ROSSI vs MARQUEZ
Galeri Gambar "Gila" di Assen 2015

Beberapa saat lagi balapan MotoGP 2015 di Sachsenring, Jerman, akan segera dimulai, tapi insiden di seri sebelumnya, 27 Juni 2015 di Assen, Belanda, masih membekas di benak semua orang. Insiden yang tak henti-hentinya menjadi bahan analisa, ulasan, spekulasi, obrolan, hingga gosip; mulai dengan analisa yang sangat teknis sekali sifatnya, ulasan yang murni reportase belaka, spekulasi yang seolah logis, obrolan yang melantur ke mana-mana, hingga gosip ala infotainmen.

Berikut ini sebagian dari daftar "berandai-andai" dan "berspekulasi" dari hasil balapan di Assen itu. Sekali lagi, ini hanya daftar "andaikata" dan "spekulasi" belaka yang dirangkum dari berbagai sumber, jadi bukan sesuatu yang teramat "penting dan serius".

1. Valentino Rossi berhasil melepaskan diri dari "kutukan" yang menderanya selama ini yaitu, "Rossi tak akan pernah 'pole position', dan jika dia 'pole position' dia tak akan bisa meraih podium satu."

2. Valentino Rossi seharusnya dikenakan sanksi karena jelas-jelas dia memotong jalur lintasan.

3. Marc Marquez seharusnya dikenakan sanksi karena dia menyeruduk Valentino Rossi hingga keluar jalur.

4. Andaikata senggolan Rossi dengan Marquez itu mengakibatkan salah satu di antara mereka jatuh, pasti akan ada yang terkena sanksi.

5. Andaikata senggolan Rossi dengan Marquez itu mengakibatkan mereka berdua jatuh, pasti Jorge Lorenzo yang meraih podium satu dan otomatis melejit menjadi pemuncak klasemen sementara karena sebelum balapan seri Assen itu selisih Lorenzo dengan pemuncak klasemen sementara, Rossi, hanya tinggal satu poin saja.

6. Insiden memotong jalur lintasan itu sebenarnya sudah direncanakan oleh Rossi, tak heran jika dia berlatih motocross selama ini agar bisa melintasi jalur "gravel" yang berpasir dan berkerikil tanpa terjatuh, dan Rossi melakukan "rencananya itu" dengan cerdik, senggolan "kecil" dengan Marquez bisa dibuatnya sedemikian rupa sehingga terkesan seperti "diseruduk" dan memaksanya terdorong keluar lintasan balap yang malahan membuat Rossi melejit menyalip Marquez menyentuh garis finis lebih dahulu.

7. Marquez pun memiliki rencana untuk menyalip di tikungan terakhir dan telah mempersiapkan diri dengan berlatih hingga bisa sempurna melakukannya, hanya saja yang di luar perkiraannya adalah Rossi melakukan "potong jalur".

8. Insiden di detik terakhir di penghujung lintasan mendekati garis finis sirkuit Assen itu, ikut mempopulerkan kembali satu istilah teknis yang menjadi lebih sering disebut-sebut ketika membahasnya yaitu "chicane". "Chicane" adalah bagian jalur balap yang terdiri dari dua tikungan ke arah yang berbeda dan berjarak dekat. Sebuah tikungan ke kiri yang diikuti oleh tikungan ke kanan atau sebaliknya dan menyerupai huruf S jika dilihat dari udara.

9. Hubungan Marquez dan Rossi yang selama ini sangat akrab sekarang menjadi renggang akibat insiden di Assen itu.

10. Balapan di Assen itu menjadi acuan dan "standar" tersendiri begitulah seharusnya "pertunjukan" sebuah balapan berlangsung, sangat seru dan menegangkan dari detik awal hingga detik terakhir, dan sebuah klimaks di penghujung balapan yang "seharusnya" membuat semua orang merasa senang, atau malah sebaliknya, memancing "keributan" tak henti-henti. Jadi bukan hal yang aneh jika sekarang ada ungkapan, "Bisa kayak di Assen nggak, ya?"

Semua telah mengetahui, penyelenggara balapan, "Race Direction" MotoGP, telah memutuskan insiden Rossi vs Marquez di Assen itu murni kecelakaan, tak ada yang diuntungkan, jadi Rossi sah meraih podium satu demikian pula halnya dengan Marquez di podium dua, ... titik, kasus dianggap selesai!



Sekarang telah memasuki menit-menit menjelang dimulainya seri balapan di Sachsenring, Jerman, tapi suasana "panas" akibat insiden Assen masih terbawa, perhatikan saja pernyataan Marquez di Jerman berikut ini, “Jika ada kesempatan saya ingin kalahkan Valentino dengan cara yang sama. Ia yang mengajarkan cara demikian dan ternyata dibenarkan. Tak masalah saya kehilangan lima poin karena hal itu tak mengubah kehidupan saya, tapi cara dia memotong jalur menjadi pelajaran penting.” Dan, Rossi menanggapinya dengan dingin, "Ya seperti yang kita tahu Marc lebih cepat dibanding saya, Jo, dan Dani, tapi saya tidak memperhitungkan dirinya. Saya ingin lebih fokus terhadap rival saya di klasemen sementara. Saya dan Marc terpaut dengan poin yang lumayan jauh sedangkan saya dan Jo terpaut dengan poin yang tipis, maka saya akan pastikan, saya lebih fokus ke Jo dan tidak akan mempedulikan Marc."

Apakah balapan di Jerman bisa menyamai atau bahkan melebihi balapan di Belanda, atau ternyata malah "membosankan" lagi? Kita lihat saja sebentar lagi.