Kepanikan dihadapi keluarga penumpang pesawat Malaysia Airlines MH-370 yang terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China hari Sabtu. Pesawat yang seharusnya mendarat pukul 06.30 waktu Beijing, hingga kini belum jelas keberadaannya.

Pesawat hilang kontak sekitar pukul 02.40 waktu setempat atau dua jam setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Perkiraan sementara pesawat putus kontak saat berada di wilayah udara Vietnam.

Informasi mengenai keberadaan pesawat masih simpang siur. Pejabat Angkatan Laut Vietnam menyampaikan bahwa pesawat Malaysia Airlines jatuh di laut di selatan Pulau Phu Quoc. Namun hingga kini belum ditemukan bagian pecahan pesawat kalau memang pesawat itu jatuh di laut.

Pihak Malaysia Airlines mengerahkan tim pencari dan penyelamat (SAR) untuk mencari keberadaan pesawat. Pemerintah China juga mengerahkan kapal Angkatan Laut untuk ikut membantu melakukan pencarian pesawat.

Pesawat Malaysia Airlines membawa 227 penumpang, di mana dua di antaranya bayi, serta 12 awak pesawat. Di antara 227 penumpang tersebut 12 orang adalah warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke Beijing. Kebanyakan penumpang berkewarganegaraan China yang jumlahnya mencapai 154 orang.

Tidak usah heran apabila kepanikan terutama terjadi di Bandara Beijing. Keluarga para penumpang menanti dengan perasaan waswas akan nasib sanak keluarga mereka. Beberapa bahkan menangis histeris karena khawatir akan keadaan terburuk yang harus dialami.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menyatakan keprihatinannya atas musibah yang dialami pesawat Malaysia Airlines. Sebagai marsekal Angkatan Udara, Djoko Suyanto pasti tahu kondisi terburuk ketika sebuah pesawat tiba-tiba hilang secara misterius.

Para pengamat penerbangan tidak bisa menjelaskan, mengapa pesawat Boeing 777-200 itu bisa tiba-tiba menghilang. Apalagi peristiwa itu terjadi pada tahapan yang dalam dunia penerbangan dikatakan "periode aman".

Dua jam setelah lepas landas dalam dunia penerbangan dikatakan sebagai periode "menjelajah" atau "cruise". Pada periode itu pesawat dikatakan aman karena sudah melewati tahapan lepas landas (take off) dan mendaki (climbing).

Pada periode "cruise" biasanya pilot menggunakan sistem "autopilot". Dengan sistem itu pilot dan ko-pilot hanya tinggal mengontrol perangkat yang ada di kokpit, untuk sesekali melakukan penyesuaian kecil apabila diperlukan.

Pesawat Boeing 777-200 yang dimiliki Malaysia Airlines sudah terbang selama 11 tahun. Selama ini pesawat itu tidak pernah mengalami gangguan yang berarti. Boeing 777-200 dikelompokkan sebagai pesawat yang bisa dipercaya keandalannya.

Memang bisa saja pesawat mengalami gangguan pada mesin. Namun dalam kondisi darurat seharusnya pesawat menyampaikan informasi kepada pengawas bandara terdekat. Ketika peristiwa terjadi Sabtu dini hari itu tidak ada informasi apa pun dari pesawat Malaysia Airlines tersebut.

Inilah yang menimbulkan tanda tanya dari keberadaan pesawat Malaysia Airlines MH-370. Kalau pesawat meledak di udara, tidak ada yang mendengar suara ledakan dan tidak ada bekas pecahan pesawat yang ditemukan di daratan ataupun di laut.

Sekarang ini kita tidak bisa mengambil kesimpulan apa pun atas hilangnya pesawat Malaysia Airlines. Kita berharap agar tim SAR bisa menemukan sesuatu yang bisa memastikan keberadaan pesawat yang nahas tersebut.

Tentunya kita mendoakan hal terbaik. Terutama keluarga para penumpang dan awak pesawat diberikan kekuatan untuk menunggu datangnya kepastian. Musibah memang kadang datang di waktu yang tidak pernah kita bisa menduga.