kurniadihusengoAvatar border
TS
kurniadihusengo
ANCAMAN VIRUS BERBAHAYA MASA KINI
SARS. Flu burung. MERS. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus kini semakin banyak variannya dan semakin ganas dampaknya pada manusia. Kenali dan ketahui cara melindungi diri.

Masih lekat dalam ingatan kegemparan yang terjadi ketika di pertengahan 2002 merebak penyakit bernama SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Sindrom Pernapasan Akut Berat. Jenis penyakit pneumonia yang disebabkan oleh virus SARS ini mengakibatkan sekitar 10% penderitanya meninggal dunia.

Menurut catatan Kementerian Kesehatan , sampai 16 Juni 2003 , di Indonesia terdapat 112 orang terduga SARS , kendati hasil pemeriksaan kemudian menyatakan bahwa hanya 7 pasien yang dinyatakan sebagai suspect SARS.

2 tahun berselang , kepanikan serupa berulang. Kali ini , muncul varian virus baru yang mengakibatkan avian influenza atau flu burung. Penyakit menular yang satu ini disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.

Sama halnya dengan pendahulunya , yaitu SARS , penyakit flu burung cukup mematikan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan , jumlah kumulatif flu burung di Indonesia sejak 2005 sampai saat ini adalah 196 kasus. Dari jumlah tersebut , 164 pasien berakhir dengan meregang nyawa.

Sekarang , dunia dikejutkan kembali dengan varian virus terbaru yang memicu penyakit bernama Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV). MERS-CoV pertama kali dilaporkan pada September 2012 di Arab Saudi.

Sejak itu , hingga 26 April 2014 , telah ditemukan 261 kasus MERS dengan 93 penderita yang meninggal dunia. Total , sudah 15 negara di dunia yang terinfeksi (Indonesia belum termasuk).

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama , Sp.P(K) , DTM&H , MARS , Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan , MERS-CoV merupakan jenis baru dari coronavirus , namun berbeda dengan coronavirus yang memicu SARS. Fakta ini juga dilansir oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat.

Akan tetapi , virus SARS dan MERS-CoV merupakan virus yang mirip dengan virus yang ditemukan di kelelawar , ungkap Prof. Dr. Drh. Retno D. Ismaun , MS , Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan , Institut Pertanian Bogor. Sampai saat ini , CDC masih melakukan penelitian mengenai keterkaitan virus ini dengan kelelawar sebagai inang virus.

Bagaimana bila dibandingkan dengan virus avian influenza atau flu burung? Menurut Prof. Retno , virus penyebab flu burung merupakan jenis Paramyxovirus A. Untuk lebih memastikannya , ketiga virus ini bisa dibedakan dengan cara melakukan uji laboratorium.

Yang pasti , ada satu persamaan antara virus SARS , flu burung , dan MERS , yakni bahwa ketiganya memiliki cara penularan serupa , yakni melalui kontak langsung dari penderita ke orang-orang di sekitarnya.

Prof. Tjandra menyampaikan bahwa hingga saat ini , MERS-CoV umumnya menyerang mereka yang berusia paruh baya. Dari seluruh pasien MERS yang ada , 65% adalah laki-laki , 64,3% menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) berat , dan 29,8% dilaporkan tidak menderita gejala berat.

Hanya sekitar 49 kasus yang mempunyai informasi kontak dengan hewan , termasuk mempunyai atau mengunjungi peternakan unta , ayam , bebek , kambing , dan domba , jelas Prof. Tjandra.

Perlu diketahui , angka kematian yang disebabkan MERS-CoV telah mencapai 30%. Namun , WHO masih belum merekomendasikan pembatasan bepergian ke sejumlah negara yang disinyalir menjadi tempat virus ini berasal.

Di Indonesia , jumlah sampel yang diperiksa hingga 30 April 2014 adalah sebanyak 77 sampel. Sejumlah 13 provinsi telah melaporkan pemeriksaan kasus suspect. Semua ternyata negatif MERS-CoV , ungkap Prof. Tjandra.

Menurut Prof. Retno , ada banyak faktor yang membuat penyakit yang disebabkan oleh virus menumbangkan seseorang.

Faktor tersebut antara lain imunitas atau kekebalan tubuh individu yang menurun sehingga mudah terinfeksi bila dia sedang berada di daerah wabah , ujar Prof. Retno.

Tak kalah penting adalah stres pada tubuh yang berkaitan dengan lingkungan , cuaca , makan yang tidak teratur , kurang istirahat. Stres pada tubuh tersebut akan menekan kemampuan individu untuk melawan infeksi virus , tandas Prof. Retno.

Prof. Retno mengingatkan bila ada gejala klinis seperti panas , sesak napas , gangguan respirasi atau pernapasan , gangguan pencernaan atau diare , dan batuk , maka individu tersebut patut diduga mengalami MERS-CoV dan harus segera mendapatkan perawatan yang intensif.

Mereka yang rentan kena terutama adalah orang yang merawat pasien dan mereka yang sebelumnya telah menderita gangguan pernapasan sehingga imunitasnya rendah , beber Prof. Retno.

Sampai saat ini , belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan virus-virus mematikan tersebut. Karena itu , pengobatan yang ada masih bersifat suportif dan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala , yang tergantung dari masing-masing kondisi pasien.

Pengobatan yang bersifat spesifik memang belum ada. Kita hanya bisa melakukan pencegahan dengan menghindari kontak erat dengan orang yang sakit saluran pernapasan , menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan sabun , dan menerapkan etika saat batuk , pesan Prof. Tjandra.

Kendati demikian , pihaknya menyatakan bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan siap sedia menerima sampel selama 24 jam untuk memeriksa dugaan terhadap MERS-CoV.

Sementara itu , tetap jaga kesehatan , ya.

Sumber : Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama , Sp.P(K) ,DTM&H , MARS dan Prof. Dr. Drh. Retno D. Ismaun , MS
0
1.1K
6
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Health
Health
icon
24.6KThread9.8KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.