba menggunakan pengalaman saya. Sejak 3 tahun lalu saya sudah membuat startup dan mengikuti perkembangan startup. Saat ini banyak startup yang mendapatkan pendanaan yang luar biasa banyak dari investor mereka. Pendanaan tersebut digunakan untuk banyak hal, seperti untuk membangun team, infrastruktur, biaya marketing, dan lain-lain.
Alokasi biaya marketing menjadi salah satu faktor yang membuat tarif taxi online murah seperti yang kita rasakan sekarang. Taxi hijau dan hitam mencoba memberikan pilihan tarif yang murah dengan promo menarik mereka. Kita sebagai konsumen sangat menyambut positif dengan pilihan tarif murah yang diberikan, tapi apakah untuk industri ini akan berdampak positif ?
Inilah yang menjadi kekhawatiran saya. Para pelaku bisnis dalam industri ini ramai-ramai memberikan tarif yang murah, namun tarif murah tersebut tidak akan bisa selamanya, karena mereka bergantung kepada uang hasil pendanaan dari investor. Menentukan pemenang dari persaingan usaha di industri ini bisa diliat dari seberapa lama mereka bertahan dengan tarif murah sambil menunggu para kompetitornya kehabisan uang dan mereka melakukan pivot atau yang paling parah adalah menutup bisnisnya.
Jika sudah begini, mereka yang punya pendanaan tak berseri akan bisa mengatur dan menaikan tarif taxi mereka. Hal seperti ini akan memberatkan kita sebagai konsumen. Pemerintah pun harus turun tangan dengan mengeluarkan peraturan yang bisa mengayomi kepentingan para pihak, dalam hal ini pemilik bisnis dan konsumen di industri ini.
Peace!
Zidni
---------------------------------------------------
Facebook: https://www.facebook.com/zidnikadir
Twitter : https://twitter.com/zidnikadir
Instagram : https://www.instagram.com/zidnikadir/
Medium : [url]https://S E N S O R@zidnikadir[/url]
0
1.7K
11
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Gosip Nyok!
37.8KThread•32.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya