Lembaga pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap (Istimewa)
Jakarta - Kapolri Jenderal Badrodin mengatakan jika Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly telah melakukan kajian terhadap napi teroris apakah sebaiknya mereka disatukan di satu lapas, dipisah-pisah, ataukah di rotasi.
Tujuannya supaya efek pemasyarakatan pada para napi itu berhasil. Lalu supaya para napi itu tak mempengaruhi napi lain dan juga supaya tidak ada lagi kasus dimana napi terorisme kembali menjadi teroris begitu mereka bebas.
"Sudah dikaji oleh Menkum Ham mana yang lebih tepat. Dulu kan ditaruh di Nusakambangan seolah-olah tempat itu jadi angker. Ternyata tempat itu kini tak lagi angker bahkan Sabtu-Minggu banyak yang
bezoek," kata Badrodin di Jakarta Pusat Rabu (20/1).
Saat ditanya mana yang lebih tepat bagi Polri, Badrodin menjawab," Jangan sampai kita punya tujuan tertentu dan begitu seorang napi kita taruh disana, malah tujuan itu tidak tercapai dan sebaliknya. Biar Menkum HAM yang putuskan."
Saat ini beberapa napi teror kelas kakap memang berada di Nusakambangan. Mereka tersebar dibeberapa lapas yang berada di pulau penjara yang sempat dikenal sebagai Alcatraz-nya Indonesia itu.
Misalnya saja Abu Bakar Baasyir, Amman Abdurahman, Subur Sugiarto, Iwan Darmawan Mutho alias Rois, dan Abdul Hasan. Dua nama terakhir berstatus terpidana mati.
Sebelumnya Kepala BNPT Komjen Saud Usman Nasution berharap supaya Rutan BNPT yang berada di Pusat Pelatihan dan Penanggulangan Terorisme (PPPT) di Citeureup, Sentul, Bogor, Jawa Barat bisa segera dioperasikan.
Rutan dengan fasilitas keamanan maksimum (maximum security ) yang mempunyai kapasitas hingga 144 tahanan di 48 sel itu sudah siap sejak tahun lalu.
Pengoperasian Rutan itu menunggu persetujuan dari Kemenkum HAM untuk ditetapkan menjadi Rutan cabang mana. BNPT juga menunggu penempatan personel Dirjen Lapas disana karena mereka yang akan melaksanakan operasional.
Farouk Arnaz/FER
BeritaSatu.com

sumber : www.beritasatu.com/nasional/343061-kapolri-sekarang-nusakambangan-tak-lagi-angker.html