Quote:Original Posted By abu.fawas. ►
Yap nampaknya saya mulai mengerti maksud kamu dengan rencana bercabang.
Kembali ke doa :
Kita ambil contoh di dunia realita, saya pernah bersaing untuk memperebutkan suatu proyek dan proyek itu akhirnya dapat saya rebut.
Nah di tahap ini saya tidak memerlukan doa untuk mendapatkannya, hanya usaha dan tetek bengek lainnya,, sedangkan saingan saya katakanlah orang yg sama berusahanya dengan saya+disertai dengan doa kepada tuhannya, tetapi dia tetap gagal dan saya berhasil (mungkin faktor x nya saya lebih berpengalaman sedikit)
Nah dalam kasus ini dimana letak doa itu?
Saya dan dia sama2 berharap dan berusaha, bedanya saya tidak berdoa dan hanya berusaha dan dia berusaha disertai doa.
____________________________________________
Metode kandang kosong tidak bodoh sebenarnya kalau memang tuhan itu ada..
Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk menyelidiki, membuktikan, menguji kepercayaan yg dimilikinya
Ok, kamu mulai paham dengan rencana bercabang, tapi masih salah paham tentang doa.
Cara kerja doa bukan kita minta "X" lalu diberi "X"
Doa sejatinya merupakan bentuk pengharapan, berserah diri, seorang hamba kepada penciptanya yang dilakukan dengan ikhlas, percaya, sunguh-sungguh agar jalan yang terbaiklah yang diberikan kepadanya (ketika usaha terbaik sudah dilakukan).
Karenanya doa yang sebenar-benarnya doa bukanlah meminta "X, "Y", "Z" atau yang lainnya, tetapi minta diberikan mana yang terbaik diantara "X", "Y", "Z" atau yang lainnya.
Jadi doa sejatinya adalah : "Permintaan (yg dilakukan dengan cara yang benar) agar jalan yang diberikan (diantara percabangan rencana yang sudah ada), adalah jalan yang terbaik"
Dihubungkan dengan contoh kasus kamu soal usaha, doa dan keberhasilan, coba logika berpikirnya begini :
Kamu : [Usaha + Pengalaman] - Doa ==> Tujuan Tercapai (Berhasil Merebut Projek)
Saingan : [Usaha] + Doa ==> Tujuan Tidak Tercapai (Tidak Berhasil Merebut Projek)
Anggaplah usaha yang telah dilakukan keduanya adalah usaha terbaik yang bisa dilakukan.
Kita gabungkan pola tsb dengan cara kerja doa yang sudah saya tulis diatas, maka akan ada berbagai kemungkinan :
(1) [Tujuan Tercapai] sebenarnya adalah [jalan yang terbaik bagi saingan kamu]
Maka kemungkinannya adalah Doa tidak dilakukan dengan benar (tidak ikhlas, tidak percaya, tidak sungguh2 dll).
Disini jelas saingan kamu doanya tidak dikabulkan, atau sama saja dengan tidak berdoa.
Tentu saja dengan modal [Usaha+Pengalaman], posisimu lebih unggul dalam mencapai "tujuan"
(2) [Tujuan Tercapai] sebenarnya adalah [BUKAN jalan terbaik bagi saingan kamu]
Maka kemungkinannya adalah Doa dilakukan dengan benar (ikhlas, percaya, sungguh2 dll).
Disini jelas saingan kamu sebenarnya Doa-nya DIKABULKAN, karena dia tidak diberikan [Tujuan Tercapai] yang bukan merupakan jalan terbaiknya (lihat cara kerja doa).
Seandainya dia tidak berdoa misalnya...bisa saja ada kemungkinan faktor-X lain, yang menjadikan dia berhasil mencapai Tujuan, yang mana itu adalah bukan jalan terbaiknya.
Jadi kelihatan jelas dimana peran doa yg sifatnya aktif dan bukan pasif bukan?
Masalahnya adalah, kita gak selalu benar-benar tahu "seperti apa sebenarnya jalan/rencana yang terbaik untuk kita", karena kita bukan pembuat jalan/rencana itu.
-----------------
Disamping itu juga, kalau dilihat secara psikologis, doa yang dilakukan secara benar akan menjadi pemicu seseorang untuk mengaktualisasikan potensi dirinya dalam bentuk usaha mencapai tujuan.
Jadi bisa jadi hasil yang di dapat saingan mu itu adalah dari usaha yang terbaik berkat paket [usaha+doa].
Maksudnya jika dia hanya melakukan usaha saja tanpa doa, mungkin usaha yang dilakukan bukan yang terbaik, karena motivasinya tidak maksimal.
Dan mungkin saja hasilnya bisa lebih buruk dari sekedar tidak mendapat projek.
------------------
Memang sifat manusia untuk menyelidiki dan mencari tahu...tapi jika menyadari bahwa ciptaan lah yang tunduk kepada Penciptanya (bukan sebaliknya), maka seharusnya sadar bahwa metode tsb adalah sia2.
Banyak hal lain yang bisa manusia lakukan dengan akal pikirannya untuk mengetahui keberadaan Tuhan, tanpa harus pembuktian "langsung" seperti itu.
"Kita bisa tahu bukit gamping dulunya berada di laut dangkal tanpa harus 'menenggelamkannya' terlebih dahulu"