Quote:
WNI Disandera Abu Sayyaf
Rp 14 Miliar untuk Bebaskan 10 WNI yang Disandera Abu Sayyaf
Minggu, 1 Mei 2016 16:39 WIB
Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina
TRIBUNNEWS.COM, ZAMBOANGA - Uang tebusan sebesar Rp 14 miliar telah dibayar untuk membebaskan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi sandera kelompok militan Filipina, Abu Sayyaf.
Informasi tersebut didapat dari surat kabar Filipina, Inquirer.
Menurut Channel News Asia, tebusan itu dibayar oleh perusahaan yang menaungi 10 WNI yang merupakan ABK sebuah kapal tunda berbendera RI itu, Patria Maritime Lines.
Namun, kepala kepolisian Jolo yakni Junpikar Sitin tidak mengetahui apakah pembebasan 10 WNI itu karena adanya tebusan.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Wali Kota Jolo, Hussin Amin, yang telah bertemu dan menyambut 10 WNI tersebut.
Selama ini yang diketahui kelompok Abu Sayyaf tak pernah membebaskan sandera jika tebusan belum dibayar.
Sebelumnya diberitakan, kepolisian Filipina telah mengonfirmasi pada Minggu (1/5/2016) bahwa 10 WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf.
Mereka diantar ke rumah Gubernur Sulu, Abdusakur Tan Jnr, di Pulau Jolo, dan ditinggalkan begitu saja di depan rumah.
Disebutkan kemungkinan 10 sandera itu dibebaskan antara Jumat (29/4/2016) atau Sabtu (30/4/2016). (AFP/Anadolu Agency)
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
http://www.tribunnews.com/internasio...era-abu-sayyaf
Tadinya ane kira hasil kerja MILF
Quote:
Senin, 02 Mei 2016, 04:14 WIB
Pembebasan WNI Hasil Kerja Sama Tim
Red: Hazliansyah
Republika/Raisan al Faris
Sepuluh orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah dibebaskan kelompok teroris Abu Sayyaf tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Ahad (1/5) malam. Setelah Sepuluh WNI berhasil dibebaskan, pemerintah akan kembali fokus mengupayakan pembebas
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pembebasan 10 anak buah kapal (ABK) yang menjadi korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf tidak lepas dari peran jaringan pendidikan pendidikan Yayasan Sukma atau Sekolah Sukma Bangsa di Aceh, pimpinan Ahmad Baidowi.
Negosiasi dilakukan jaringan Yayasan Sukma dengan dialog langsung bersama pihak tokoh masyarakat, LSM, dan lembaga kemanusian daerah Sulu yang memiliki akses langsung kepada pihak Abu Sayyaf di bawah koordinasi langsung pemerintah Republik Indonesia.
Yayasan Sukma menggunakan pendekatan kerja sama pendidikan dengan pemerintah otonomi Moro Selatan yang sudah terjadi sebelumnya.
Eddy Mulya sebagai Minister Counsellor, Koordinator Fungsi Politik dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila, Filipina, tidak mau menyebut negosiasi yang dilakukan berkaitan dengan adanya utang budi pihak penyandera dengan tim negosiasi yang dipimpin Baidowi.
"Kita nggak ada utang budi. Jangan berpikiran negatif. Kita kerja sama sesama umat Islam," kata dia saat ditemui di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Ahad (1/5) malam.
Eddy menyebut proses pembebasan sandera tersebut merupakan hasil kerja tim dari pihak pemerintah Indonesia, seperti KBRI, KJRI, dan pihak TNI yang dikoordinasikan oleh Yayasan Sukma di bawah pimpinan Ahmad Baidowi.
Tim tersebut disebutkan mulai bekerja sejak 23 April 2016 hingga para sandera dibebaskan pada 1 Mei 2016.
"Di KBRI ada unsur diplomat, TNI, kita libatkan semua. Jadi ini kerja tim," ujar dia.
Namun Eddy mengatakan dirinya tidak bisa menceritakan secara detil tentang proses penyanderaan hingga pembebasan 10 WNI yang merupakan anak buah kapal Brahma-12. Dia juga enggan menjawab pertanyaan apakah motif penyanderaan murni uang tebusan.
Sebanyak 10 ABK yang disandera telah tiba di Tanah Air melalui Lanud Halim Perdanakusuma, Ahad (1/5) pukul 23.30 WIB. Para sandera langsung dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk pengecekan kesehatan.
Sumber : Antara
http://nasional.republika.co.id/beri...kerja-sama-tim
ayo percaya yang mana