Lahir pada 12 Februari 1910 adalah seorang putra
saudagar kaya negeri ginseng, di usia remaja menimba ilmu
di Universitas Wesda Tokyo meski tak sampai lulus
lee byung muda sangat terobsesi pada bisnis
hingga memanfaatkan tanah lapang warisan orang tuanya
untuk membuka usaha penggilingan padi.

Tak lama bertahan di 1938 usaha tersebut tutup
namun lee byung tak mau menyerah, ia mencoba bidang lain
yaitu ekspor bahan pangan dan ikan ke tiongkok
merasa sukses akhirnya memindahkan usahanya ke ibu kota seoul di 1947.

Sejak pecah perang korea, ia dan keluarga terpaksa meninggalkan seoul
lalu mencoba lagi usaha yang jauh di luar dugaan keluarganya
yaitu pembuatan gula, pabrik tersebut di bangun dengan nama Cheil Jedang
yang terletak di kota terbesar korea nomor tiga, Busan.



Hingga kini pabrik gula pertama berdiri di semenanjung korea
tersebut masih berjaya, perang berakhir pada 1954
Lee membangun perusahaan baru lagi, yaitu pabrik wol di chimsan-dong, Daegu.
ternyata itu adalah pabrik terbesar di negeri ginseng tersebut.

Karena banyaknya relasi dan harta yang di milikinya
ia mencoba peruntungan usaha lain dan teruse berkembang
beberapa diantaranya adalah finance, media, bahan kimia
bahkan pembuatan kapal, di awal 1970an.

Di awal 1990, kreatifitasnya tak hanya di elektronik
melainkan lantai yang memang selalu jadi kebutuhan
utama rumah tangga, yaitu Hansol, lantai hias berbahan dasar laminate woods
lantaran tak terlalu banyak konsumennya dari indonesia
beberapa orang tak mengetahui bahwa lantai modern tersebut
adalah produk samsung, dan masih ada produk-produk lantai vinyl lainnya

Dari pengalamannya dapat kita ambil hikmah
bahwa kita semua manusia wajib terus mempelajari
sesuatu yang baru, terus belajar selama nafas masih
berhembus dari tubuh kita.

mengeksplorasi kemampuan menciptakan peluang
dan memberi kesempatan orang lain untuk
berkembang bersama kita, lebih jeli terhadap kemungkinan
yang akan jadi trend di masa depan.


Sumber