Aku menghela nafas, ku kuatkan hati. Di kolom search inbox ku tulis alamat email kamu. Dalam sekejap email-email dari kamu bermunculan. Paling atas, email terbaru kamu yang tak sanggup kubaca dua kali.

Bebi,
Semua email2 kamu, surat cinta elektronik dari kamu, aku baca berulang2. Tapi untuk surat terakhir ini, aku belum bisa. Untuk menyelesaikannya saja aku butuh waktu jauh lebih lama. Masih dibawah 1 jam, tapi itu sesuatu yang sangat gak biasa.
Mengusap mata, -karena air mata yang tak berhenti- agar aku bisa jelas membaca email kamu itu butuh effort yg besar, butuh waktu juga pastinya.
Tapi kali ini, aku mencoba terapi diri sendiri. Aku harus bisa berlalu dari kamu. Harus bisa. Ini salah satu cara terapi yang ingin aku coba. Membaca ulang email terakhir kamu, tanpa rasa sakit.
Hufft, ku Tarik nafas panjang. Sekelebat potongan2 kata dari email kamu bermunculan di kepalaku. Masih terasa pedih. Tapi aku abaikan. Aku klik email kamu.
Di awal kalimat... aku memejamkan mata. Brengsek baru awalnya saja, mata ku sudah terasa ditusuk2. Cepat2 aku hapus air mata, aku tutup email.



Aku terpekur, kenapa bisa seperti ini beb? Kenapa?

Aku tahu, aku sadar aku sudah nyinggung titik terlarang kamu. Ego kamu. Tapi semua kulakukan tanpa sengaja, aku sudah minta maaf berkali2 dan kamu abaikan karena merasa permintaan maafku tak sepadan. Maaf seperti apa yang bisa kamu terima?
Sejenak saja, sesaat saja beb, sadarilah, aku yang mencintai kamu lebih dari apapun juga manusia biasa. Bisa khilaf, bisa marah, bisa sedih.
Bertahun tahun, aku mencintai satu orang dengan lengkap, baiknya, buruknya. Cuma kamu.
Sisi buruk kamu mana yang gak aku terima? Cemburunya kamu, posesifnya kamu, marahnya kamu. Kamu yg otoriter. Semua aku terima.
Tapi kenapa karena satu kesalahan yang aku buat, menutupi tahun2 kita bersama?
Kenapa semudah itu kamu buang aku ? dan bagaimana dengan hatiku yang masih tertinggal di kamu ? Aku belum bisa mencintai orang lain selama hatiku masih di kamu. Pikirkanlah itu beb.
Jika tahun-tahun yang kita lewati bersama gak ada artinya buat kamu, paling tidak kasihanilah aku. Kembalikan hatiku utuh.

Bebi,
Cinta tak selalu murni dengan nilai2 kebaikan. Cinta juga punya sisi buruknya. Dan itulah yang aku rasakan saat ini. Aku terima kesalahanku, aku terima kamu buang kita.
Tapi aku gak rela jika kamu bahagia tanpa aku.
Terserah orang2 mau bilang apa. Aku memang tak berbesar hati, tapi itu sejujurnya. Sungguh, aku gak ikhlas. Aku ingin kamu merasakan sakit yang sama. Ingin kamu akhirnya melihat aku, sadar perasaanku, dan mungkin, mungkin saat itu aku akan rela kamu bahagia.



Beb,
Aku sudah bisa melihat foto kamu tanpa rasa sakit lho.
Foto kamu masih ada di handphone ku. Iya, lucu memang, aku block kontak kamu, medsos2 kamu, tapi foto kamu masih aku simpen.
Terbayang gak, pas malem mau tidur, tiba2 teringat kamu, rasa rindu yang sangat menyeruak, aku ambil hp, lihat foto kamu, sambil memejamkan mata aku cium layar handphone. Kebayang gak, aku (yang pernah ada di hati kamu), melakukan hal setolol itu ?
Masih mengharapkan “aku bahagia kalau kamu bahagia” ?

Sering aku bertanya, apa akhirnya aku akan mencintai orang lain selain kamu. Sama besarnya. Sama dalamnya.
Dan kapan rasa ini akan berakhir.

Beb,
Surat ini balasan email kamu. Surat yang gak akan aku kirimkan. Seperti apapun akhirnya kita, tetap cerita paling indah bagiku.
Surat ini kutulis sebagai pengungkapan hati.
Ini bukan surat cinta. Bukan.