Kaskus

News

acabindonesiaAvatar border
TS
acabindonesia
Suntik Mati PSSI
Persoalannya, sejak awal cara pandang orang-orang PSSI dan orang-orang yang pro PSSI memang sudah tersandera oleh syakwasangka. Mereka curiga bahwa revolusi PSSI cuma topeng karena tujuan sesungguhnya adalah politik. Pemerintah, atau lebih tepatnya orang-orang dari partai-partai pro pemerintah berupaya menyingkirkan orang-orang dari partai oposan di tubuh PSSI.
Kita tahu, selama bertahun-tahun, PSSI dikuasai oleh Golkar. Ada Nirwan Bakrie, ada Nurdin Halid, lalu dilanjutkan La Nyalla, meski nama terakhir ini bolah disebut bukan "Golkar tulen". Belakangan, Partai Demokrat juga ikut bercokol di sana lewat Hinca Panjaitan. Di Partai Demokrat, Hinca menjabat Sekretaris Jenderal. Di PSSI ia adalah Ketua Komisi Disiplin. Jabatan-jabatan yang strategis.
Saya tidak tahu, apakah karena ini belakangan sejumlah politisi Partai Demokrat ikut bersuara lantang. Mulai dari Sukarwo, Roy Suryo, Edy Baskoro atawa Ibas, sampai sang "pemimpin besar", Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka sama-sama menyerukan pencabutan sanksi pembekuan PSSI oleh Menteri Olahraga Imam Nahrowi.
Roy Suryo, yang juga pernah jadi menteri di bidang yang sama, dan telah terbukti gagal memperbaiki sepakbola Indonesia, bersuara lebih keras. Ia mengusulkan pada Presiden Jokowi untuk mencopot Imam Nahrowi.
Persoalan ini sesungguhnya sederhana belaka. PSSI amburadul dilihat dari sudut pandang manapun. Prestasi tidak ada tapi tak bosan-bosannya berkelahi. Korupsi dan suap merajalela. Lebih dari separuh atau bahkan tigaperempat pertandingan-pertandingan di Liga Indonesia di seluruh strata adalah pertandingan yang kotor, pertandingan yang telah diatur. Banyak mafia dan PSSI diam saja, bahkan berkelindan di dalamnya.
Atas segenap kekacauan yang terjadi selama ini, PSSI mesti direformasi total, mesti direvolusi. Gerbong-gerbong yang telah tercemar, harus angkat kaki. Jangan ada Bakrie lagi. Jangan ada Nurdin Halid lagi. Dan tentu saja, seluruh kawanan La Nyalla Mattalitti, Joko Driyono, dan Hinca Panjaitan, harus menepi dan memberi jalan pada orang-orang lain yang punya semangat lebih murni untuk membangkitkan dan membangun sepakbola nasional.

Sayangnya, mereka menolak menepi, menolak memberi jalan, dan tetap ngotot bertahan di kursi masing-masing. Mereka menutup mata dan menulikan telinga. Mereka merasa tak bersalah, merasa tak gagal, dan mereka berlindung di balik tameng sakti mandraguna yang tidak dapat ditembus oleh manusia biasa, statuta FIFA.

sumur: http://medan.tribunnews.com/2016/03/...ti-pssi?page=3
Diubah oleh acabindonesia 06-03-2016 23:26
0
4.1K
70
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
KASKUS Official
691.2KThread56.6KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.