Ane juga mengikuti kejuaraan itu, tetapi sudah pulang ke Jakarta lebih dulu karena sudah kalah. Berdasarkan cerita teman ane yang ada disana sewaktu kejadian, Prayoga sedang bersiap-siap untuk melakukan ritten-serve, kemudian terjatuh. Semua berpikir bahwa Yoga hanya mengalami kram biasa, tetapi kemudian Yoga muntah dan disusul dengan kejang-kejang. Tim medis pun membawa Yoga kerumah sakit terdekat, tetapi nyawanya sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Sebelum bertanding, kondisi kesehatan Yoga dapat dibilang baik, tetapi dia sempat mengeluh pada temannya bahwa dadanya sakit.

Jenazahnya diantar ke rumah duka di Pondok Cabe, Jakarta, diiringi oleh teman-teman Yoga dari Diklat Ragunan. Ane pertama kali mendengar berita kepergian Prayoga dari teman ane. Ane pun bersiap siap menuju rumah duka di Pondok Cabe bersama keluarga dan teman ane. Isak tangis mewarnai rumah duka, keluarga dan teman-teman yoga tidak kuasa menahan tangis melihat jenazah Prayoga. Jenazah Yoga disambut oleh banyak orang dari kalangan petenis, beberapa pengurus PELTI pun turut hadir mengiringi kepergian Yoga untuk selama-lamanya. Lawan terakhir sekaligus sahabat dari Prayoga, Bryan Husin, terlihat sangat terpukul oleh kepergian Yoga. Prayoga dimakamkan di TPU Pondok Cabe. Ayah Prayoga, Achmadi, berpesan kepada seluruh rekan seperjuangan Prayoga agar terus melanjutkan cita-cita dan perjuangan Yoga.

Beberapa pemain membicarakan tentang isyarat kepergian Prayoga. Prayoga menyebutkan keinginan terakhirnya di twitter beberapa hari sebelum kepergiannya
Isyarat lainnya adalah username yang Prayoga pakai, yaitu @prayogaaa19 yang sama dengan tanggal kepergiannya