Berita di televisi sedang “hot” membahas persaingan 2 kandidat presiden Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Donald Trump. Pembahasan tentang pemilu di Amerika semakin ramai tidak hanya di Amerika, namun juga di Indonesia, terutama setelah debat presiden yang diselenggarakan beberapa hari kemarin. Bersaing ketat dengan isu kopi, aa gatot, dan padepokan maut pengganda uang.

Indonesia dan Amerika adalah 2 negara yang sama sama memiliki sistem pemerintahan berbentuk republik dengan mengedepankan asas demokrasi dalam banyak aspek.

Walaupun sama-sama mengusung sistem pemerintahan republik, dan azas negara yang berlandaskan demokrasi nyatanya konsep pemilu di Amerika dan Indonesia sangatlah berbeda.

Secara garis besar, perbedaan antara pemilu Amerika dengan Indonesia adalah sebagai berikut :


Menurut hukum konstitusi Amerika Serikat, syarat calon presiden adalah :
– Minimal berumur 35 tahun.
– Tinggal di Amerika Serikat setidaknya selama 14 tahun.
– Berpasangan dengan wakil presiden dari negara bagian yang berbeda dengan presiden
– Seorang warga negara Amerika yang lahir di Amerika Serikat (artinya menutup kesempatan bagi siapapun yang tidak lahir di Amerika Serikat).

Ok, sekarang ke inti masalahnya,
Ada beda yang sangat besar di dalam proses pemilu Amerika dengan Indonesia. Keduanya sama-sama demokratis dari sudut pandang tertentu tapi yang unik adalah :



Artinya, jika Indonesia menggunakan pemilu ala Amerika, belum tentu Pak Jokowi sebagai peraih mayoritas suara pada pilpres kemarin memenangkan pemilu.

Dalam bahasa “simplenya” :
– Di Indonesia, pasangan Capres-Cawapres dengan perolehan suara terbanyak akan langsung dinobatkan sebagai pemenang pemilu
– Di Amerika, tidak langsung menang karena masih ada tahap electoral college.

analogi simplenya :
hasil penghitungan suara pemilih A 600 juta suara, sementara
hasil penghitungan suara pemilih B hanya 300 juta suara,

Di Indonesia, A otomatis menang sebagai presiden
Di Amerika, A belum tentu menang pemilu presiden ...

kok bisa ?
Ini semua karena adanya Electoral College.

Apa itu electoral college ?

Bagaimana Electoral College menentukan pemenang pemilu ?

Dan di sinilah uniknya
Nilai maksimal electoral college adalah 538.
Ada 50 negara bagian di Amerika Serikat, namun hanya 11 negara bagian saja sudah mewakili 270 electoral college yaitu California (55 suara), Texas (38), New York (29), Florida (29), Illinois (20), Pennsylvania (20), Ohio (18), Michigan (16), Georgia (16). North Carolina (15), New Jersey (14),).

Artinya apa ?
Artinya adalah, jika menang di 11 negara bagian yan di sebut di atas tadimaka otomatis menang pemilu presiden di Amerika.
Yappp, walaupun di 11 negara bagian itu menangnya tipis tipis dan kalah telak di 39 negara bagian lainnya tapi tetap dianggap sebagai pemenang pemilu.

Dan ada hal unik lainnya loh :


Gimana ? Unik kan ?

Untuk contoh nilai electoral collage tiap negara bagian bisa lihat gambar berikut :



Terus gimana nentuin poin electoral college tiap negara bagian ?
Pada dasarnya, nilai electoral college setiap tahunnya tidaklah sama dengan tahun sebelumnya.
Nilai electoral college ditentukan oleh banyaknya alokasi kursi Senat dan DPR yang dimiliki tiap-tiap negara bagian.
Alokasi kursi Senat dan DPR sendiri bisa berubah berdasarkan populasi penduduk yang ditetapkan oleh sensus sepuluh tahunan.

Pada dasarnya sistem pemilu di Amerika mirip-mirip dengan pemilu presiden Indonesia di era orde baru, hanya saja di era orde baru Indonesia masih "lebih" demokratis karna legislator dari provinsi yang kalah masih memiliki hak vote, beda dengan di Amerika.

Jadi menurut kalian lebih bagus sistem pemilu di Indonesia atau di Amerika ?
Kalau menurut penduduk Amerika sendiri, mereka iri dengan sistem pemilu ala Indonesia yang lebih dinamis dan lebih dapat disebut pemilu yang luberjurdil.

Bagaimana dengan kalian ?

Sekian dari saya, sumbernya boleh comot dari blognya salah satu web yang nyediain video interaktif untuk belajar online tingkat TK sampai SMA.
sumber

Tolong komen, rate, dan sharenya ya