AkuCintaNaneaAvatar border
TS
AkuCintaNanea
GOLKAR: Agar Persaingan Pilpres Sehat & Imbang, Golkar Tak Ingin Jokowi Nyapres!

Bikin Capres Parpol lain mati gaya ... JOKOWI sementara dilarang maju pada musim Pilpres tahun 2014 ini

Golkar Tak Ingin Jokowi Ikutan Pilpres
Sabtu, 21-09-2013 11:36

JAKARTA, PESATNEWS- Politikus Partai Golkar Harry Azhar Azis berpendapat, pemilihan presiden pada Juni 2014 akan lebih seru jika tanpa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ikut nyapres. "Tentu dinamika politik lebih hidup dan persaingan semakin seru jika pemilihan presiden tidak diikuti Jokowi, karena kekuatan figur yang diusung masing-masing partai berimbang," kata Harry, Jumat (20/9/2013). Wakil Ketua Komisi XI DPR ini mengakui Jokowi merupakan kader PDIP yang cukup terkenal dan disukai masyarakat. Namun, hingga sekarang PDIP belum memutuskan figur yang diusung sebagai capres.

Harry menilai kemungkinan strategi membungkus nama capres yang akan diusung dilakukan PDIP untuk melindungi capres tersebut agar tidak digembosi. "Kan masih ada Megawati Soekarnoputri. Bahkan ada beberapa indikasi bahwa Megawati menjadi capres, sedangkan Jokowi menjadi pendampingnya," ucapnya. Bila hal itu terjadi, tambah dia, PDIP harus bekerja keras memperoleh 20 persen kursi DPR RI atau 25 persen suara pemilih pada Pemilu 2014. Jika tidak terpenuhi, PDIP harus berkoalisi dengan partai lain. "PDIP tidak berburu-buru menentukan capres dalam menghadapi pemilihan presiden, tidak seperti Hanura yang telah memproklamirkan Wiranto dan Hary Tanoe sebagai capres dan cawapres. Jika suara yang diperoleh Hanura tidak mencapai 20 persen, Wiranto dan Hary Tanoe tidak dapat berpasangan," ungkapnya
http://www.pesatnews.com/read/2013/0...ikutan-pilpres

Ahli Sejarah:
Usung Jokowi Sebagai Capres, Besar Peluang PDIP Menang
Senin, 26 Agustus 2013 | 08:56

Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri sepertinya tidak akan maju menjadi calon presiden (capres) pada pemilihan umum 2014. Pada pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) 2014, PDIP berpeluang mengajukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres. "Ada isyarat Mega tak akan maju tahun depan. Sudah secara eksplisit tersirat," kata ahli sejarah Hermawan Sulistio, di Jakarta, Senin (26/8).

Hermawan atau yang akrab dipanggil Kiki ini menambahkan, pilpres 2014 adalah milik Jokowi. Dikatakan, PDIP mesti mengusung Jokowi sebagai capres pada pilpres 2014 bukan 2019. "Bicara elektabilitas dan kapabilitas ya Jokowi. Sudah pasti Jokowi menang. Kalau tunggu 2019 belum tahu, karena bisa ada tokoh lain yang menyaingi Jokowi," ujarnya.
http://www.beritasatu.com/nasional/1...ip-menang.html

Capres GOLKAR Dianggap "Underdog":
Ical Tak Akan Bisa Saingi Jokowi dan Prabowo
Rabu, 18 September 2013 | 09:19 WIB


Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (kiri), didampingi Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham (tengah), dan Ketua Bidang Informasi dan Penggalangan Opini Partai Golkar, Fuad Mansyur

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengusungan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie sebagai calon presiden mulai "digoyang". Sebagian elemen di internal Partai Golkar meminta agar pencapresan Ical dievaluasi, mengingat elektabilitasnya yang stagnan. Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, menganggap, Ical merupakan "underdog" di antara sejumlah kandidat lain. Menurutnya, Ical tak akan mampu bersaing dengan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto maupun kader PDI Perjuangan Joko Widodo, yang merajai sejumlah survei. "Jika dilihat, sosok Ical ini bukan juara. Dia hanya underdog, sulit kalahkan Prabowo dan Jokowi. Ibarat bola gandul, saya selalu katakan pencapresan itu beban bagi partainya," ujar Yunarto, Selasa (17/9/2013).

Yunarto menilai, pendeklarasian Ical terlalu dini. Hal ini, menurutnya, mengakibatkan kader Golkar lebih fokus pada urusan pemilihan presiden dibandingkan pemenangan pemilihan legislatif yang menentukan bisa tidaknya Golkar mengusung capres. "Golkar pun sudah kehilangan marwah-nya sebagai partai yang berbasis kader karena ribut-ribut urusan Ical ini," katanya.

Riak yang terjadi di internal Golkar terkait pencalonan Ical dinilai Yunarto persoalan klasik yang bisa dihadapi partai ini. Meski demikian, ia yakin rapat pimpinan nasional pada Oktober 2013 mendatang tidak akan mengubah keputusan apa pun atas pencapresan Ical. "Mungkin yang muncul dalam Rapimnas nanti hanya gerakan dinamis yang mempertanyakan soal nama ical. Momentum apakah Ical akan diganti atau tidak baru akan diketahui setelah keluar hasil pileg. Kalau ternyata suara Golkar tidak bagus, maka bisa jadi partai memunculkan nama lainnya untuk dimajukan sebagai capres," papar Yunarto.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tanjung juga mempertanyakan elektabilitas Ical yang tak merangkak naik secara signifikan. Akbar mengatakan, Ical hanya memiliki waktu sampai akhir Desember 2013 untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Pada Survei Litbang Kompas, Juni 2013, Ical menempati urutan ketiga di bawah Jokowi dan Prabowo. Elektabilitas Ical dalam berbagai survei lain pun rata-rata masih di bawah 10 persen. Hal ini tidak sebanding dengan elektabilitas Partai Golkar yang selalu berada di posisi puncak. Akbar mengaku mendengar sejumlah ketidakpuasan dan kekhawatiran akan elektabilitas Ical yang tidak menjanjikan. Ia pun berharap agar pengurus daerah tingkat II Partai Golkar dilibatkan dalam forum rapimnas Oktober mendatang.
http://nasional.kompas.com/read/2013...wi.dan.Prabowo

Boro-boro Ical Kalahkan Jokowi, Sama JK Saja Keok
Rabu, 24 Juli 2013 , 23:11:00 WIB

RMOL. Niat Ketua Ketua Umum Partai Golongan Karya, Aburizal Bakrie, maju menjadi Calon Presiden di Pemilihan 2014 disepelekan. Bahkan, sikap optimis Aburizal Bakrie untuk nyapres itu sampai ditertawakan. "Ical boro-boro mau mengalahkan Jokowi. Kalahin JK (Jusuf Kalla) saja enggak bisa," kata pengamat politik Fadjroel Rachman sambil tertawa di acara pemaparan hasil telesurvei Sugeng Sarjadi School of Goverment (SSSG) di Wisma Kodel, Jakarta Selatan, Rabu (24/7).

Aburizal Bakrie meraup 4,23 persen suara dari responden kalah dengan perolehan suara Jusuf Kalla yang mencapai 5,69 persen berdasarkan telesurvei SSSG. Perolehan Ical ini juga jauh dibandingkan dengan suara Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi, yang meraup 25,48 persen suara koresponden. Survei dilakukan melalui sambungan telepon selama periode 3-22 Juni. Sebanyak 2.450 responden yang dilibatkan dalam wawancara ini. Mereka tersebar di 10 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta, Palembang , Denpasar dan Balikpapan. Data-data mengenai responden didapatkan dari buku Telkom.

Kriteria responden dalam survei ini adalah warga yang memiliki hak pilih dalam pemilu 2014 mendatang serta memiliki telepon rumah. Kebanyakan, responden adalah Ibu Rumah tangga yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Itu lantaran pendapatan rata-rata reponden diatas Rp 2.250.000. "Padahal setiap detik, Ical pasang iklan di TV," sambung Fadjroel.
http://www.rmol.co/read/2013/07/24/1...-JK-Saja-Keok-

--------------------------------

Jokowi bikin strategi Capres seluruh parpol jadi berantakan .... emoticon-Big Grin


emoticon-Kiss
0
3.1K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.