- Beranda
- Berita dan Politik
[Pakar Intelijen] Profil M. Sjamsoeddin Bos Freeport yang Dilobi SN
...
TS
andylemontee
[Pakar Intelijen] Profil M. Sjamsoeddin Bos Freeport yang Dilobi SN
Kegaduhan SN ini adakah hubungannya dg operasi intelijen utk memuluskan sesuatu ya gan?
atau kemampuan pak bos freeport ini membaca situasi dg baik, krn kemampuan intelijennya top, utk keuntungan suatu pihak?
pihak siapa?
gimana analisis agan2
sumbr
sumber2 lain:
Liputan6.com, Jakarta - Maroef Sjamsoeddin tak mengira dirinya bakal menduduki posisi nomor satu di PT Freeport Indonesia. Dalam hidupnya, ia hanya ingin menjadi seorang tentara yang profesional. Sejak Jumat (16/1/2015) lalu, Maroef Sjamsoeddin didampuk menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) menggantikan Rozi B. Sotjipto.
Maroef bertutur, ia ditunjuk oleh pemegang saham Freeport Indonesia untuk menjabat sebagai Presiden Direktur Freeport setelah mengahiri karir militernya di TNI Angkatan Udara selama 34 tahun dengan posisi terkahir sebagai Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN).
Pria bertubuh tegap ini mengaku tidak pernah memiliki impian menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia dan ia pun tidak pernah melamar jabatan tersebut.
"Saya tidak pernah mimpi ada di ruangan ini karena bukan cita-cita. Cita-cita saya jadi to be good and proffesional soldier sampai masa akhir tugas. Saya ingin bisa pensiun dengan penilaian yang baik dan sehat," kata Maroef di kantor Freeport Indonesia, kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (22/1/2015).
Maroef mengaku tidak memiliki latarbelakang pendidikan dan pengalaman yang menunjang tugasnya di sektor pertambangan. Namun ia ditawari oleh Chairman Freeport Mc Morran Jim Moffat untuk menduduki jabatannya sekarang.
Cerita Maroef, Morran tidak memperdulikan latar belakangnya karena yang dibutuhkan oleh Freeport saat ini adalah sosok Maroef. "Saya bilang saya tidak punya background, ini minning company besar, gimana bisa di sana," tuturnya.
Ia memutar memorinya saat awal mengenal Freeport. Saat menjadi Wakil Kepala BIN Maroef mendapat tugas untuk mengatasi aksi mogok kerja massal pekerja Freeport di Papua pada 2011 yang sangat berpengaruh pada penurunan produksi.
"Waktu itu sudah ada korban jiwa, Pemerintah waktu itu Desember 2011 memutuskan bahwa stabilitas nasional khususnya Papua harus jalan," ungkapnya.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Maroef menggunakan cara persuasif dengan melakukan komunikasi dan negoisasi antara pihak pekerja dan manajemen Freeport.
Menurutnya dengan cara tersebut dapat menyentuh kedua belah pihak. Dengan cara tersebut, dalam waktu tiga minggu aksi mogok bisa dihentikan. Sejak penugasan itu pula Maroef mengenal Freeport.
"Saya berangkat ke Tembaga Pura bertemu yang mogok, saya waktu itu masih aktif sebagai perwira tinggi TNI AU. Saya coba cari tahu kehidupan mereka. Saya coba dalami kehidupan mereka makan bersama mereka. Sentuhan ini bisa jembatani akar masalah masing-masing. Di situ saya kenalan dengan Freeport Indonesia termasuk dengan Jim," pungkasnya.
Untuk diketahui, Maroef bergabung di Freeport Indonesia setelah menyelesaikan karir panjangnya di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan adalah purnawirawan Marsekal Muda TNI Angkatan Udara Republik Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) selama periode 2011-2014. Ia memperoleh gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies. (Pew/Gdn)
Bisnis.com, JAKARTA - Mungkin ini tren baru di Indonesia. Maroef Sjamsoeddin, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, lulusan AKABRI Udara tahun 1980, dipercaya menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia sejak 7 Januari 2015.
Maroef mengatakan, ia bersedia menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia -anak perusahaan Freeport-McMoRan Inc. (FMCG) Amerika Serikat-- lantaran tertantang untuk memberi sumbangsih di dunia yang berbeda.
Berkarir lebih dari 34 tahun di dunia militer, di mana dua pertiga lebih karirnya mengabdi untuk kepentingan intelijen negara hingga menjabat Wakil Kepala BIN di pengujung karir, Maroef tidak langsung menerima begitu saja ketika ditawari oleh Jim Bob Moffett (Chairman Freeport MacMoran Inc) menjadi pilot PT Freeport Indonesia.
Butuh waktu tiga hingga empat bulan untuk meyakinkan diri menerima tawaran tersebut, dan langsung tancap gas begitu adik Sjafrie Sjamsoeddin itu bilang "Ya". "Saya anggap ini tantangan. Memberi sumbangsih di dunia yang berbeda," kata pensiunan jendral bintang 3 yang hobi renang itu.
1. Bagaimana Maroef Kenal Freeport?
Ini baru pertama eks orang militer menjadi pucuk pimpinan PT Freeport di Indonesia. Bisa jadi ini dianggap sebagai kepercayaan terhadap profesionalisme perwira tinggi militer Indonesia, tetapi juga ujian untuk pembuktian.
Lantas bagaimana ceritanya Maroef bisa masuk Freport?
Maroef mengaku mengenal PT Freeport pada 2011 saat ditugaskan oleh Menko Pokam membantu menangani kasus pemogokan besar-besaran selama 3 bulan. Setelah mekakukan pendekatan dari nol, selama 3 minggu ia menyelesaikan tugasnya dan pemogokan itu selesai.
James Moffett waktu itu mengucapkan terima kasih karena telah membantu, tetapi Maroef mengatakan: "Saya tidak membantu Anda, tetapi saya mengerjakan tugas saya, membantu Indonesia."
Jawaban itu yang menbuat tercengang. Waktu berjalan, komunikasi Maroef dengan James Moffet yang akrab disapa Jim Bob terus berlangsung, sampai pada akhirnya paruh kedua tahun lalu diminta membantu masuk ke manajemen.
2. Langsung Terbang ke Timika
Hari kedua menjabat Presdir PT Freeport Indonesia, Maroef sudah langsung berkunjung ke Timika, markas besar perusahaan tambang mineral itu. Ia mengundang Kapolda, Pangdam, Gubernur dan Bupati untuk duduk bersama, bagaimana masa depan papua bersama Freeport bisa menjadi lebih baik.
"Saya berani terima pekerjaan itu karena komitmen untuk Papua. Ada pluralisme di sana, ada sosial budaya. Kita ingin meng-Indonesia-kan Papua tetapi juga ingin mem-Papua-kan Indonesia," ujar Maroef, saat berbincang dengan pemimpin media, di Jakarta, Kamis (22/01).
Lulusan AKABRI Udara tahun 1980 yang terakhir menjabat Wakil Kepala BIN itu mengaku tidak tahu berapa lama masa jabatannya sebagai Presdir PT Freeport karena tidak membaca surat pengangkatannya. "Ada suratnya tapi saya tidak baca. Saya kerja saja dulu... Apa itu kan cuma administrasi," jelasnya.
Maroef menganggap apa yang dilakukan tentara sama dengan bisnis tidaklah berbeda. Tentara merebut sasaran, bisnis merebut pasar, katanya.
"Ilmu yang saya peroleh dan pelajari selama ini kepakai, manajerial kepakai, hanya di dua dunia yang berbeda," kata Maroef.
3. Membangun "Clean and Green"
Langkah pertama yang ditawarkan Maroef Sjamsoeddin untuk membenaghi Freeport adalah membangun "clean management" dan "green industry". "Tidak mudah, itu so challenging. Yang menantang itu menarik," kata mantan anggota Pasukan Khas Angkatan Udara itu.
Clean manajemen dimaksudkan agar PT Freeport membangun organisasi perusahaan yang memberdayakan dan memberi manfaat lebih besar lagi bagi stakeholders.
Sedangkan green industry dimaksudkan agar operasi Freeport tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ramah politik, sosial dan budaya.
Karena itu, Maroef melihat empat aspek kuadran dalam kepemimpinannya. Dua kuadran pertama, yakni teknologi dan bisnis, ia lebih mensupervisi karena banyak ahli yang telah menguasai di Freeport. Kuadran ketiga yakni environment, ia akan turut campur setidaknya separuh-separuh. Sedangkan kuadran keempat, politik-ssosial biudaya-keamanan, ia akan mengelola dan mengendalikan sepenuhnya.
4. Mengamankan Operasi dan Investasi
Apalagi, di sisi lain, PT Freeport telah menggelontorkan "investasi gendut" yang tidak hanya akan bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga bagi Papua dan Indonesia.
Menjaga operasi ini penting, termasuk dalam mengadopsi kebijakan baru yang diterapkan pemerintah Indonesia. Maroef telah menandatangani kesepakahaman dengan PT Petrogress di Jawa Timur untuk alokasi lahan sekitar 60 Ha bagi pabrik smelter, untuk pengolahan tembaga, yang menelan investasi sekitar US$2,3 miliar atau sekitar Rp25 triliun.
Selain itu, ia juga harus mengamankan investasi untuk pertambangan underground senilai US$18 miliar atau sekitar Rp200 triliun lebih, yang akan dibangun tahun 2017 dan mulai berproduksi tahun 2021.
5. Mengutamakan Mitra Lokal
Maroef Sjamsoeddin berkomitmen untuk mengutamakan mitra lokal dalam pembangunan smelter yang diharapkan akan mampu beroperasi dalam waktu tidak terlalu lama.
PT Freeport akan menggandeng dan memberi peluang bagi BUMN yang mau bekerjasama. Hal itu sudah dirintis melalui perjanjian dengan Petrogres, yang diharapkan akan banyak memberikan manfaat termasuk pemanfaatan tailing untuk pupuk.
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoeddin mengaku tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari raksasa tambang berbasis AS tersebut.
Maroef pun mengaku baru ditawari menjadi orang nomor satu di Freeport setelah pensiun dari Badan Intelijen Negara (BIN). Namun siapa sangka, gerak-geriknya dalam mengamankan stabilitas Papua 2011 silam telah menarik perhatian Jim Bob Moffet, Chairman of Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
Maroef di kantornya bercerita kepada wartawan, Kamis (22/1/2015), bahwa pada 2011, pemogokan terjadi di area operasional tambang di Papua.
"Kalau mau lihat, indikatornya lihat pada 2012, kontribusi PTFI itu menurun betul. Ini kalau berdampak terus-terusan, karena pada saat itu sudah rusuh, ada beberapa korban jiwa, pemerintah pada saat itu, Desember 2011, memutuskan agar stabilitas Papua harus berjalan terus," kenang Maroef.
Waktu itu pemerintah mengambil langkah agar BIN menyelesaikan permasalahan di Papua untuk menciptakan stabilitas. Maroef pada saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua BIN. Ia mendapat perintah tersebut dari pemerintah. Maroef mengatakan, dia hanya melakukan cara-cara persuasif kepada kedua belah pihak, baik manajemen Freeport maupun karyawan, untuk mengetahui akar permasalahannya.
Maroef juga bertemu dengan pihak-pihak yang melakukan pemogokan. Waktu itu, kata dia, ada protes bahwa makanan yang diberikan Freeport tidak layak.
"Fasilitas yang diberikan untuk jabatan wakil kepala BIN tidak saya pakai. Saya coba mendalami kehidupan karyawan. Saya makan bareng mereka. Sentuhan-sentuhan manusiawi itu bisa menjadi jembatan untuk mempertemukan akar masalah masing-masing," ungkap Maroef.
Dari situlah, dia melanjutkan, kondisi Papua kembali normal dalam waktu tiga minggu. Operasional pertambangan juga kembali berjalan. "Di situ saya mulai berkenalan dengan Freeport. Di situlah saya kenal Jim Bob," tutur Maroef.
Maroef mengatakan, setelah dia purnatugas dari BIN dan menghabiskan masa liburannya, Moffat memintanya untuk menjadi presiden direktur PT FI. Mendapat tawaran tersebut, Maroef hanya menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki latar belakangdi bidang pertambangan, akuntansi, ataupun hukum. Maroef pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi bagian penting dari Freeport.
"Orang tua itu (Jim Bob) mengatakan, 'Saya tidak peduli background itu. Saya perlu kamu untuk duduk sebagai presdir perusahaan ini'," kata Maroef mengutip Jim Bob.
Untuk beberapa saat, Maroef masih ingin mencerna dan mempelajari terlebih dahulu soal Freeport. Dia pun pada akhirnya menemukan bahwa banyak sekali kontribusi yang diberikan Freeport, khususnya kepada masyarakat Papua. Lebih dari 40 tahun di Indonesia, Freeport turut membangun pendidikan dengan mengembangkan Institut Penambangan Nemangkawi, yang 90 persen mahasiswanya berasal dari Papua.
Adapun tenaga kerja di Freeport, 64,04 persen adalah non-Papua, 35 persen Papua, dan hanya 1,3 persen tenaga kerja asing. "Dia (Freeport) membuka peluang cukup besar, empat kali lipat peningkatan tenaga kerja Papua. Dari situ saya cerna bahwa background saya sebagai seorang TNI yang pernah bertugas 34 tahun sejalan dengan ini. Ini (Freeport) harus diamankan dan ditingkatkan. Betul-betul harus dikawal," ucap Maroef.
atau kemampuan pak bos freeport ini membaca situasi dg baik, krn kemampuan intelijennya top, utk keuntungan suatu pihak?
pihak siapa?
gimana analisis agan2
Quote:
Selasa 17 Nov 2015, 15:37 WIB
Pencatutan Nama Jokowi-JK
Profil Maroef Sjamsoeddin, Bos Freeport yang Dilobi Setya Novanto
Ahmad Toriq - detikNews
Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, adalah orang yang menyerahkan rekaman pembicaraan dengan Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha R ke Menteri ESDM Sudirman Said. Seperti apa sosok Maroef yang berani mengungkap rekaman pembicaraan pencatutan nama Presiden dan Wapres soal perpanjangan kontrak Freeport itu?
Marsekal Muda (Purn) Maroef Sjamsoeddin adalah purnawirawan TNI AU dari Korps Pasukan Khas yang lulus dari Akademi Angkatan Udara tahun 1980. Setelah pensiun dari militer pada 7 Januari 2015, ia menjadi Presiden Direktur Freeport Indonesia menggantikan Rozik B Soetjipto.
Maroef berasal dari keluarga tentara. Ayahnya seorang tentara, demikian juga kakaknya, Sjafrie Sjamsoeddin. Selama 34 tahun menjalani karier sebagai prajurit TNI Angkatan Udara, Maroef pernah menjabat sebagai Komandan Skadron 465 Paskhas, Atase Pertahanan RI untuk Brasil, Direktur Kontra Separatis BIN, Sahli Hankam BIN dan Wakil Kepala BIN selama periode 2011-2014.
Setelah pensiun dari militer, pemilik gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies ini ditawari langsung menjadi Presdir Freeport Indonesia oleh Chairman of Board Freeport-McMoRan, James Robert Moffett. Memang Maroef pernah bertugas di Papua menangani kasus di pertambangan Freeport pada tahun 2011 silam.
Lama tak terdengar sepak terjangnya, kini nama Maroef Sjamsoeddin kembali mencuat setelah Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Setya Novanto ke MKD DPR. Pada Senin (16/11) Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Ketua DPR Setya Novanto ke MKD DPR atas dugaan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres JK untuk meminta saham ke PT Freeport Indonesia. Laporan Sudirman ke MKD disertai transkrip rekaman percakapan Novanto, pengusaha R, dan pimpinan PT Freeport.
Untuk transkrip yang dilaporkan ke MKD, Sudirman Said mengatakan transkrip tersebut berasal dari rekaman percakapan dalam pertemuan pimpinan PT Freeport dengan Setya Novanto dan pengusaha minyak berinisial R. Pertemuan itu dihelat di sebuah hotel di kawasan Pacific Place 8 Juni 2015 lalu pada pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB. Pertemuan itu adalah pertemuan ketiga.
Setya Novanto membantah disebut mencatut nama Presiden Jokowi. Novanto yang hari ini berkali-kali ditanya wartawan soal isu pencatutan nama Presiden dan Wapres bertahan dengan jawabannya, dirinya tak pernah melakukan pencatutan.
"Yang jelas saya selaku pimpinan DPR tidak pernah untuk bawa-bawa nama presiden atau mencatut nama Presiden," kata Novanto.
(van/nrl)
Pencatutan Nama Jokowi-JK
Profil Maroef Sjamsoeddin, Bos Freeport yang Dilobi Setya Novanto
Ahmad Toriq - detikNews
Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, adalah orang yang menyerahkan rekaman pembicaraan dengan Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha R ke Menteri ESDM Sudirman Said. Seperti apa sosok Maroef yang berani mengungkap rekaman pembicaraan pencatutan nama Presiden dan Wapres soal perpanjangan kontrak Freeport itu?
Marsekal Muda (Purn) Maroef Sjamsoeddin adalah purnawirawan TNI AU dari Korps Pasukan Khas yang lulus dari Akademi Angkatan Udara tahun 1980. Setelah pensiun dari militer pada 7 Januari 2015, ia menjadi Presiden Direktur Freeport Indonesia menggantikan Rozik B Soetjipto.
Maroef berasal dari keluarga tentara. Ayahnya seorang tentara, demikian juga kakaknya, Sjafrie Sjamsoeddin. Selama 34 tahun menjalani karier sebagai prajurit TNI Angkatan Udara, Maroef pernah menjabat sebagai Komandan Skadron 465 Paskhas, Atase Pertahanan RI untuk Brasil, Direktur Kontra Separatis BIN, Sahli Hankam BIN dan Wakil Kepala BIN selama periode 2011-2014.
Setelah pensiun dari militer, pemilik gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies ini ditawari langsung menjadi Presdir Freeport Indonesia oleh Chairman of Board Freeport-McMoRan, James Robert Moffett. Memang Maroef pernah bertugas di Papua menangani kasus di pertambangan Freeport pada tahun 2011 silam.
Lama tak terdengar sepak terjangnya, kini nama Maroef Sjamsoeddin kembali mencuat setelah Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Setya Novanto ke MKD DPR. Pada Senin (16/11) Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Ketua DPR Setya Novanto ke MKD DPR atas dugaan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres JK untuk meminta saham ke PT Freeport Indonesia. Laporan Sudirman ke MKD disertai transkrip rekaman percakapan Novanto, pengusaha R, dan pimpinan PT Freeport.
Untuk transkrip yang dilaporkan ke MKD, Sudirman Said mengatakan transkrip tersebut berasal dari rekaman percakapan dalam pertemuan pimpinan PT Freeport dengan Setya Novanto dan pengusaha minyak berinisial R. Pertemuan itu dihelat di sebuah hotel di kawasan Pacific Place 8 Juni 2015 lalu pada pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB. Pertemuan itu adalah pertemuan ketiga.
Setya Novanto membantah disebut mencatut nama Presiden Jokowi. Novanto yang hari ini berkali-kali ditanya wartawan soal isu pencatutan nama Presiden dan Wapres bertahan dengan jawabannya, dirinya tak pernah melakukan pencatutan.
"Yang jelas saya selaku pimpinan DPR tidak pernah untuk bawa-bawa nama presiden atau mencatut nama Presiden," kata Novanto.
(van/nrl)
sumbr
sumber2 lain:
Spoiler for Cerita Mantan Wakil Kepala BIN yang Jadi Bos Freeport Indonesia:
Liputan6.com, Jakarta - Maroef Sjamsoeddin tak mengira dirinya bakal menduduki posisi nomor satu di PT Freeport Indonesia. Dalam hidupnya, ia hanya ingin menjadi seorang tentara yang profesional. Sejak Jumat (16/1/2015) lalu, Maroef Sjamsoeddin didampuk menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) menggantikan Rozi B. Sotjipto.
Maroef bertutur, ia ditunjuk oleh pemegang saham Freeport Indonesia untuk menjabat sebagai Presiden Direktur Freeport setelah mengahiri karir militernya di TNI Angkatan Udara selama 34 tahun dengan posisi terkahir sebagai Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN).
Pria bertubuh tegap ini mengaku tidak pernah memiliki impian menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia dan ia pun tidak pernah melamar jabatan tersebut.
"Saya tidak pernah mimpi ada di ruangan ini karena bukan cita-cita. Cita-cita saya jadi to be good and proffesional soldier sampai masa akhir tugas. Saya ingin bisa pensiun dengan penilaian yang baik dan sehat," kata Maroef di kantor Freeport Indonesia, kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (22/1/2015).
Maroef mengaku tidak memiliki latarbelakang pendidikan dan pengalaman yang menunjang tugasnya di sektor pertambangan. Namun ia ditawari oleh Chairman Freeport Mc Morran Jim Moffat untuk menduduki jabatannya sekarang.
Cerita Maroef, Morran tidak memperdulikan latar belakangnya karena yang dibutuhkan oleh Freeport saat ini adalah sosok Maroef. "Saya bilang saya tidak punya background, ini minning company besar, gimana bisa di sana," tuturnya.
Ia memutar memorinya saat awal mengenal Freeport. Saat menjadi Wakil Kepala BIN Maroef mendapat tugas untuk mengatasi aksi mogok kerja massal pekerja Freeport di Papua pada 2011 yang sangat berpengaruh pada penurunan produksi.
"Waktu itu sudah ada korban jiwa, Pemerintah waktu itu Desember 2011 memutuskan bahwa stabilitas nasional khususnya Papua harus jalan," ungkapnya.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Maroef menggunakan cara persuasif dengan melakukan komunikasi dan negoisasi antara pihak pekerja dan manajemen Freeport.
Menurutnya dengan cara tersebut dapat menyentuh kedua belah pihak. Dengan cara tersebut, dalam waktu tiga minggu aksi mogok bisa dihentikan. Sejak penugasan itu pula Maroef mengenal Freeport.
"Saya berangkat ke Tembaga Pura bertemu yang mogok, saya waktu itu masih aktif sebagai perwira tinggi TNI AU. Saya coba cari tahu kehidupan mereka. Saya coba dalami kehidupan mereka makan bersama mereka. Sentuhan ini bisa jembatani akar masalah masing-masing. Di situ saya kenalan dengan Freeport Indonesia termasuk dengan Jim," pungkasnya.
Untuk diketahui, Maroef bergabung di Freeport Indonesia setelah menyelesaikan karir panjangnya di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan adalah purnawirawan Marsekal Muda TNI Angkatan Udara Republik Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) selama periode 2011-2014. Ia memperoleh gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies. (Pew/Gdn)
Spoiler for MAROEF SJAMSOEDDIN: Mantan Petinggi BIN Ini Pimpin Freeport, Ikuti Terobosannya:
Bisnis.com, JAKARTA - Mungkin ini tren baru di Indonesia. Maroef Sjamsoeddin, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, lulusan AKABRI Udara tahun 1980, dipercaya menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia sejak 7 Januari 2015.
Maroef mengatakan, ia bersedia menjadi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia -anak perusahaan Freeport-McMoRan Inc. (FMCG) Amerika Serikat-- lantaran tertantang untuk memberi sumbangsih di dunia yang berbeda.
Berkarir lebih dari 34 tahun di dunia militer, di mana dua pertiga lebih karirnya mengabdi untuk kepentingan intelijen negara hingga menjabat Wakil Kepala BIN di pengujung karir, Maroef tidak langsung menerima begitu saja ketika ditawari oleh Jim Bob Moffett (Chairman Freeport MacMoran Inc) menjadi pilot PT Freeport Indonesia.
Butuh waktu tiga hingga empat bulan untuk meyakinkan diri menerima tawaran tersebut, dan langsung tancap gas begitu adik Sjafrie Sjamsoeddin itu bilang "Ya". "Saya anggap ini tantangan. Memberi sumbangsih di dunia yang berbeda," kata pensiunan jendral bintang 3 yang hobi renang itu.
1. Bagaimana Maroef Kenal Freeport?
Ini baru pertama eks orang militer menjadi pucuk pimpinan PT Freeport di Indonesia. Bisa jadi ini dianggap sebagai kepercayaan terhadap profesionalisme perwira tinggi militer Indonesia, tetapi juga ujian untuk pembuktian.
Lantas bagaimana ceritanya Maroef bisa masuk Freport?
Maroef mengaku mengenal PT Freeport pada 2011 saat ditugaskan oleh Menko Pokam membantu menangani kasus pemogokan besar-besaran selama 3 bulan. Setelah mekakukan pendekatan dari nol, selama 3 minggu ia menyelesaikan tugasnya dan pemogokan itu selesai.
James Moffett waktu itu mengucapkan terima kasih karena telah membantu, tetapi Maroef mengatakan: "Saya tidak membantu Anda, tetapi saya mengerjakan tugas saya, membantu Indonesia."
Jawaban itu yang menbuat tercengang. Waktu berjalan, komunikasi Maroef dengan James Moffet yang akrab disapa Jim Bob terus berlangsung, sampai pada akhirnya paruh kedua tahun lalu diminta membantu masuk ke manajemen.
2. Langsung Terbang ke Timika
Hari kedua menjabat Presdir PT Freeport Indonesia, Maroef sudah langsung berkunjung ke Timika, markas besar perusahaan tambang mineral itu. Ia mengundang Kapolda, Pangdam, Gubernur dan Bupati untuk duduk bersama, bagaimana masa depan papua bersama Freeport bisa menjadi lebih baik.
"Saya berani terima pekerjaan itu karena komitmen untuk Papua. Ada pluralisme di sana, ada sosial budaya. Kita ingin meng-Indonesia-kan Papua tetapi juga ingin mem-Papua-kan Indonesia," ujar Maroef, saat berbincang dengan pemimpin media, di Jakarta, Kamis (22/01).
Lulusan AKABRI Udara tahun 1980 yang terakhir menjabat Wakil Kepala BIN itu mengaku tidak tahu berapa lama masa jabatannya sebagai Presdir PT Freeport karena tidak membaca surat pengangkatannya. "Ada suratnya tapi saya tidak baca. Saya kerja saja dulu... Apa itu kan cuma administrasi," jelasnya.
Maroef menganggap apa yang dilakukan tentara sama dengan bisnis tidaklah berbeda. Tentara merebut sasaran, bisnis merebut pasar, katanya.
"Ilmu yang saya peroleh dan pelajari selama ini kepakai, manajerial kepakai, hanya di dua dunia yang berbeda," kata Maroef.
3. Membangun "Clean and Green"
Langkah pertama yang ditawarkan Maroef Sjamsoeddin untuk membenaghi Freeport adalah membangun "clean management" dan "green industry". "Tidak mudah, itu so challenging. Yang menantang itu menarik," kata mantan anggota Pasukan Khas Angkatan Udara itu.
Clean manajemen dimaksudkan agar PT Freeport membangun organisasi perusahaan yang memberdayakan dan memberi manfaat lebih besar lagi bagi stakeholders.
Sedangkan green industry dimaksudkan agar operasi Freeport tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga ramah politik, sosial dan budaya.
Karena itu, Maroef melihat empat aspek kuadran dalam kepemimpinannya. Dua kuadran pertama, yakni teknologi dan bisnis, ia lebih mensupervisi karena banyak ahli yang telah menguasai di Freeport. Kuadran ketiga yakni environment, ia akan turut campur setidaknya separuh-separuh. Sedangkan kuadran keempat, politik-ssosial biudaya-keamanan, ia akan mengelola dan mengendalikan sepenuhnya.
4. Mengamankan Operasi dan Investasi
Apalagi, di sisi lain, PT Freeport telah menggelontorkan "investasi gendut" yang tidak hanya akan bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga bagi Papua dan Indonesia.
Menjaga operasi ini penting, termasuk dalam mengadopsi kebijakan baru yang diterapkan pemerintah Indonesia. Maroef telah menandatangani kesepakahaman dengan PT Petrogress di Jawa Timur untuk alokasi lahan sekitar 60 Ha bagi pabrik smelter, untuk pengolahan tembaga, yang menelan investasi sekitar US$2,3 miliar atau sekitar Rp25 triliun.
Selain itu, ia juga harus mengamankan investasi untuk pertambangan underground senilai US$18 miliar atau sekitar Rp200 triliun lebih, yang akan dibangun tahun 2017 dan mulai berproduksi tahun 2021.
5. Mengutamakan Mitra Lokal
Maroef Sjamsoeddin berkomitmen untuk mengutamakan mitra lokal dalam pembangunan smelter yang diharapkan akan mampu beroperasi dalam waktu tidak terlalu lama.
PT Freeport akan menggandeng dan memberi peluang bagi BUMN yang mau bekerjasama. Hal itu sudah dirintis melalui perjanjian dengan Petrogres, yang diharapkan akan banyak memberikan manfaat termasuk pemanfaatan tailing untuk pupuk.
Spoiler for Mantan Waka BIN Buka-bukaan soal Menjadi Bos Freeport:
JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoeddin mengaku tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari raksasa tambang berbasis AS tersebut.
Maroef pun mengaku baru ditawari menjadi orang nomor satu di Freeport setelah pensiun dari Badan Intelijen Negara (BIN). Namun siapa sangka, gerak-geriknya dalam mengamankan stabilitas Papua 2011 silam telah menarik perhatian Jim Bob Moffet, Chairman of Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
Maroef di kantornya bercerita kepada wartawan, Kamis (22/1/2015), bahwa pada 2011, pemogokan terjadi di area operasional tambang di Papua.
"Kalau mau lihat, indikatornya lihat pada 2012, kontribusi PTFI itu menurun betul. Ini kalau berdampak terus-terusan, karena pada saat itu sudah rusuh, ada beberapa korban jiwa, pemerintah pada saat itu, Desember 2011, memutuskan agar stabilitas Papua harus berjalan terus," kenang Maroef.
Waktu itu pemerintah mengambil langkah agar BIN menyelesaikan permasalahan di Papua untuk menciptakan stabilitas. Maroef pada saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua BIN. Ia mendapat perintah tersebut dari pemerintah. Maroef mengatakan, dia hanya melakukan cara-cara persuasif kepada kedua belah pihak, baik manajemen Freeport maupun karyawan, untuk mengetahui akar permasalahannya.
Maroef juga bertemu dengan pihak-pihak yang melakukan pemogokan. Waktu itu, kata dia, ada protes bahwa makanan yang diberikan Freeport tidak layak.
"Fasilitas yang diberikan untuk jabatan wakil kepala BIN tidak saya pakai. Saya coba mendalami kehidupan karyawan. Saya makan bareng mereka. Sentuhan-sentuhan manusiawi itu bisa menjadi jembatan untuk mempertemukan akar masalah masing-masing," ungkap Maroef.
Dari situlah, dia melanjutkan, kondisi Papua kembali normal dalam waktu tiga minggu. Operasional pertambangan juga kembali berjalan. "Di situ saya mulai berkenalan dengan Freeport. Di situlah saya kenal Jim Bob," tutur Maroef.
Maroef mengatakan, setelah dia purnatugas dari BIN dan menghabiskan masa liburannya, Moffat memintanya untuk menjadi presiden direktur PT FI. Mendapat tawaran tersebut, Maroef hanya menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki latar belakangdi bidang pertambangan, akuntansi, ataupun hukum. Maroef pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, bagaimana ia bisa menjadi bagian penting dari Freeport.
"Orang tua itu (Jim Bob) mengatakan, 'Saya tidak peduli background itu. Saya perlu kamu untuk duduk sebagai presdir perusahaan ini'," kata Maroef mengutip Jim Bob.
Untuk beberapa saat, Maroef masih ingin mencerna dan mempelajari terlebih dahulu soal Freeport. Dia pun pada akhirnya menemukan bahwa banyak sekali kontribusi yang diberikan Freeport, khususnya kepada masyarakat Papua. Lebih dari 40 tahun di Indonesia, Freeport turut membangun pendidikan dengan mengembangkan Institut Penambangan Nemangkawi, yang 90 persen mahasiswanya berasal dari Papua.
Adapun tenaga kerja di Freeport, 64,04 persen adalah non-Papua, 35 persen Papua, dan hanya 1,3 persen tenaga kerja asing. "Dia (Freeport) membuka peluang cukup besar, empat kali lipat peningkatan tenaga kerja Papua. Dari situ saya cerna bahwa background saya sebagai seorang TNI yang pernah bertugas 34 tahun sejalan dengan ini. Ini (Freeport) harus diamankan dan ditingkatkan. Betul-betul harus dikawal," ucap Maroef.
0
6.5K
Kutip
40
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
669.7KThread•40.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru