gwdanloAvatar border
TS
gwdanlo
Kisah Ikan "Dewa" di Cibulan Kuningan Jawa Barat


HARI menjelang sore, petugas mulai membereskan fasilitas objek wisata (OW) Cibulan di Kab. Kuningan. Namun sejumlah pengunjung masih penasaran dengan ikan kancra bodas yang oleh masyarakat setempat disebut ikan dewa, yang hidup di Kolam Cibulan. Bening dan jernihnya air kolam terus menggoda pengunjung untuk memasuki kolam dan bercengkerama dengan ikan dewa.

Anak-anak kecil dengan bertelanjang dada tak henti-hentinya berteriak kepada sejumlah pengunjung agar melemparkan uang logam ke kolam. Sejenak tersirat muncul pertanyaan, untuk apa mereka meminta pengunjung melemparkan uang logam ke kolam, terutama pada kolam nomor tiga yang mempunyai kedalaman sekitar 2 meter. Rupanya ini menjadi atraksi tersendiri. Anak-anak itu akan mengambil uang logam dengan cara menyelam ke dasar kolam. Sayang, sore itu tak ada satu pun pengunjung yang melemparkan uang logam ke kolam. Jadinya tak ada atraksi mengasyikkan yang dilihat. Anak-anak itu pun terlihat menggigil kedinginan. Apalagi hari menjelang sore dan kabut dari Gunung Ceremai mulai turun menyelimuti OW Cibulan.

Spoiler for kolam:


Sementara di kolam dekat sumber mata air, sejumlah pengunjung tengah asyik menikmati terapi ikan dewan. Mereka hanya memasukkan kakinya hingga sebatas lutut ke dalam air. Serta merta ratusan ikan dewa mengerubuti kaki mereka. Wajah mereka terlihat lucu, antara ngeri dan geli sehingga yang terlihat kelucuan. Mereka tampak merem melek menahan geli.
Spoiler for ikan:


Objek wisata Cibulan merupakan salah satu objek wisata tertua di Kuningan. Objek wisata ini diresmikan pada 27 Agustus 1939 oleh Bupati Kuningan saat itu, yaitu R.A.A. Mohamand Achmad.

Selain di Cibulan, terdapat tiga tempat rekreasi sejenis di Kuningan, yaitu Kolam Linggarjati di kompleks Taman Linggarjati Indah, Kecamatan Cilimus; Kolam Cigugur, di Kecamatan Cigugur; dan Kolam Darma Loka di Kecamatan Darma.

Sayangnya, komersialisasi di OW Cibulan ini terlihat begitu nyata. Terutama saat kita memasuki objek keramat tujuh sumur mata air Cibulan yang konon menurut cerita masyarakat setempat merupakan peninggalan Prabu Siliwangi. Tujuh mata air ini berbentuk kolam kecil yang masing-masing mempunyai nama tersendiri, yaitu Sumur Kejayaan, Sumur Kemulyaan, Sumur Pengabulan, Sumur Cirancana, Sumur Cisadane, Sumur Kemudahan, dan Sumur Keselamatan. Di antara ketujuh sumur itu, konon ada salah satu sumur yang berisi kepiting emas, yaitu Sumur Cirancana. Apabila ada orang yang sedang mujur dan dapat melihat wujud dari kepiting emas itu maka segala keinginannya akan terkabul.

Tujuh mata air itu terletak mengelilingi sebuah petilasan yang konon juga merupakan petilasan Prabu Siliwangi ketika beristirahat sekembalinya dari Perang Bubat. Selain itu, tempat itu dijadikan sebagai tempat tapa brata Prabu Siliwangi. Petilasan ini berupa susunan batu seperti menhir dan dua patung harimau loreng (lambang kebesaran Raja Agung Pajajaran). Tujuh sumur dan petilasan Prabu Siliwangi ini sering dikunjungi orang untuk berziarah, terutama pada malam Jumat Kliwon atau selama bulan Maulud dalam penanggalan Hijriah. Selain itu mereka sering membawa air dari tujuh sumur dengan jeriken yang disediakan penjaga (dibeli). Mereka percaya bahwa air di tempat itu akan membawa berkah dan dapat mengabulkan permohonan mereka.
Spoiler for salah satu sumur:


Objek keramat ini begitu asri dan bersih, karena selalu dibersihkan oleh penjaga sumur dan batu pangcalikan. Memang setiap sumur dijaga oleh satu orang penjaga, begitu pun dengan batu pangcalikan dijaga beberapa orang.

Komersialisasi berlebihan

Sayang pengunjung yang datang ke lokasi ini harus siap-siap merogoh kocek dalam-dalam. Pasalnya, setiap kali Anda memasuki sumur pertama hingga ketujuh untuk sekadar membasuh muka atau mandi sekalipun, Anda diharuskan menyimpan sejumlah uang seikhlasnya oleh penjaga. Jangankan untuk membasuh muka atau mandi, saat mengambil gambar untuk dokumentasi, Anda pun tetap harus menyimpan uang di setiap sumur. Belum lagi si guide yang mulai dari pintu masuk sudah nyerocos tentang maunat dan kegunaan ketujuh sumur tanpa tahu sejarahnya dan khasiatnya. Setelah beres mengunjungi tujuh sumur keramat dan saat Anda akan keluar kompleks, Anda pun akan ditagih uang seikhlasnya oleh guide dengan setengah memaksa. Katanya untuk kesejahteraan penjaga sumur dan batu pangcalikan.

Apa yang dilakukan para penjaga tujuh sumur keramat dan batu pangcalikan, ternyata membuat risi dan kesal pengunjung. Seperti yang dirasakan Tries, salah seorang pengunjung asal Bandung. Dia mengaku tidak respek begitu memasuki kompleks tujuh sumur keramat dan batu pangcalikan. Sekalipun diminta seikhlasnya, namun karena dilakukan dengan setengah memaksa, membuat dirinya berpikir dua kali untuk merasakan segarnya air dari tujur sumur keramat peninggalan Prabu Siliwangi.

"Saya datang ke sini hanya ingin tahu tujuh sumur keramat dan batu pangcalikan Prabu Siliwangi. Eh, tahunya, saya harus menyimpan sejumlah uang seikhlasnya. Bukan tidak ikhlas, tapi 'kan harus menyimpan uang oleh penjaganya dengan setengah memaksa, ini yang jadi masalah," sungutnya.

Komersialisasi juga terlihat di kolam utama. Ini dilakukan anak-anak warga setempat yang meminta pengunjung melemparkan uang logam ke kolam. "Kalau tidak ada uang logam, uang kertas pun tidak masalah," ujarnya anak-anak itu setengah memaksa kepada pengunjung.

Tentunya hal ini harus menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Kuningan sebagai pengelola OW Cibulan. Kalau hal ini dibiarkan bukan tidak mungkin OW Cibulan dicoret dari daftar kunjungan wisatawan.

Para wisatawan merasa jengah dan kapok terhadap perlakuan penjaga tujuh sumur dan batu pangcalikan, serta anak-anak. Kedatangan mereka, bukan hanya sekadar mandi bersama ikan dewa, tetapi juga ziarah dan untuk mengetahui situs peninggalan Prabu Siliwangi yang merupakan raja termahsyur pada zaman Pajajaran (Raja Sunda). Apalagi tujuh sumur keramat dan batu pangcalikan merupakan tempat suci yang digunakan Prabu Siliwangi untuk bertapa meminta pentunjuk dari Hyang Widhi. Tetapi sayang kesucian tempat itu dikotori oleh masyarakat yang tidak tahu sejarah dan hanya mementingkan diri sendiri.

Seharusnya, oleh Pemkab Kuningan kunjungan ke tujuh sumur keramat dan batu pangcalikan ini dijadikan satu paket. Sehingga pengunjung bukan hanya mendapat kesegaran dan pengalaman mandi bersama ikan dewa, tapi juga mendapat pengetahuan tentang nenek moyang orang Sunda, yakni Prabu Siliwangi.

Kondisi kolam

Di dalam objek wisata ini terdapat dua kolam besar yang berbentuk persegi panjang. Kolam pertama berukuran 35 x 15 meter persegi dengan kedalaman sekitar 2 meter. Sedangkan kolam kedua berukuran 45 x 15 meter persegi yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berkedalaman 60 cm dan bagian kedua berkedalaman 120 cm. Kedua kolam ini selalu dikuras sekali dalam dua minggu atau bisa lebih. Hal itu bergantung kebersihan air. Setiap kolam dihuni puluhan ikan berwarna abu-abu kehitaman dan disebut sebagai kancra bodas atau ikan dewa (Cyprinus carpico). Ukurannya berbagai macam, mulai dari yang panjangnya 20 cm hingga 1 meter. Ikan dewa adalah sejenis ikan yang dikeramatkan oleh penduduk di sekitar wilayah Desa Manis Kidul karena dipercaya mempunyai keistimewaan tertentu.

Meski semua kolam itu dihuni puluhan ikan kancra bodas atau ikan dewa, kolam-kolam di Cibulan dibuka sebagai kolam pemandian umum.

Ikan kancara putih disebut juga ikan kramat. Pengunjung bisa mandi di kolam dan "bercanda" dengan ikan-ikan tersebut. Pengunjung bisa juga diabadikan dengan cara mengangkat ikan beberapa saat. Ada sepuluh ekor yang bisa diangkat ke permukaan karena sering dipijat-pijat dan dielus-elus. Bahkan ikan dewa ini bisa diangkat dan difoto bersama pengunjung.

Tempat rekreasi ini dilengkapi pula dengan fasilitas khas tempat pemandian, seperti tempat ganti pakaian, 6 buah kamar kecil, dan 2 buah kamar mandi untuk tempat bilas seusai berenang.

Relatif mudah untuk menjangkau tempat ini, karena terletak di tepi jalan provinsi, antara Kuningan - Cirebon di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Jarak dari Kota Kabupaten Kuningan kurang lebih 7 km ke arah utara, dan terletak pada ketinggian 550 m di atas permukaan air laut.

Air di Cibulan selalu bersih, bening, sejuk, dan melimpah, meskipun pada musim kemarau panjang. Itulah sebabnya, selain sebagai tempat rekreasi, Cibulan juga dijadikan sebagai sumber air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kuningan dan dimanfaatkan Pertamina untuk memasok kebutuhan air bersih di dua kompleks miliknya, yaitu Padang Golf Ciperna di Kota Cirebon dan kantor Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH JBB) di Klayan, Kabupaten Cirebon.

Sejarah

Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Manis Kidul dan masyarakat Kuningan pada umumnya, ikan dewa yang ada di Kolam Cibulan ini konon dulunya adalah prajurit-prajurit yang membangkang atau tidak setia pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Singkat cerita, prajurit-prajurit pembangkang tersebut kemudian dikutuk oleh Prabu Siliwangi sehingga menjadi ikan. Konon ikan-ikan dewa ini dari dulu hingga sekarang jumlahnya tidak berkurang maupun bertambah. Apabila kolam dikuras, ikan-ikan ini akan hilang entah ke mana, namun saat kolam diisi air, mereka akan kembali lagi dengan jumlah seperti semula. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda itu sampai saat ini tidak ada yang berani mengambil ikan ini karena ada kepercayaan bahwa barang siapa yang berani mengganggu ikan-ikan tersebut akan mendapat kemalangan.

Ikan dewa adalah sejenis ikan yang dikeramatkan oleh penduduk di sekitar wilayah Desa Manis Kidul dan sekitarnya. Bahkan di sekitar wilayah Kuningan, ikan ini dipercaya sebagai ikan istimewa yang membawa berkah bagi siapa pun yang dapat menyentuhnya.

Belakangan ini, legenda tersebut terus tersebar dari mulut ke mulut hingga masyarakat di berbagai daerah. Mereka pun berdatangan ke Kuningan untuk melihat ikan dewa, baik untuk melihat ataupun tujuan lainnya. Banyak legenda tentang asal-muasal ikan ini, seperti dikatakan Pak Mamat, salah satu petugas penyewaan ban yang sudah bertahun-tahun ada di Cibulan. "Dulu kala ketika Prabu Siliwangi masih hidup, beliau memerintah dengan adil dan bijaksana, sehingga hampir semua prajurit dan kawulanya tunduk dan hormat pada Sang Prabu," katanya.

Sumber
Spoiler for sumber:


0
84.8K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.