makassarcyberAvatar border
TS
makassarcyber
Ini dia gan musuh utama google Cekidot!!!
Spoiler for Musuh:


Di banyak negara, Google adalah rajanya mesin pencari informasi lewat Internet. Namun, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat itu tidak bisa menguasai China, negeri dengan pengguna Internet terbanyak di dunia.

Baidu (www.baidu.com) merupakan penguasa Tiongkok. Didirikan pada 18 Januari 2000 oleh Robin Li dan Eic Xu, publik setempat mengenal Baidu sebagai "Google"-nya China. Tidak hanya sebagai laman pencari informasi dalam bahasa mandarin, Baidu pun menyediakan berbagai layanan, mulai dari musik, film, peta pencari dengan menyimpan lebih dari 740 juta web page, 80 juta gambar dan 10 juta data multimedia.

Kalangan media massa internasional pun yakin bahwa Baidu kini sudah menguasai 80 persen pasar teknologi informasi di China, yang memiliki lebih dari 500 juta pengguna Internet. Tak heran bila Baidu merasa tak perlu repot, apalagi harus khawatir, bersaing dengan Google di bisnis laman pencari lewat Internet.

"Kami tidak ambil pusing dengan dominasi Google di level internasional. Mereka punya pasar sendiri, Baidu pun menguasai pasar sendiri. Di China saja ada ratusan juta pengguna Internet dan itu belum semuanya kami sentuh," kata Kaiser Kuo, Direktur Komunikasi Internasional Baidu.

Menurut data dari lembaga riset Analysys International, seperti dikutip kantor berita Reuters, jumlah pengguna internet aktif di China akan meningkat dari 521 juta orang (data dari 2012) menjadi 749 juta orang pada 2014. Pundi-pundi yang dihasilkan pasar Internet di Negeri Tembok Besar itu pun otomatis akan bertambah, dari 150 miliar yuan (sekitar Rp271,5 triliun) pada 2012 menjadi 300 miliar yuan (sekitar Rp543 triliun)

Itulah sebabnya Kuo antusias menjelaskan secara panjang lebar mengenai bisnis besar Baidu, termasuk rencana strategis untuk memperluas ekspansi bisnis ke Indonesia di masa depan. Berlangsung di kantor pusat Baidu, yang terletak di distrik Haidian, Beijing, Kuo akhir September lalu berbincang dengan VIVAnews bersama dengan sesama delegasi jurnalis ASEAN. Berikut petikan wawancara dengan Kuo:

Apa yang membuat Baidu merajai layanan pencari informasi lewat Internet di China hanya dalam kurun beberapa tahun?

Satu kata kunci, fokus. Kami tidak percaya dengan prinsip "satu ukuran bisa cocok untuk semua." Perusahaan-perusahaan lain begitu berambisi untuk langsung cocok di banyak negara dan tempat. Tapi, kami selama beberapa tahun pertama cukup terfokus pada satu pasar, yaitu China.

Untuk pasar di China, kami benar-benar harus menguasai secara spesifik apa yang kami tawarkan yang sesuai dengan kondisi budaya setempat. China saja, bagi kami, sudah merupakan pasar yang sangat besar.

Di China begitu banyak orang sudah memiliki akses ke Internet dan mereka tidak sekadar berselancar cari informasi namun juga berinteraksi dan berbisnis di dunia maya. Di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen, 70 persen populasinya sudah punya akses ke Internet.

Namun ada faktor kunci di mana selama ini perusahaan-perusahaan Internet termasuk Google dan juga perusahaan-perusahaan Jepang dan Korea kurang sukses bermain di pasar China, yaitu bahasa setempat.

Dalam Bahasa Mandarin tidak dikenal spasi di antara kata-kata. Ini menjadi tantangan utama bagi penyedia jasa pencari informasi di Internet.

Lalu ini juga terkait dengan masalah semantik. Bahasa Mandarin punya makna kata yang rumit dan masalah ini belum mampu dipecahkan oleh banyak mesin pencari di Internet.

Selain itu, pada masalah indexing, bahasa Mandarin harus punya pengaturan khusus. Itulah yang kami miliki pada fitur pencari dan ensiklopedia Baidu.

Jadi kuncinya di sini adalah bagaimana bisa memahami secara spesifik pasar lokal dalam menawarkan produk. Apalagi konsumen di China makin banyak yang punya gadget yang semakin canggih makin melek teknologi sehingga mereka makin banyak menuntut kualitas yang lebih bagus.

Beberapa waktu lalu Pemerintah China berkonflik dengan Google sehingga mempengaruhi operasional mereka di sini. Apakah Baidu dan perusahaan-perusahaan lokalnya mengambil keuntungan dari konflik itu?

Saya rasa klaim itu tidak benar, yaitu masalah dengan Google seolah-olah merupakan cara pemerintah China untuk memproteksi pelaku usaha dalam negeri. Pemerintah China setahu saya tidak ingin memblokir laman-laman Internet kecuali yang terkait dengan masalah politik.

Bila melihat Twitter, Facebook, YouTube, maupun Google, - bahkan, sebelum mereka diblokir di sini - tidak ada satu pun yang menempati posisi atas di pasar China.

Sebelum diblokir, Facebook hanya di peringkat tujuh dan Twitter pun tertinggal jauh dari laman blog mikro China. YouTube pun hanya menempati peringkat delapan dari laman video terpopuler di China.

Jadi terkesan tidak adil sampai muncul klaim bahwa perusahaan-perusahaan Internet Amerika tidak bisa berkembang karena sengaja dihalang-halangi pemerintah China, tapi memang nyatanya mereka sulit menguasai pasar lokal.

Bahkan, ada juga perusahaan jasa Internet asing edisi bahasa mandarin yang sukses berkiprah di China karena mereka memang bisa memenuhi kebutuhan pasar setempat.

Spoiler for musuh bebuyutan:


Spoiler for Sumur:


Ts mengharapkan emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Ngakak
Diubah oleh makassarcyber 14-11-2013 00:20
0
4.3K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.