Quote:
Sepakbola Indonesia, Prestasi Nol Ricuh nomor 1, selama ini gak ada perubahan yang pasti kondisi sepakbola kita selalu sama tiap tahun, bahkan tahun lalu terjadi kejadian haram sepakbola gajah, itu buruk sekali karena yang kita tonton bukan film yang sudah diatur skenarionya dan bisa kita tebak endingnya, pertandingan sepakbola adalah realitas kalo pun masuk genre film itu adalah dokumenter, jadi kalaupun kita menonton bola seperti menonton film, yang kita tonton adalah film dokumenter realita, bukan genre fiksi ilmiah superhero yang pasti endingnya bakal menang
PT Liga Indonesia akan menggelar liga ISL oktober nanti, dengan pembaruan regulasi baru untuk mengurangi kasus tunggakan gaji club, yang menurut ane SUDAH sangat TELATkemana saja mereka selama ini, bahkan ada beberapa pemain yang nuntut gaji malah dipecat dari club dan dengan entengnya CEO PT Liga Indonesia mengatakan " Kalau cinta sepakbola jadikan itu kebanggaan meskipun gak digaji" bahkan saat diwawancara tv Aljazera dia mengatakan tidak menindak club yang menunggak gaji, astaga, entah apa yang dipikirkan pengurus pssi mereka mengambil Opsi Finansial Fairplay seperti di Eropa yang jelas beda jauh dengan kondisi Club Indonesia, carut marutnya manajemen, legalitas club, pajak, kontrak kerja, jaminan pemain, pembagian hak siar dan keuntungan yang gak jelas, semua masalah itu harus diselesaikan dulu sebelum memikirkan tentang Finansial Fairplay
Dan Sekarang mereka menjual Kemiskinan untuk kepentingan mereka, mulai para pengurus PSSI yang kasian sama cangcimen tukang parkir, sampai Gonzales yang sedih gak bisa hidup mewah lagi sewa apartemen mahal, setelah perbuatan mereka selama ini yang acuh ta acuh masalah hak pemain kini mereka mendadak peduli , mulai membuat regulasi baru, yang tentunya sudah telat, dan lebih konyolnya Komnas HAM yang getol membela PSSI dan PT LI yang sering ga peduli sama aturan dan memenuhi kewajiban mereka, seharusnya mereka lebih peduli hak pemain selama ini yang tertunggak, kemana saja mereka, memang aneh KOMNAS HAM itu sering banget muncul kalo kasusnya populer di TV mereka numpang eksis, beda dengan masalah yang ga kesorot media
Menjual Miskin
Quote:
Barangkali tak ada orang yang kepengin miskin. Kalaupun ada, tentu tak ada salahnya.
Yang salah, kata seorang teman, jika kemiskinan itu dijual. Dimanfaatkan untuk kepentingan pihak tertentu.
Saya jadi teringat wisata kemiskinan yang pernah ada di Jakarta beberapa waktu lalu. Segerombolan warga negara asing berkeliling perkampungan kumuh di ibu kota. Berinteraksi. Terkadang, mereka memberi bantuan sembako kepada penduduk.
Dalam sebuah berita, penggagas wisata itu lebih suka menyebut diri mereka sebagai relawan. Lantaran sebagian dari penghasilan bakal disisihkan untuk warga kampung yang dikunjungi.
Namun, ledek sang teman ketika itu, bukannya membantu tak memperkaya diri?
Motif dalam perkara bantu-membantu memang sebuah misteri. Mengutip perkataan Pak Ustad pada suatu waktu: ‘Hanya Tuhan dan orang yang membantu yang tahu.” Sisanya, tetap menjadi rahasia.
Karena penuh misteri, wajar muncul praduga buruk bagi yang menyaksikan. Tak jarang pula muncul sebutan "pahlawan kesiangan".
Tak ubahnya sikap pengurus sepak bola Indonesia saat ini. Ketika mereka berkoar-koar membela para pesepakbola usai kompetisi dihentikan –justru oleh mereka sendiri.
Dapur tak lagi ngebul, demikian argumen salah seorang dari mereka. Ada yang disebut kembali bertani atau menjadi nelayan.
Sebagai pribadi, saya tentu prihatin. Karena, tak ada orang yang pengin kehilangan mata pencarian. Termasuk saya.
Menjadi ironi, karena pembelaan itu kini justru terlontar dari mulut para pengurus sepak bola. Mereka yang dahulu bahkan seperti menutup kuping saat klub-klub berjamaah menunggak gaji. Mereka yang juga tak mampu bersikap tegas dengan alasan ingin tumbuh bersama.
Ah, saya ingin berbaik sangka kali ini, kawan. Syukur-syukur pembelaan itu murni sebuah niat baik. Sekaligus titik awal pemihakan para pengurus kepada sepak bola.
Kalau tidak? Sebaiknya mereka bangun pagi. Agar tak kesiangan. Tak etis menjual kemiskinan.
SUMBER
http://indonesiana.tempo.co/read/430...enjual-miskin#