- Beranda
- Berita dan Politik
Menelisik 'Kerajaan' WARIA di Menteng
...
TS
pro.lgbt
Menelisik 'Kerajaan' WARIA di Menteng
Quote:
Perempatan Jalan Mohamad Yamin (Madoeraweg) dan Jalan Tjokroaminoto (Javaweg) di pusat kawasan Menteng diabadikan pada 1941. Jalan raya masih agak sempit dan kendaraan bermotor yang tampak hanya sebuah jip, kendaraan bermotor paling banyak di Batavia ketika itu.
Berada di tempat yang kini menjadi jembatan yang menghubungi kedua jalan raya itu, tampak sebuah becak dan pedagang kaki lima di bawah sebuah pohon. Lihatlah rumah-rumah yang seragam bentuknya yang kini sudah menghilang di Menteng.
Yang paling kontras adalah rumah dengan pekarangan tanpa pagar. Sekarang, di kawasan elite Menteng, rumah-rumah bukan saja telah dirombak menjadi mewah, melainkan juga diberi pagar yang tinggi.
Menjelajahi kawasan Menteng sampai awal 1970-an sangat nikmat. Dengan menaiki sepeda kita bisa melenggang dengan enak karena tidak ada kemacetan lalu lintas seperti sekarang.
Sejarah Pembangunan Kawasan Elite Menteng
Waktu itu, dari Kwitang dengan bersepeda bersama kawan-kawan saya sering rekreasi ke Situ Lembang menghirup udara segar. Lebih-lebih di waktu sore menjelang berbuka puasa.
Belanda membangun kawasan Menteng dengan perusahaan NV de Bouwploeg yang kini menjadi Masjid Cut Meutia. Nama Boplo di Jakarta Pusat mengaju pada gedung tempat perusahaan real estate yang diserahi membangun Menteng pada 1920-an.
Menurut sejarawan Adolf Heyken dalam buku Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia, arsitektur rumah tinggal di kawasan Menteng menjadi beberapa kapling.
Luas 1.000 m2 lebih tergolong groete stadulla (vila besar) seperti rumah-rumah di Jalan Teuku Umar, Imam Bonjol, dan Diponegoro. Rumah dengan luas tanah 500 m2 berukuran sedang seperti Jalan Sam Ratulangi dan Haji Agus Salim.
Sedangkan ukuran di bawahnya antara lain di Jalan Sawo, Jeruk, dan Cut Nyak Dien. Rumah-rumah berukuran kecil dapat dijumpai di Jalan Kusumaatmaja dan Sumenep.
Digoda Waria di Menteng
Setelah kemerdekaan, nama-nama jalan di Menteng banyak diganti dengan nama tokoh dan pejuang kemerdekaan. Van Heutsze Boulevaard menjadi Jalan Teuku Umar.
Nassau Boulevaard menjadi Jalan Iman Bonjol, Oranye Boulevaard menjadi Jalan Diponegoro, Madoeraweg jadi Jalan Mohamad Yamin, Javaweg menjadi Jalan Tjokroaminoto, Villalaan menjadi Jalan Cendana, Nieuw Tamarindeland menjadi Jalan Sam Ratulangi, dan Jalan Yogya menjadi Jalan Mangunsarkoro. Banyak banyak lagi nama jalan yang diganti dengan nama tokoh masyarakat terutama mereka yang hidup pada era 1950-an.
Pernah diadakan seminar tentang Menteng yang banyak melibatkan para penghuninya. Mereka umumnya mengeluh karena di malam hari banyak beroperasi para waria di depan kediamannya, terutama di sekitar Jalan Latuharhari dan Jalan Lembang. Para waria ini dalam operasinya tidak mengenal apakah tuan rumah dan tamunya turut digoda.
Mereka juga beroperasi hingga lewat Subuh. Pada hari Kamis lalu, seorang waria bernama Faisal Harahap alias Shakira Lopez tewas ditembak ketika sedang beroperasi di Menteng.
Beberapa tahun lalu, ketika pihak kepolisian mengadakan razia terhadap para waria di Jalan Latuharhari, Menteng, beberapa di antara mereka setelah lari tunggang-langgang nyebur ke Kali Malang. Ada di antara mereka yang tewas karena tidak pandai berenang.
Spoiler for MULUSTRASI SEGERRR:
Quote:
Sumber
Kerajaan WARIA
0
16.8K
Kutip
27
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
669.9KThread•40.2KAnggota
Terlama
Thread Digembok