BeritagarID
TS
MOD
BeritagarID
Mbah Priok: ABK atau ulama?

Gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama (berpakaian cokelat) bertemu dengan pengurus makam Mbah Priok pada Selasa (14/2).
Gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, pada Sabtu (4/3) meresmikan makam Hasan bin Muhammad Al Hadad atau Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara, menjadi cagar budaya.

Pengesahan itu ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta kepada cucu Mbah Priok, Abdullah Sting Alaydrus atau yang karib dipanggil Habib Sting.

"Penetapan makam masjid sebagai lokasi yang dilindungi dan diperlakukan sebagai situs cagar budaya," ujar Ahok dikutip Merdeka.com.

Acara penyerahan sempat diwarnai oleh protes Ahok mengenai pilihan kata "diduga" untuk merujuk status cagar budaya makam.

Dilansir Tempo.co, kalimat lengkap berisi kata dimaksud, "Keputusan gubernur tentang penetapan kawasan Maqom Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad (Mbah Priok) sebagai lokasi yang diduga situs cagar budaya".

Padahal, Ahok mengatakan permintaan perbaikan redaksi sudah diajukan. "Saya minta ini direvisi langsung, enggak boleh ada kata diduga lagi," ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Catur Laswanto, mengatakan, seperti ditulis Kompas.com, bahwa pihaknya telah menyerahkan surat keputusan yang telah direvisi kepada Kepala Biro Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri (KDH-KLN) DKI Jakarta, Mawardi.

Sebelum acara peresmian makam sebagai cagar budaya, Catur mengaku telah memberikan satu set salinan yang berisi tiga lembar SK yang sudah direvisi.

"Tanya protokol saja (Mawardi), wong saya sudah kasih satu set semuanya, ketiga-tiganya. Kenapa yang lama belum dicabut, itu hanya soal teknis. Mungkin dia anggap yang berubah judulnya, belakang nggak (berubah ), ya salah dia," ujar Catur, Sabtu (4/3).

Makam Mbah Priok dianggap kelompok masyarakat tertentu sebagai tempat keramat. Ini berkaitan dengan kemungkinan bahwa tokoh tersebut punya peran dalam penyebaran agama Islam di Jakarta.

Ujungnya, lokasi itu--berdekatan dengan kawasan terminal peti kemas--sering diziarahi.

Pada 2010, daerah tersebut sempat akan digusur berkenaan dengan kasus sengketa lahan. Namun, upaya pihak berwenang terantuk perlawanan warga.

Bentrokan tak terhindarkan. Sejumlah warga dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja tewas dalam peristiwa. Puluhan orang lain terluka.

J.J. Rizal, seorang ahli sejarah dari Universitas Indonesia, sebulan setelah insiden di Koja itu mengatakan makam dimaksud "sama sekali tidak memenuhi syarat (sebagai cagar budaya). Tidak ada nilai sejarahnya. Ini adalah tokoh yang dibuat-buat dan diperbesar peranannya," ujarnya dikutip kantor berita Antara.

"Seringkali satu cerita dengan cerita lainya bertentangan," ujar Rizal ihwal sepak terjang Mbah Priok.

Ia mengaku telah menelusuri asal-usul Mbah Priok lewat catatan sejarah atau wawancara dengan ahli waris. Menurut Rizal, seturut keterangan seorang ahli waris, Hasan bin Muhammad Al Haddad bahkan belum sempat menyiarkan Islam karena keburu wafat.

"Tidak benar jika dia adalah penyiar agama Islam di Jawa atau Betawi. Dia itu cuma ABK kapal Palembang," ujar Rizal dinukil detikcom, Kamis (20/5/2010).

Rizal pun mengatakan bahwa "dari segi historis dalam jaringan orang yang dianggap berjasa mengislamkan tanah Betawi, tidak sekali pun tercantum atau disebut nama Habib Hasan Al Haddad alias Mbah Priok".

Bahkan, kata Rizal, dalam studi klasik yang dilakukan oleh L.W.C. Van Den Berg pada 1886 dalam bukunya "Orang Arab di Nusantara" mengenai komunitas Hadramaut dan koloni Arab di Indonesia, nama Hasan Al Haddad juga tidak ditemukan.

"Padahal, buku ini merupakan laporan terlengkap berdasarkan riset, observasi dan wawancara komprehensif Berg terhadap kelompok Arab-Hadramaut, terutama yang ada di Batavia," ujar Rizal ditulis Antara.

Kepada detikcom, Rizal menjelaskan rute Hasan Al Haddad ketika itu adalah Palembang-Bangka Belitung-Batavia. Namun, "Mbah Priok meninggal di laut, dan dimakamkan pertama di Pondok Dayung," sebelum akhirnya dipindahkan ke Taman Pemakaman Umum Dobo.

Pada 1997, menurut Rizal, makamnya dipindahkan ke Semper, Jakarta Utara.

"Dari saksi-saksi ketika penggusuran makam itu tahun 1997, makam Mbah Priok itu juga turut dipindahkan di Semper. Sehingga sampai sekarang, kemungkinan besar masih di Semper," kata Rizal.

Menurut Rizal, makam di Koja hanya petilasan saja dan dibangun pada tahun 1999. Ia pun membenarkan data PMI yang menyebutkan jika Mbah Priok meninggal tahun 1927, dan bukan 1756. Hal ini mematahkan klaim sekelompok orang yang mengaku sebagai ahli warisnya, yang saat ini menetap di Koja.

Informasi dari Rizal senada dengan keterangan Walikota Jakarta Utara kala insiden Koja pecah, Bambang Sugiyono.

Menurutnya, dikutip detikcom, pada 1999 ahli waris kembali membangun makam di area bekas TPU Dobo yang diklaim sebagai makam Mbah Priok saat ini.

"Padahal tahun 1997, pemerintah sudah memindahkan 28.300 kerangka termasuk 12 kerangka keturunan Mbah Priok termasuk Mbak Priok sendiri," katanya.

Lokasi pemindahan adalah TPU Budi Darma di Semper Timur, Jakarta Utara.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...abk-atau-ulama

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Pengampu Dua Masjid Suci di Pulau Seribu Pura

- Bagaimana modus kartel membuat harga cabai melonjak

- Jakarta kembali tanpa Ahok-Djarot

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
0
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.id
icon
13.4KThread723Anggota
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.