stef.mjzAvatar border
TS
stef.mjz 
JEDA ; Jeje & Davis Story
Jeda - Prolog
Laki-laki muda paruh baya nampak sibuk di ruangannya. Tangannya memilah-milah data beberapa remaja yang akan mendaftar di agensinya. Perlu kita ketahui, lelaki ini adalah salah satu CEO di agensi hiburan ternama kota kelahirannya. Ia di pilih menjadi orang penting di sini, karena direktur utama dari agensinya--berasal dari Korea Selatan dan membuat cabang di Indonesia. Laki-laki ini menikmati pekerjaannya sebagaimana ia mencintai musik. Ia tengah menunggu beberapa remaja yang sudah lolos seleksi, beberapa di antaranya bisa bermain musik.

Kedua matanya menjelajah, membaca satu persatu data yang mengikuti audisi. Mencari bintang baru di industri musik memang sulit. Ia mencari calon penyanyi yang sesuai harapannya. Tidak sombong, pekerja keras, memiliki suara bak malaikat namun juga rendah hati. Betapa sulitnya mencari penyanyi seperti yg ia harapkan. Jika mendapatkan pun, beberapa di antara mereka mendulang ketenaran dan berubah menjadi arogan. Sombong karena merasa sudah menjadi penyanyi dengan penjualan album terbaik.

"Pak Davis, peserta berikutnya sudah siap."

Davis mendongak, memberi tanda okay dan siap meng-interview peserta berikutnya.

Kemudian seorang gadis muda, kurang lebih 5tahun lebih muda darinya telah muncul. Ia memakai kaos tipis, celana jins hitam, dipadu outer berwarna cerah yang membuatnya terlihat nampak ceria. Davis sempat terpana sesaat, namun buru-buru menunduk.

"Siapa nama kamu?" tanya Davis tanpa mendongak ke arahnya.

"Jeje." jawabnya singkat, gadis itu duduk dan menyilangkan kakinya.
"Boleh saya menyanyi sekarang?"

Davis terdiam. Gadis di depannya bahkan tidak menunggu dirinya selesai bertanya. Ah, calon penyanyi seperti ini biasanya tidak terlalu berbakat. Hanya ingin tampil dan show saja. Batin Davis sambil mengangkat bahunya.

"Silahkan."

Davis masih tidak mau menatap gadis itu. Ia fokus dengan tumpukan data di mejanya. Sampai akhirnya gadis itu duduk dan memencet beberapa tuts keyboard, Davis mulai mendongak. Gadis ini bisa bermain musik?

Belum selesai berangan dalam pertanyaannya, gadis itu mulai memainkan seluruh tuts dengan sangat piawai. Ia memberi petunjuk besar kepada Davis bahwa ia jago bermain musik.

Beberapa saat matanya terpejam, tapi kedua tangannya menari luwes di atas tuts keyboard. Membuat Davis yang semula terdiam sedikit membuka mulutnya. Menandakan ia ingin gadis itu menyanyi sekarang!

Gadis yang mengaku bernama Jeje itu mulai membuka bibirnya. Menyanyikan satu lagu dengan style-nya yang santai. Davis terdiam, terus menatap gadis itu dan tarian keyboard-nya. Perpaduan yang sangat indah, bermain musik dan menyanyi--seketika Davis lupa bahwa sebelumnya ia meragukan gadis itu.

"Selesai."

Jeje berdiri, menundukkan badannya dan tersenyum. Ia bahkan memberikan kedipan genit untuk Davis.

"Ah...." Davis mengerjapkan matanya dan sedikit kesal karena ia ingin mendengar gadis itu menyanyi sekali lagi. Terlalu indah, meski ia tak mengerti apakah gadis itu memiliki attitude yang ia harapkan. Namun penampilan yang baru saja ia saksikan sangatlah mempesona.

"Boleh saya keluar dari sini, Pak?"

"Siapa namamu?" tanya Davis yang lupa nama gadis itu.

"Jeje."

"Apa motivasimu datang kemari?"

"Ummm..." gadis itu nampak mengernyitkan dahinya. Tidak seperti calon penyanyi lainnya yg akan menceritakan motivasi nya sebagai penyanyi, gadis itu hanya diam bergumam.

"Baiklah--di data ini di sebutkan kalau kamu lahir dan besar di London. Ibumu orang Indonesia dan ayahmu adalah warga negara London. Tapi tidak ada tanda-tanda kau --umm.. Kamu seperti orang Indonesia pada umumnya, tidak ada campuran..."

"Ah, jadi agensi ini mempermasalahkan bahwa saya memiliki ayah bule tapi tidak ada campuran bule-nya?"

Gadis itu menatap sinis. Membuat Davis kelabakan, takut gadis itu tak mau jadi penyanyi nya.

"Ah--bukan! Lupakan saja, okay--apa motivasimu mendaftar di agensi ini?"

"Bertemu dengan direktur utama." jawab gadis itu dengan tenang.

"Bertemu dengan--siapa?"

Davis tak menyangka ada jawaban seperti ini dari calon penyanyi. Tentu saja direktur utama agensi tempat Davis bekerja berada di Korea Selatan. Tapi.. Untuk apa gadis ini ingin bertemu dengannya?

"Ah, tentu saja karena kamu ingin mengadu nasib di negeri Ginseng lewat agensi ini? Tapi, jangan terlalu berharap banyak. Susah loh debut di Korea Sel---"

"Bertemu dengan direktur utama." ulang gadis itu lebih lugas.

Davis lagi-lagi diam. Sedekat apapun dengan sang direktur, Ia tak pernah mendengar direktur tersebut memiliki keponakan perempuan, atau saudara jauh yang bernama Jeje.

"Ok. Apapun itu. Kamu di terima." jawab Davis sembari memberi stempel lolos pada data gadis tersebut.

"Um, okay."

Sekarang Davis yang melongo. Gadis itu bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda bahagia karena di terima di agensi ini. Tidak seperti sebagian gadis yg akan melonjak riang bahkan sampai memeluk Davis.

"Sudah selesai kan interview nya? Saya boleh keluar?"

Davis membuka setengah mulutnya dan berdiri. Sebelum ia mengomel banyak pada gadis ini, ia mengulurkan tangan padanya.

"Selamat."

Uluran tangannya disambut. Davis nyaris merinding dengan kelembutan tangan gadis itu.

"Selamat berkerja sama denganku, Je--siapa nama panjang mu?"

"Jeje. Jessica Glosie."

"Ah, nama yang cantik, Jessica Glosie."

Davis menghirup nafas panjang, baru menyadari bahwa gadis di depannya sangat cantik jika dilihat lebih dekat.

"Saya Davis. CEO di Agensi Dandelion. Mario Davis Eltanto."


***
Diubah oleh stef.mjz 13-12-2020 14:21
anasabilaAvatar border
abdiiilAvatar border
capt.dragunovAvatar border
capt.dragunov dan 3 lainnya memberi reputasi
4
30.8K
472
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.