• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • LETUSAN GUNUNG API YANG LEBIH DAHSYAT DARI PADA TAMBORA DAN KRAKATAU

393nAvatar border
TS
393n
LETUSAN GUNUNG API YANG LEBIH DAHSYAT DARI PADA TAMBORA DAN KRAKATAU
LETUSAN TERBESAR PADA ABAD 13
GUNUNG SAMALAS (LOMBOK)
TAHUN 1257

Selama ini letusan dan erupsi gunung Krakatau dan gunung Tambora dianggap paling dahsyat di Indonesia, ternyata ada satu gunung lagi yang mengalahkan keduanya.

Sekitar tanggal 05 April 1815, gunung Tambora meletus dan mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia. Bahkan letusannya juga melahirkan gelombang tsunami besar di kala itu.

Setelah Tambora, pada tanggal 27 Agustus 1883, gunung Krakatau meletus dengan hebat. Bahkan awan abunya sempat menutupi hampir seperempat bagian dari bumi.

Selain keduanya, menurut para peneliti, ternyata sekitar tahun 1257 ada gunung berapi lain di Indonesia yang juga meletus dengan dahsyat. Gunung yang bernama Samalas di Lombok ini dituding sebagai penyebab perubahan iklim mendadak di abad pertengahan untuk wilayah Eropa dan sekitarnya.

Bahkan jejak abu dan beberapa serpihan kimianya, dapat ditemukan di es baik yang berada di Kutub Utara maupun di Kutub Selatan. Karena letusan tersebut, selain membuat banyak orang yang meninggal, suhu kala itu turun drastis dan banyak petani yang mengalami gagal panen.

Profesor Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris, mengungkapkan bahwa sekarang ini struktur gunung Samalas sudah hampir tidak bersisa karena ledakannya yang diperkirakan dapat mencapai tinggi 40 km ke udara.

Bahkan karena besarnya erupsi dan letusannya, gunung Samalas sendiri akhirnya runtuh dan menciptakan sebuah kaldera yang sekarang diberi nama Segara Anak. Dan, diperkirakan letusan gunung satu ini lebih dahsyat dibandingkan dengan Tambora dan Krakatau.

Sebelumnya, para peneliti lain mengatakan bahwa terjadi perubahan iklim mendadak dikarenakan letusan gunung api Okataina di Selandia Baru dan El CHichon di Meksiko, namun bukti lain menyebutkan bahwa Samalas yang menjadi kandidat kuat sebagai 'pelakunya.'

Buktinya sangat kuat dan menarik," kata Clive, seperti dikutip BBC (01/10). Selain menjadi 'pelaku' berubahnya iklim secara mendadak di sebagian wilayah di planet ini, letusan dan erupsi Samalas juga dikait-kaitkan dengan sejarah lokal yaitu jatuhnya Kerajaan Lombok sekitar abad 13.

Bukti lain, seperti yang dituliskan di National Geographic (01/10), adalah terdapatnya teks dalam bahasa Jawa, Babad Lombok, yang menceritakan sebuah erupsi besar dari gunung api raksasa bernama Samalas yang akhirnya menciptakan sebuah kaldera.

Jadi apabila penelitian ini benar, maka ada 4 gunung api dengan letusan dan erupsi maha dahsyat, yaitu Krakatau, Toba, Tambora dan Samalas.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di Proceeding od the National Academy of Sciences, Senin (30/9/2013), mengungkap bahwa Gunung Samalas bertanggung jawab atas erupsi misterius pada abad ke-13, memicu musim panas dingin dan gagal panen.

Berdasarkan publikasi itu, Samalas yang dahulu merupakan tetangga Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat diperkirakan meletus antara Mei hingga Oktober tahun 1257. Letusan mencapai skala 7. Sebagai perbandingan, letusan Merapi tahun 2010 mencapai skala 4.

Dalam letusan, Samalas melontarkan materi batuan hingga 40 kilometer kubik, sementara kolom erupsi terbentuk hingga ketinggian 43 km. Debris letusan mencapai kutub yang kemudian memungkinkan ilmuwan menyimpulkan bahwa Samalas-lah yang berperan.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan bahwa hasil penelitian ini menambah "daftar buruk" perilaku gunung api di Indonesia dan juga memasukkan Samalas dalam katalog letusan besar gunung api dunia.

Indonesia selama ini sudah dikenal dengan letusan besar. Dari Toba, Tambora, hingga Krakatau. Dan, kalau dilihat dalam skala geologi, letusan-letusan di Indonesia itu sangat recent.

Bagaimana bila letusan Samalas terulang? bila letusan itu terulang pada masa modern, dampaknya tak terkirakan. Letusan Merapi saja sudah mampu membuat 1.000 orang mengungsi. Kalau letusan seperti Samalas terulang, yang bisa dibayangkan adalah porak poranda. Semua penerbangan lumpuh, tidak beroperasi. Kerugiannya besar.

Manusia bisa berharap bahwa letusan seperti Samalas takkan terulang. Namun, kewaspadaan tetap harus dimiliki. Karenanya, penelitian tentang sejarah letusan Samalas perlu dilakukan untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi pada masa depan.

Bahkan, dampak dari letusan Gunung Samalas yang terjadi pada tahun 1257 itu melampui imajinasi penulis babad yang ditulis dalam daun lontar ini. Letusan Samalas berdampak global dan diduga memicu kelaparan dan kematian massal di Eropa setahun setelah letusan.

Ditemukannya ribuan kerangka manusia di London yang dipastikan berasal dari tahun 1258 kemungkinan berkaitan erat dengan dampak global dari letusan Gunung Samalas pada tahun 1257, seperti ditulis dalam jurnal PNAS edisi akhir September 2013.

Tulisan di jurnal ini merupakan hasil penelitian 15 ahli gunung api dunia. Dari Indonesia yang terlibat adalah Indyo Pratomo, geolog dari Badan Geologi Bandung, Danang Sri Hadmoko dari Geografi Universitas Gadjah Mada dan Surono, mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Sedangkan dari luar negeri yang terlibat meliputi 12 ahli dari berbagai kampus ternama di Eropa, di antaranya Frank Lavigne dari Université Panthéon-Sorbonne, Jean-Philippe Degeai dari Université Montpellier, Clive Oppenheimer dari University of Cambridge, Inggris, dan sejumlah ahli lainnya.

Mereka awalnya melacak letusan Samalas ini dari jejak rempah vulkanik yang terdapat di lapisan es kutub utara. Sebagaimana letusan Tambora yang menciptakan tahun tanpa musim panas di Eropa sehingga menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan pada tahun 1816 atau setahun setelah letusan, letusan Samalas diduga juga memicu permasalahan serupa, bahkan mungkin lebih dahsyat.

Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah2 rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati.
Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng (lenek), diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian lagi naik ke bukit.


Bersembunyi di Jeringo, semua mengungsi sisa kerabat raja, berkumpul mereka di situ, ada yang mengungsi ke Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, dan Pasalun, Serowok, Piling, dan Ranggi, Sembalun, Pajang, dan Sapit.
Di Nangan dan Palemoran, batu besar dan gelundungan tanah, duri, dan batu menyan, batu apung dan pasir, batu sedimen granit, dan batu cangku, jatuh di tengah daratan, mereka mengungsi ke Brang batun.

Ada ke Pundung, Buak, Bakang, Tana’ Bea, Lembuak, Bebidas, sebagian ada mengungsi, ke bumi Kembang, Kekrang, Pengadangan dan Puka hate-hate lungguh, sebagian ada yang sampai, datang ke Langko, Pejanggik.
Semua mengungsi dengan ratunya, berlindung mereka di situ, di Lombok tempatnya diam, genap tujuh hari gempa itu, lalu membangun desa, di tempatnya masing-masing. (BABAT LOMBOK)








Maaf gan kalo ini emoticon-Blue Repostane cuma mau ngasih tau apa yang ane tau aje.. hhee
Diubah oleh 393n 06-10-2013 11:02
0
7.9K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.