- Beranda
- The Lounge
Dokter atau Jualan Gorengan?
...
TS
nazbritpop
Dokter atau Jualan Gorengan?
Berhubung Mei ini temanya wirausaha, coba simak tulisan di bawah ini
SUMBER
Quote:
Satu hari... di malam yang dingin...
Gue dengan baik hatinya menerima ajakan sohib gue buat nganterin dia test kesehatan. Ke dokter ya, ini buat syarat ujian soalnya. Berhubung gue nggak ada kerjaan, berangkatlah gue. Biasanya sibuk banget, saking sibuknya bernafas aja mesti curi-curi waktu disela kegiatan gue. Karena dokternya penuh, gue memutuskan buat nunggu di luar aja. Di abang-abang tukang gorengan. Dan... TERNYATA!!!!! Abang tukang gorengannya juga penuh ih
Ditengah meratapi nasib gue jadi berpikir. Dokter sama abang gorengan sama-sama penuh. Kalau di suruh memilih, bakal memilih jadi apakah gue? Dokter? Atau jualan gorengan aja? Otak gue mepertimbangkan banyak hal dalam pilihan yang gue buat sendiri. Banyak pertanyaan yang terlintas;
Berapa penghasilan dokter itu?
Berapa penghasilan abang gorengan itu?
Berapa mantan Pevita Pearce?
Setelah berpikir selama 67 detik, gue baru bisa memutuskan. Kalau mikir nggak usah kelamaan, nggak keren kesannya. Cepet aja, biar dikira intelek. Akhirnya memutuskan untuk lebih memilih menjadi abang gorengan dengan celana kolor dan sendal jepit. Daripada menjadi dokter dengan jas putih yang membuatnya terlihat gagah menyamarkan kekurangan pada wajah.
Ini alasannya....
1. Modal
Masuk Fakultas Kedokteran nggak murah. Dimanapun itu, pasti mahal. Entah itu kampus yang berstatus diakui, disamakan, atau dikucilkan biaya kuliah di FK sangat mahal kalau buat gue. Mungkin gue harus jual rumah gue yang belum lunas itu buat sekedar bilang "Aku anak FK loh! Jadian yuk?" Oh tidak... Dengan duit segitu mungkin gue bisa memiliki sepuluh gerobak gorengan dan mulai hidup mandiri. Iya, kan? Belum jelas? Simak alasan berikutnya.
2. Waktu
Kata rekan gue yang memilih menjadi dokter, dan udah kuliah di FK. Untuk jadi dokter itu nggak cukup sekedar wisuda, setelahnya masih ada serangkaian tragedi yang harus dilewati. Gue bilang tragedi karena menurut gue serem banget. Co-ass, beli buku mahal, tugas yang lebih berat dari ujian hidup. Itu serem. Dengan waktu selama itu, mungkin saja usaha gorengan gue udah berkembang pesat. Iya, kan? Sementara rekan gue masih menuntut ilmu, gue bisa dengan santai tiduran pake singlet sambil kedip-kedip manja menunggu setoran.
3. Efisiensi
Sehebat apapun seorang dokter. Ada satu hal yang nggak bisa mereka lakukan, yaitu... buka cabang. Pernah lihat ada dokter buka cabang? Dengan waktu dan modal yang dihabiskan oleh seorang dokter mungkin usaha gorengan gue udah sampai ke Paris gitu. Iya, kan? Sementara gerobak gorengan gue bisa terlihat dimana-mana dokter hanya bisa dilihat di satu tempat. Kalau pun buka praktik di dua tempat, nggak bisa barengan kan sob.
4. Efektif
Menjadi juragan gorengan menurut gue lebih efektif daripada menjadi dokter. Dengan 3 poin sebelumnya, ketika usaha gorengan mulai berjalan dan mungkin saja sukses. Profesi ini menjadi efektif untuk kehidupan di masa yang akan datang. Kenapa? Nih ya, gue kasih tau. Kalau misalkan, satu hari nanti kecelakaan terus amnesia? Kalau dokter amnesia, masa harus ngulang kuliah lagi. Kalau juragan gorengan? Mau amnesia, insomnia, anemia atau meninggal pun omzet bakal tetep ada.
Begitulah perbedaan antara dokter dan abang gorengan menurut gue. Hidup itu pilihan, kita dipilih untuk memilih. Demikian artikel brutal ini gue tulis dengan segala kerendahan hati dan ketampanan yang sulit dihindari. Sampai jumpa di tulisan gue berikutnya.
Dadah!
*cipokin satu-satu*
Gue dengan baik hatinya menerima ajakan sohib gue buat nganterin dia test kesehatan. Ke dokter ya, ini buat syarat ujian soalnya. Berhubung gue nggak ada kerjaan, berangkatlah gue. Biasanya sibuk banget, saking sibuknya bernafas aja mesti curi-curi waktu disela kegiatan gue. Karena dokternya penuh, gue memutuskan buat nunggu di luar aja. Di abang-abang tukang gorengan. Dan... TERNYATA!!!!! Abang tukang gorengannya juga penuh ih
Ditengah meratapi nasib gue jadi berpikir. Dokter sama abang gorengan sama-sama penuh. Kalau di suruh memilih, bakal memilih jadi apakah gue? Dokter? Atau jualan gorengan aja? Otak gue mepertimbangkan banyak hal dalam pilihan yang gue buat sendiri. Banyak pertanyaan yang terlintas;
Berapa penghasilan dokter itu?
Berapa penghasilan abang gorengan itu?
Berapa mantan Pevita Pearce?
Setelah berpikir selama 67 detik, gue baru bisa memutuskan. Kalau mikir nggak usah kelamaan, nggak keren kesannya. Cepet aja, biar dikira intelek. Akhirnya memutuskan untuk lebih memilih menjadi abang gorengan dengan celana kolor dan sendal jepit. Daripada menjadi dokter dengan jas putih yang membuatnya terlihat gagah menyamarkan kekurangan pada wajah.
Ini alasannya....
1. Modal
Masuk Fakultas Kedokteran nggak murah. Dimanapun itu, pasti mahal. Entah itu kampus yang berstatus diakui, disamakan, atau dikucilkan biaya kuliah di FK sangat mahal kalau buat gue. Mungkin gue harus jual rumah gue yang belum lunas itu buat sekedar bilang "Aku anak FK loh! Jadian yuk?" Oh tidak... Dengan duit segitu mungkin gue bisa memiliki sepuluh gerobak gorengan dan mulai hidup mandiri. Iya, kan? Belum jelas? Simak alasan berikutnya.
2. Waktu
Kata rekan gue yang memilih menjadi dokter, dan udah kuliah di FK. Untuk jadi dokter itu nggak cukup sekedar wisuda, setelahnya masih ada serangkaian tragedi yang harus dilewati. Gue bilang tragedi karena menurut gue serem banget. Co-ass, beli buku mahal, tugas yang lebih berat dari ujian hidup. Itu serem. Dengan waktu selama itu, mungkin saja usaha gorengan gue udah berkembang pesat. Iya, kan? Sementara rekan gue masih menuntut ilmu, gue bisa dengan santai tiduran pake singlet sambil kedip-kedip manja menunggu setoran.
3. Efisiensi
Sehebat apapun seorang dokter. Ada satu hal yang nggak bisa mereka lakukan, yaitu... buka cabang. Pernah lihat ada dokter buka cabang? Dengan waktu dan modal yang dihabiskan oleh seorang dokter mungkin usaha gorengan gue udah sampai ke Paris gitu. Iya, kan? Sementara gerobak gorengan gue bisa terlihat dimana-mana dokter hanya bisa dilihat di satu tempat. Kalau pun buka praktik di dua tempat, nggak bisa barengan kan sob.
4. Efektif
Menjadi juragan gorengan menurut gue lebih efektif daripada menjadi dokter. Dengan 3 poin sebelumnya, ketika usaha gorengan mulai berjalan dan mungkin saja sukses. Profesi ini menjadi efektif untuk kehidupan di masa yang akan datang. Kenapa? Nih ya, gue kasih tau. Kalau misalkan, satu hari nanti kecelakaan terus amnesia? Kalau dokter amnesia, masa harus ngulang kuliah lagi. Kalau juragan gorengan? Mau amnesia, insomnia, anemia atau meninggal pun omzet bakal tetep ada.
Begitulah perbedaan antara dokter dan abang gorengan menurut gue. Hidup itu pilihan, kita dipilih untuk memilih. Demikian artikel brutal ini gue tulis dengan segala kerendahan hati dan ketampanan yang sulit dihindari. Sampai jumpa di tulisan gue berikutnya.
Dadah!
*cipokin satu-satu*
SUMBER
0
5.6K
Kutip
69
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.1KThread•90.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya