BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Peringkat "kompromi" JP Morgan untuk Indonesia

JP Morgan merilis penilaian terbarunya tentang peringkat investasi di Indonesia
Hanya berselang dua minggu sejak pemerintah memutuskan hubungan kerjasamanya, JP Morgan Chase & Co merilis penilaian terbaru mereka tentang pasar saham Indonesia.

Untungnya, penilaian terbaru mereka ini tak membuat pemerintah kita menjadi geram. Sebab, untuk penilaian terbaru ini mereka menaikkan peringkat Indonesia dari sebelumnya underweight (rendah) menjadi netral.

Dalihnya, volatilitas pasar obligasi di emerging market sudah mereda, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai presiden terpilih Amerika Serikat.

Padahal, pada penilaian sebelumnya yang dirilis 13 November 2016, JP Morgan menyebut arus dana keluar dari Indonesia sangat rentan terjadi mengingat imbal hasil surat utang tenor 10 tahun naik dari 1,85 persen menjadi 2,15 persen pasca-terpilihnya Trump.

"Penurunan rekomendasi pasar saham Indonesia pada dua bulan lalu itu lantaran kami melihat adanya risiko redemption dan volatilitas di pasar obligasi," ucap Adrian Mowat, analis JP Morgan kepada Bloomberg, Senin (16/1/2017).

Adrian menegaskan bahwa peningkatan peringkat Indonesia itu tidak ada hubungannya dengan keputusan pemerintah dua pekan lalu itu, melainkan sinyal positif dari pasar obligasi AS yang membuat para investor tak ragu kembali ke emerging market.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menanggapi kenaikan peringkat ini dengan nada singkat: "bagus", tanpa menjelaskan lebih jauh apakah kerjasama dengan JP Morgan akan diteruskan kembali atau tetap terputus.

Di sisi lain, Bank Indonesia memandang wajar kenaikan peringkat ekuitas Indonesia oleh bank investasi asal AS itu. Pasalnya, indikator fundamental ekonomi dalam negeri terus membaik. Gubernur BI, Agus Martowardojo, menuturkan penilaian JP Morgan ini lebih mencerminkan ketahanan ekonomi domestik di tengah periode konsolidasi pada 2016.

"Kalau di 2016 bisa dikatakan periode konsolidasi, karena kita perlu melakukan ini di korporasi, perbankan, fiskal. Tapi di 2017 ini kita harapkan kondisi pemulihan sehingga pertumbuhan ekonomi bisa di 5-5,4 persen," ujar Agus dalam okezone.com, Selasa (17/1/2017).

Indikator ekonomi yang dimaksud Agus, adalah neraca defisit transaksi berjalan 2016 yang diperkirakan 1,8 persen dari PDB, kemudian inflasi sepanjang 2016 yang 3,02 persen, dan pergerakkan nilai tukar kurs rupiah yang cenderung stabil di kisaran Rp13.300-Rp13.500.

Alan Richardson, manajer investasi Samsung Asset Management di Hong Kong berpendapat, menaikkan level rekomendasi menjadi netral ini menyiratkan rekomendasi "kompromi" kepada pemerintah usai riset sebelumnya yang membuat dampak negatif.

Layak disimak, pekan lalu pemerintah mengeluarkan permintaan kepada seluruh pemain obligasi utama Indonesia untuk senantiasa menjaga hubungan baiknya dengan pemerintah berdasarkan profesionalisme, integritas, dan menghindari konflik kepentingan.

Ancaman pemerintah cukup serius. Bagi perusahaan-perusahaan yang gagal memenuhi persyaratan itu maka kerjasama dengan Indonesia akan diputus. Beberapa perusahaan global yang menjadi pemain utama dalam penjualan obligasi di Indonesia antara lain Standard Chartered Plc, HSBC Holdings Plc, Deutsche Bank AG, dan Citigroup Inc.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ntuk-indonesia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Dua janji Freeport bila kontraknya diperpanjang

- Berkembangnya supremasi kerumunan

- Duterte siapkan darurat militer untuk perangi narkoba

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.6K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.id
icon
13.4KThread728Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.