Sebagaimana kita sadari dan pahami bahwa negeri kita tercinta, Indonesia Raya, Nusantara Jaya memiliki prinsip berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu prinsip yang tercetus oleh para leluhur bangsa ini. Namun, apakah sudah kita pahami betul makna daripada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esayang dimaksud?

Apakah yang mendasari kita harus berketuhanan? Kenapa harus berkeTuhan Yang Maha Esa? Apa maksud dari “Yang Maha Esa” itu sendiri?

Sebelum melangkah dalam pemahaman Berketuhanan Yang Maha Esa, kita mulai dulu dengan pemahaman Tuhan itu sendiri, apa itu Tuhan? Kemudian, Tuhan yang seperti apa yang harus kita yakini?.

Kenapa ini Penting? Ya, karena sudah menjadi suatu hukum di alam, manakala manusia itu mencintai dengan sepenuh hatinya adalah karena manusia itu sudah benar-benar mengerti karakter yang dicintainya, baik luar maupun apa yang di dalamnya, juga karena manusia ini adalah Makhluk yang berakal, yang bergerak atas dasar ilmu. Jadi manakala manusia itu mencintai itu atas dasar Ilmunya, bukan atas dasar ikut-ikutan ataupun cinta BUTA, kebahagian ujungnya.

Inilah pemahaman utama yang harus kita miliki untuk dapat benar-benar berTuhan. Tuhan yang satu yakni Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada lagi Tuhan-tuhan yang lain selain Tuhan Yang Maha Esa.

Menjadikan Tuhan Yang Maha Esa adalah:
1. Menjadikan Tuhan Sebagai Pengatur
2. Menjadikan Tuhan sebagai Penguasa, dan
3. Menjadikan Tuhan sebagai yang ditaati.

Ketiga prinsip dasar itulah yang harus kita gali untuk menjadikan diri kita berTuhan. Jadi sudahkah bangsa di dunia ini umumnya dan bangsa Indonesia ini khususnya serta pribadi kita lebih khususnya sudah berTuhan?
Secara pribadi saya mengatakan BELUM.

Apa buktinya??



ATAU YANG INI...........



Jawab dengan akal :
Apakah itu Aturan Tuhan yang ditegakkan?

atau Aturan siapakah itu?
Kenapa aturan itu bisa ada?

Sekali lagi saya tegaskan, aturan siapakah yang ditegakkan? Jawabnya adalah Manusia, ya itu adalah aturan Manusia yang jauh dari aturan Tuhan.

Berarti mau tidak mau, suka tidak suka kekuasaan yang berkuasa saat ini adalah kuasa Manusia bukan kuasa Tuhan, karena aturan yang dipergunakan adalah aturan manusia. Dan lebih parahnya lagi, yang ditaati juga manusia, analogi manusia diatur manusia, manusia dikuasai oleh manusia dan manusia menaati manusia adalah esensi dari pada PERBUDAKAN.

Inilah kedudukan dan kondisi kita sekarang, tidak lebihnya manusia yang hidup jamannya Nabi Musa yang diperbudak oleh fir’aun dengan hukumnya yang tidak beradab.

Inilah ajaran Tuhan disetiap jaman/ umat manusia : JANGAN ADA TUHAN-TUHAN LAIN SELAIN DARIPADA TUHAN YANG MAHA ESA, JANGAN ADALAGI ATURAN-ATURAN LAIN SELAIN ATURAN TUHAN YANG MAHA ESA? atau kalo dalam redaksi bahasa Arab La Illaha Illalloh

Itulah Esensi dari KETUHANAN YANG MAHA ESA.
Sudahkah kita mengarah kepada perjuangan untuk mentegakkan prinsip dasar sila pertama KETUHANAN YANG MAHA ESA?

Ataukah masih asik dengan KONDISI yang “seolah-olah Berketuhanan Yang Maha Esa” ini?

Atau kalau diperkenankan boleh saya kutip dan saya katakan:
Wahai, orang-orang Munafik. Benarlah apa yang sudah dikatakan oleh leluhur-leluhur manusia disetiap umatnya tentang kita:

Bangsa ini memuliakan Tuhan dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada prinsip itu. Percuma beribadah sedangkan aturan-aturan yang dijalankan adalah aturan-aturan manusia yang sudah jelas akhir deritanya.


Sekian sepenggal Kupasan esensi sila pertama Pancasila. Apabila ada kata-kata yang tidak berkenan kami haturkan beribu maaf, kami sebagai salah satu cikal bangsa hanya ingin kembali kepada Tuhan dengan sebenar-benarnya, kembali dalam artian pengabdian di dunia secara benar adanya, sesuai dengan tujuan awal penciptaan kita.

Kemudian jika diperkenankan nantinya kami kupas juga esensi sila kedua pancasila, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

SEKIAN GAN...semoga bisa jadi pencerahan, sekali ane minta maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenan.