RirichaNzAvatar border
TS
RirichaNz
Wedding or Cancel? Kegalauan Menjelang Pernikahan
Akhir tahun ini, sudah ditetapkan tgl pernikahan antara aku dan dia, tetapi semakin hari semakin merasakan penyesalan yg begitu mendalam, tentang sikapnya, tentang segalanya dari dirinya. Mungkinkah ini hanya kegalauan menjelang pernikahan? ataukah kami memang sudah tidak cocok lagi? begitu banyak perbedaan pendapat, dimana dia hanya mementingkan dirinya, keegoisannya, ketimbang membelaku, mementingkanku.

Begini kisahnya :
* Sebenarnya pernikahan ini bukanlah keputusan dari kami berdua, ini karena awalnya, kami memutuskan menikah di th.2017, tetapi aku mempunyai seorang kakak perempuan yang katanya ia juga akan menikah di th. 2016. Tetapi karna kakak perempuanku bimbang, alhasil pacarku mengeluarkan ide bahwa, bagaimana jika kami menikah saja duluan di th.2016, agar tidak berlama-lama menunggu keputusan dari kakak perempuanku.

* Setelah melalui diskusi yg panjang, akhirnya kakak perempuanku setuju, aku dan pacarku menikah di akhir th. 2016, dan kakak perempuanku menikah di th.2017. Tetapi, belakangan pacarku mulai berubah pikiran, ia merasa terlalu dini menikah, karna budget pernikahan msh belum terkumpul, dan banyak hal yg belum disiapkan. Hal ini sudah membuatku kecewa, seharusnya sebelum ia memberikan ide untuk menikah th.2016, dia harusnya sudah memikirkan matang-matang. Bukan hanya sekedar berlomba-lomba siapa yg duluan menikah. Aku berusaha untuk mengerti, jadi pernikahan akan dilakukan sederhana saja, tidak perlu mewah.

* Pacarku adalah orang diluar kota Jakarta, sedangkan aku orang Jakarta. Kami berbeda kota, dan keluarga besar pihak pria ada dikota lain, sebut saja kota "A". Sesungguhnya, aku ingin sekali mengadakan pernikahan di kota Jakarta, karena kami berdua memang saat ini tinggal di Jakarta, bekerja di Jakarta. Tetapi karena keluarga besar pihak pria ada disana, maka aku mengalah. Hal ini membuat kecewa pihak keluargaku, karena aku jadi tidak bisa mengundang saudara-saudara ku untuk menghadiri pernikahan di kota "A". Aku sangat sedih dengan hal ini. Andaikan aku memilih seorang pria yg berasal dari Jakarta juga... T_T

* Pertengkaran-pertengkaran di keluargaku terus menerus terjadi, karena keluargaku yang tidak begitu suka dengan "suku" dari pacarku. Karena begitu banyak kabar tidak baik mengenai suku dia. Aku berusaha membela pacarku ketika keluargaku sedang membicarakannya (saat itu tidak ada pacarku)

* Ketika pacar kakak perempuanku, setiap hari datang ke rumah, membawakan makanan, buah-buahan, terkadang makan diluar restoran mahal dengan kakakku. Aku tahu kondisi keuangan pacarku pas-pasan, aku selalu berusaha agar kami tidak boros, tidak makan makanan yg mahal, sebisa mungkin jika weekend, terkadang aku masak dirumah, agar kami tidak perlu makan diluar.

* Ketika mama dan tantenya datang ke rumah, untuk membicarakan pernikahan kami, kakak perempuanku ikut mendengarkan. Setelah pulang, aku tanya pada pacarku, apa pendapat mama dan tantenya, katanya kakak perempuanku pinter dandan.. Aku menceritakan pada keluargaku, kata keluargaku, itu seperti sindiran, bahwa kakak perempuanku jauh lebih cantik daripada aku. Aku sedih mendengarnya, tidak seharusnya dia menceritakan itu, jika itu adalah sebuah sindiran.

* Pernah suatu kali, pacarku batuk-batuknya kambuh, aku memintanya utk ke dokter, karena takut TBCnya kambuh. Sekalian aku mengetes dirinya, aku bilang, km ke dokter aja, dia tetap keras kepala. Sampai aku bilang aku mau putus klo dia gak mau ke dokter. Dia tetap gak mau dengar, saat itu aku tau, dia lebih merelakan aku pergi dari dirinya, daripada dia memilih untuk ke dokter yg jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Yah, sungguh kecewa hatiku melihatnya, hari itu aku menangis seharian dikamar. Akhirnya dia meminta maaf padaku, bahwa sakitnya biasa saja, bukan hal yg perlu dikhawatirkan. Jadi, dia tetap merasa tidak perlu ke dokter. Lihat! betapa dia keras kepala, kan?

* Suatu hari kami berdiskusi tentang cincin pernikahan, mengenai warna emas ataupun emas putih. Awalnya aku mau emas kuning karena menurut mamaku, jauh lebih berharga nilainya, dia maunya emas putih, tidak mau yg norak-norak. Ok, setelah berdebat, aku pun mengalah, emas putih tidak masalah.

* Tentang cincin pernikahan, tau tidak, cincinnya saja belum dibeli, bahkan kami sudah berdebat tentang cincin itu. Suatu hari dia bilang, dia gak mau pakai cincin setelah pernikahan, cincinnya hanya akan dipakai saat pernikahan saja, tidak untuk sehari-hari. Aku bilang cincin itu lambang pernikahan, justru jika kamu tidak memakainya, tandanya kamu tidak mengakui pernikahan kami. Kami berdebat, hingga aku menangis lagi, -aku tidaklah cengeng- tapi aku sedih karena dia tidak pernah mengalah, berpihak pada ku sedikit saja, jika aku marah-marah, kecewa, sedih, barulah dia mau mengalah -terpaksa-.

* Papaku orang yang netral di keluarga, tapi suatu hari, ketika pacarku mempersiapkan renovasi rumah yang disewa untuk tempat tinggal kami nanti, papaku datang. Papaku sedang mengerjakan sesuatu, lalu pacarku seolah ingin membantu, mengambil alih pekerjaan papaku. Lalu, tidak lama, papaku mengerjakan yg lain, pacarku beralih dari 'hal sebelumnya blm selesai' ke pekerjaan papaku yg baru. Alhasil papaku merasa pacarku seolah tidak mau dibantu, segala hal 'seolah dia bisa mengerjakannya sendiri tanpa bantuan papaku'. Hal itu membuat papaku tidak suka padanya. -cari muka-

* Ketika langit sudah mendung, papaku hendak meneruskan mengawasi tukang yg sedang renovasi, saat itu sudah jam 5 sore. Pacarku memintanya untuk pulang, padahal sudah mendung. Katanya takut papaku nanti kehujanan, akhirnya papaku mengalah, pulang, dijalan pun sudah kehujanan, sampai harus berteduh di warung kopi. Kata papa, sudah jelas-jelas mau hujan, malah dipaksa pulang, yah pasti keujanan dijalan lah. *speechless* aku malu sama papaku, sikapnya dia gak peka sekali, aku tau dia perhatian, tapi masa hal seperti itu tidak bisa dipikirkan oleh dia?

* Berulang kali aku bertengkar dengan keluargaku, berulang kali aku bilang, aku tidak membela pacarku, kalaupun aku perlu putus darinya saat ini pun aku rela. Tingkat stress ku semakin tinggi..

* Mengenai Gaun Mamanya Pacarku, dia memutuskan akan membeli gaun sendiri, sedangkan mamaku bilang gaun dari bridalpun tidak masalah. Ketika aku menanyakan pacarku, mamanya akan pilih gaun warna apa, supaya nanti bisa disesuaikan oleh mamaku. Aku ingin gaun keluarga mempelai warnanya senada, karena pada saat photo pernikahan akan terasa aneh, jika tiba-tiba gaun mamanya berwarna biru, sedangkan gaun mamaku berwarna pink atau peach. Dia bilang warna-warni ajalah biar gak repot. Tuh kan, baginya pernikahan ini tidak terlalu penting, sesuka hatinya saja. T_T aku merasa tidak dihargai. padahal aku berusaha agar mamaku nanti menyesuaikan dengan mamanya. bukan meminta mamanya harus pilih warna tertentu. aku sedih, setiap hal pendapat yg aku keluarkan TIDAK PERNAH dihargai sedikitpun olehnya.

* Beberapa kali aku mengajaknya berdiskusi mengenai honeymoon, bagaimana jika ke Bali. Pacarku berkata, nanti saja dibicarakan, belum ada budgetnya. Suatu ketika, dia bilang teman baiknya dari Amrik akan datang ke pernikahan kami. Lalu pacarku menanyakan : Bagaimana kalau keluarga kamu pulang di hari Sabtu saja? (awalnya sudah ditentukan keluargaku balik ke Jakarta hari Minggu). Aku bilang aku akan menanyakan mereka dulu. Lalu aku menanyakan lagi, kita mau berapa lama di kota "A". Gimana kalau kita honeymoon ke pulau dewata?~ (maksudnya bali), lalu dia langsung bilang boleh, tapi bagaimana kalau teman baiknya dari Amrik ikut jalan2 juga ke Bali.. WHAT?? masa honeymoon bertiga dg temannya? dan kenapa juga dia begitu cepat berubah pikiran ttg ke Bali. Langsung OK, ketika berbicara ttg teman baiknya. Sedangkan aku sudah berhari-hari mengajak dia ke Bali, tidak pernah di jawab seserius ini. *speechless*

Akhirnya aku mengerti, nampaknya diriku ini tidak lebih berharga dibandingkan :
* biaya ke dokter
* tidak pakai cincin
* teman baiknya dari Amrik
* gaun mamanya

Terakhir x dia mengatakan aku terlalu pembenci dan pencemburu. Biarkan aku hidup dalam kebencian dan kecemburuanku, begitu katanya. Hatiku semakin sakit & terpukul.

Minta masukannya dari semua yg disini, lebih baik aku pisah dari dia, atau tidak? Jujur, aku merasa selama bersamanya, lebih banyak dukanya daripada sukanya.
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 5 suara
Wedding or Cancel?
Yes for Wedding
0%
Cancel Wedding
100%
0
4.8K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ask da Girls
Ask da Girls
icon
3.7KThread5.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.